Stranger

122K 4.6K 43
                                    

Suara berisik deru mesin mobil terdengar dari luar, mengusik mimpi indah gadis manis yang masih bergelung di bawah selimut tebalnya yang nyaman.

"Hati-hati, tolong letakkan saja di sana." Suara ibunya terdengar sedang memberikan komando pada seseorang.

Gadis berambut panjang itu mengerang, perasaannya menjadi kesal ketika menatap jam di atas nakas yang ternyata masih menunjukkan pukul 5 pagi.

Apa sih yang sedang dilakukan Mami sepagi ini? Aleta bertanya-tanya dalam hati karena suara yang dibuat oleh sang Ibu bukan suara khas orang yang sedang memasak, suara ini lebih seperti orang yang sedang membereskan barang untuk pindahan?

PINDAHAN?

Aleta tersentak saat kata-kata itu terlintas di benaknya.

"Sial, jangan bilang Mami diam-diam pergi tanpa sepengetahuanku!" umpat gadis itu sebelum bergegas melompat turun dari ranjang kemudian berlari keluar kamar seperti orang kesetanan.

Ekonomi keluarganya memang sedang sulit semenjak orang itu -ayahnya- pergi tanpa tanggung jawab. Meninggalkan mereka begitu saja seperti sampah. Semenjak itu sang ibu menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga.

Apakah ini adalah titik puncak lelah wanita itu? Menyerah dengan keadaan dan lebih memilih meninggalkannya?

Memikirkan semua kemungkinan itu membuat Aleta merasakan rasa sakit yang begitu kuat di bagian dadanya.

Saat sampai di lantai bawah, Aleta menemukan beberapa dus berukuran sedang, dua koper besar dan tas ransel di dekat pintu masuk rumah.

"Oh, Ale, kamu sudah bangun?" sapa Anie ketika mendapati anak gadisnya menuruni tangga.

Aleta terpaku di anak tangga terakhir, merasakan sesuatu yang aneh di tenggorokannya, seolah-olah ia kehilangan suara. Ia tahu, jika dipaksa berbicara, suaranya mungkin akan serak, atau bahkan lebih buruk.

"Sedang lihat apa? Ayo bantu Mami, bawa kardus-kardus itu ke lantai atas."

Tunggu!

Aleta berkedip beberapa kali sampai kesadarannya benar-benar terkumpul. Tadi ibunya mengatakan apa?

"Bukan diangkut ke mobil?" Aleta memastikan, siapa tahu dia salah dengar.

"Itu baru Mami turunkan dari mobil, masa iya mau dinaikin ke mobil lagi?"

Gadis yang masih setengah sadar itu mengerutkan kening karena masih belum bisa mencerna situasi ini dengan benar.

"Gimana sih maksudnya? Ale nggak paham. Mami mau pindah, kan?"

"Pindah kemana?" tanya wanita itu ikut bingung.

"Itu yang mau Ale tanya. Mami mau pindah kemana pagi-pagi begini? Mami mau ninggalin Ale sendirian?"

Anie, Ibu dua orang anak itu hanya bisa menghela napas sambil menggelengkan kepala. "Bukan Mami, tapi orang lain."

"Orang lain? Siapa?"

Aleta sedang memikirkan banyak kemungkinan, menebak-nebak siapa yang akan tinggal di rumah mereka karena seingatnya, tidak ada kerabat yang mengakui mereka semenjak tua bangka itu memutuskan hubungan.

Sejak dulu, keberadaan Aleta, ibunya, dan adiknya memang tidak pernah diakui oleh keluarga ayahnya. Ibunya pernah menceritakan bahwa mereka tidak mendapat restu dari keluarga besar ayahnya karena latar belakang ibunya yang hanya seorang yatim piatu, sementara keluarga ayahnya adalah orang-orang yang berada.

"Jangan-jangan ... si tua bangka itu mau balik lagi ke sini?" Aleta bertanya dengan nada curiga, tangannya spontan menutup mulutnya.

Anie menggelengkan dengan tegas, "Bukan." ujarnya meyakinkan sang putri tercinta.

CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang