#6. Mengikuti setiap langkah

171 47 50
                                    

"Kau mau ke mana? Aku ada di sini!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Kau mau ke mana? Aku ada di sini!"

                       ■■■♤♤■■■

Angin berhembus dengan alunan yang merdu, memasuki setiap sudut rumah, menerpa pohon-pohon rindang yang sudah tak memiliki daun yang lebat, hawa dingin menusuk ruam kulit, seakan-akan menyapa matahari yang perlahan naik ke permukaan bumi untuk menunjukkan sinarnya.

Yuna membuka matanya dengan sesekali menghembuskan napas perlahan, ia membuka selimut yang membaluti tubuhnya, lalu merapikan kasur yang cukup kusut.

Ia mengusap-usap wajahnya pada cermin, mematung tanpa ada kata, matanya hitamnya terlihat begitu sayu, kini otaknya masih berusaha mentralisir hal yang tak pada logika. Mengingat semua itu, ia begitu penasaran, apakah luka di dadanya masih ada atau tidak.

Tangannya perlahan membuka kancing kemeja yang berwarna kuning. Ya, ternyata sehabis teman-temannya pulang, dirinya lupa mengganti baju terlebih dahulu, dan mulai mencari apa maksud dari sosok hitam yang memasuki tubuh manusia, hingga membuatnya penasaran setengah mati. Baru setelahnya, ia beranjak naik ke kasur untuk tidur.

Bekas luka pada dadanya masih terlihat jelas di antara garis kalung emasnya dengan garis panjang besar pada pantulan kaca, ia mengamati tiap sudut bagian luka yang terlihat jelas, kulit robeknya menyeruak dengan sedikit cairan darah yang menggumpal di dalamnya.

Tidak ada yang terasa sakit, semua terasa baik-baik saja, luka tersebut seperti hanya sebuah sticker bohongan yang memang terlihat seperti sungguhan, sulit dipercaya tetapi memang sudah begitu keadaannya.

"Lukanya lumayan besar, tapi gue gak ngerasa sakit, ya?" Tangannya meraba luka tersebut. Mendapati cairan darah kenyal menempel pada tangannya. Kemudian, ia mencium bau darahnya, memang sangat bau anyir seperti darah-darah biasanya.

"Kajiman?" Ia teringat pada sosok hitam tersebut, masih belum memahami sepenuhnya.

"Tapi, kalau memang benar itu kajiman, pasti ada suatu masalah besar yang membuatnya gak diterima di alam barzah dan malah bersenang-senang di tubuh manusia." pikirnya, ia menggigit kuku, dan memotong kuku yang panjang. Sesekali mondar-mandir di depan cermin panjang sembari memutarkan bola matanya.

Cahaya sinar matahari memasuki jendela rumahnya, tepat sekali pada wajahnya, dengan cepat ia menjauhkan dari sinar matahari yang membuat matanya silau.

Tangannya menggapai ponsel yang terletak di atas meja, memastikan sudah jam berapa sekarang. Tak menyangka, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.30, sementara jamnya kuliah adalah pukul 08.00.

Ia terlonjak dan melemparkan ponselnya ke atas kasur, kemudian terbirit-birit menuju kamar mandi.

                     ■■■♤♤♤■■■

"Yun, di mana lo?" Suara Dara terdengar dari seberang sana, tak ditanggapi Yuna yang masih merapikan barang untuk kuliah.

"Woy, jawab dong, jangan diem aja, Yun!" teriakannya masih tidak dihiraukan oleh Yuna.

[✔] Teribble Dream | Giselle Where stories live. Discover now