Part 3

6 1 0
                                    


A maze that got lost This world traps you
Shake off the darkness and scoop your feet
Break that Trauma, everything Break it! 
I 'm a MONSTAR When you wake up

I'll take you through the darkness and beyond space-time
I 'll be your MONSTAR

I'm the one

Prak, prak

Suara pedang kayu beradu terdengar di seluruh arena latihan kastil Kawanishi. 2 orang anak laki-laki terlihat bertarung, atau lebih tepat terlihat seakan-akan bertarung. Anak laki-laki yang betubuh lebih kecil terus menyerang lawannya yang terlihat lebih menjulang. Orang awam pasti merasa Takumi berada di posisi pemenang, tapi jika parah pelatih yang menilai, mereka pasti tahu kalau Sukai hanya menghindar untuk memperpanjang durasi. 

Sukai menghindar serangan Takumi dengan malas. Paling tidak dia harus terlihat melawan, tapi jika dia sedikit saja melawan Takumi pasti kewalahan. Sukai melihat wajah Takumi yang memerah, sepertinya dia harus mengakhiri latihan hari ini. Sukai dengan sengaja membuat celah agar Takumi dapat menyerang bahunya. Dan benar saja, Takumi memukul keras bahu Sukai dan mendorongnya hingga jatuh. 

Brak! Takumi melempar pedang kayunya tepat di sebelah Sukai. "Kenapa kamu hanya menghindar?! Apa kamu pikir aku bukan lawanmu?!" Sukai hanya menatap Takumi, apa pun jawaban Sukai, pasti itu hanya membuat Takumi tambah berang. "Dasar sial!" sentak Takumi sambil menedang tubuh Sukai kasar dan pergi meninggalkan arena latihan begitu saja.

"Kawashiri Sukai." geram seseorang paruh baya. Sukai tahu apa yang akan terjadi setelah ini. "Sudah berapa lama kau berlatih dengan Tuan Muda Takumi dan kau masih tidak tahu posisimu." geram pelatih Sukai dan Takumi. Sukai menatap pria itu dengan tatapan datar khasnya, membuat lawan yang ia tatap bertambah geram. 

PLAK

"Perbaiki tatapanmu itu!" bentak sang pelatih sambil menampar pipi Sukai. Sukai bisa merasakan pipinya seperti terbakar. Bagaimanapun pria yang menamparnya adalah samurai yang sudah memiliki bertarung cukup lama. Tapi itu tidak membuat Sukai takut atau merasa bersalah, Sukai malah menatap pria itu sambil tersenyum sinis.

"Apa yang membuatmu tersenyum hah?! Besok kau harus menjadi lawan berlatih yang benar untuk Tuan Muda Takumi! Dasar anak sial!" pria itu pergi meninggalkan Sukai sendirian di tengah arena latihan. Dasar orang-orang bodoh, batin Sukai sambil mengelap darah di ujung mulutnya dengan punggung tangan.

Sukai mengambil pedang kayunya dan berjalan malas menuju paviliunnya. Tanpa sengaja ia melihat bayangannya di kolam ikan. Kimono dan hakama-nya terlihat kotor, bekas tamparan masih terlihat jelas. Sukai tersenyum. Penampilan yang pas untuk bertemu dengan Shizuku. Dia sudah dapat membayangkan reaksi Shizuku. "Yah, orang-orang bodoh itu ada gunanya juga." batin Sukai sambil mengarahkan kakinya menuju paviliun Shizuku.

------------------

Shizuku sedang melipat beberapa kertas warna-warni menjadi burung bangau ketika dia mendengar suara familiar yang memanggil namanya. "Shizuku." ucap suara itu. Suara yang hangat yang selalu mengingatkan Shizuku akan hangatnya akhir musim semi. Shizuku tanpa perlu melihat siapa yang memanggil, langsung berlari ke sosok yang memanggilnya. Shizuku menyambut temannya dengan senyum, tapi senyuman itu menghilang digantikan raut khawatir. Tangan kecilnya meraih pipih kemerahan anak laki-laki didepannya.

"Tidak apa. Hanya luka karena latihan." kata Sukai sambil meraih tangan Shizuku yang ada di pipinya. Sukai senang melihat Shizuku khawatir, karena saat itu di pikiran Shizuku hanya ada Sukai. Shizuku terlihat murung. Boleh saja dia memiliki kekurangan fisik, tapi dia tidak sebodoh itu. Dia tahu posisi sulit Sukai di kastil ini. Semua perlakuan yang harus diterima Sukai di kastil ini, terutama dari kakak bodohnya si Takumi. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

When The Sky Meets The SeaWhere stories live. Discover now