EPISODE SPESIAL

187 26 3
                                    

Author-nim side story

Karawang, Februari 2019

2 bulan kepergian Malik, menyisakan kepedihan mendalam bagi Sadam dan keluarga, termasuk Maya. Semenjak kepergian Malik, Maya berubah menjadi pribadi yang pendiam, sulit untuk diajak keluar dari kamar selain untuk makan dan mandi, ia juga sulit untuk diajak bertemu dengan orang lain.

Bagi Maya, Malik bukan sekedar sahabatnya, melainkan sosok orang yang menjadi pelengkap hidupnya, yang telah mengubah hidupnya 180 derajat. Selalu menebarkan senyuman manisnya kepada orang-orang disekitarnya, dijuluki 'sunshine' karena wajahnya yang secerah matahari.

Namun siapa sangka dibalik itu semua, Malik mencoba untuk bangkit dari penyakitnya walaupun akhirnya ia akan menyerah dalam mempertahankan tubuhnya melawan penyakitnya. Malik adalah sosok yang kuat dan berani dalam menghadapi segala cobaan dalam hidupnya di usia 15 tahun.

Kini Maya hanya berdiam dikamarnya seperti biasanya. Kepergian Malik membawa pengaruh besar dalam hidupnya. Ia hanya bisa duduk dibawah ranjangnya sambil menangkupkan kedua lututnya dengan tangannya. Mencoba untuk berhenti bersedih, tapi itu sulit sekali untuk dilakukan.

Disamping lain, Adit tengah memikirkan bagaimana caranya agar Maya keluar dari kamarnya. Adit juga khawatir akan kondisi Maya semenjak Malik meninggal. Ia duduk di sofa ruang tamu dan mencoba untuk menenangkan pikirannya. Sudah 2 bulan namun belum ada perubahan sama sekali.

"Hmm... gue cape mikirin si Maya dan dunianya. Itu anak harus diapain dulu sih biar keluar kamar?" tanyanya pada diri sendiri.

Sampai ada seseorang yang mengetuk pintu rumahnya membuat lamunan Adit buyar dan bergegas membukakan pintu untuk orang itu. Ia terkejut karena orang ini adalah, kakaknya Malik, Sadam.

"Bang Sadam?"

"Hai, Adit. Maaf ya gue baru lagi kesini. Ada beberapa hal yang harus gue urus," kata Sadam.

"Iya gapapa. Ah, ayo masuk dulu, Bang," kata Adit sopan. Sadam masuk ke dalam rumah sederhana dan aesthetic milik keluarga Maya.

"Mau minum apa?" Tanya Adit.

"Jangan repot-repot, Dit. Gue kesini gak lama kok. Gue cuma mau tau kabarnya Maya aja," kata Sadam. Adit tertegun. Sadam mengeluarkan sebuah kotak dari paper bag yang ia bawa.

"Gue nemu ini di laci kamarnya Malik. Kayanya ini buat Maya." Sadam memberikan kotak itu pada Adit.

"Isinya apa, Bang?" tanyanya.

"Gue intip dikit, itu isinya kalung sama sepucuk surat. Gue yakin itu buat Maya sebagai kado ulangtahun dia kemarin," ujar Sadam. Adit kembali menatap Sadam. "Kabar Maya gimana sekarang?" tanyanya.

Adit mengulum bibirnya. Ia takut menjawab pertanyaan Sadam. Sadam menatap ekspresi wajah Adit yang kaku. "Dit?"

"Anu, Bang. Maya udah 2 bulan ini sering diem di kamar. Keluar kamar kalo seperlunya aja. Gak bisa ditanya sama sekali. Gue sadar kalo kepergian Malik bawa pengaruh besar buat Maya. Maya terpuruk banget, Bang," ujar Adit akhirnya.

"Gue ajak main aja dia gak mau. Gue mesti gimana? Gue udah rela cuti selama satu semester ini buat jagain dia tapi dia sendiri kaya gitu." Sadam mengerti kondisi Adit saat ini, sama sepertinya dulu saat awal-awal Malik kena kanker.

Ia rela berhenti kuliah semenjak kepergian ayahnya, membantu ibunya mencari nafkah untuk tambahan biaya hidup dan biaya pengobatan Malik yang tidak sedikit jumlahnya. Sadam ingin berbuat sesuatu, namun ia akan tetap membiarkan Adit menyelesaikannya sendiri.

"Dit, lo harus sering-sering ajakin dia ngobrol. Maya cuma butuh seseorang disampingnya biar gak kesepian. Ternyata selama ini, Malik suka sama Maya. Dilihat dari notepad nya Malik di hape nya, isinya soal luapan hatinya dia. Malik membutuhkan Maya, begitu pula sebaliknya. Makanya kepergian Malik sangat membawa pengaruh besar buat Maya.

10 Months - jaesunoo[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang