MPB | R

6.3K 345 6
                                    

Yuhuu makasih 9K lebih nya guys! Padahal belum ada satu bulannn. Thankss bangettt lupe sekebonnn.

"Ada saatnya nanti lo bakal ngerasa diposisi yang pernah gue rasain, Ada saatnya lo ngerasa bahwa didunia ini semua orang jahat. Apa lagi dulu gue yang berharap banyak sama lo buat nenangin gue. Lo kemana aja?"

Clara Anggarani Muktha.

******

"Ngapain lo pada kesini?" Sinis Clara sambil mengunyah Pearnya dengan gerakan cepat.

"His Ra! Mama gak ngajarin Clara gitu ya ketemen sendiri apalagi ada Abangnya juga. Masuk Ja, Bel, sama yang lain." Ucap Aira dengan senyuman tak enak menghadap sekumpulan manusia itu.

"Hehe gak papa Tan, Sans aja. Biasa mah kalo sama Clara." Tutur Oji yang langsung menyelonong menyalimi tanggan Aira diikuti oleh yang lain.

"Apa kabar Tante Aira?" Bela menyalami Aira tak juga mencium kedua pipi Aira yang sontak mendapat lirikan sinis dari Clara.

"Dih sok-sok'an akrab lagi sama nyokap. Muka dua banget," beo Clara yang tentu dirinya sendiri yang mendengar. Jika Aira mendengar beh jangan harap ceramah panjang tak mungkin selesai dalam 5 jam.

"Hai Ra, apa kabar?" Sapa Bela dengan wajah semar mesemnya.

"Hm. Baik," jawab Clara dengan wajah datarnya.

"Kapan rencana pulang Ra?" Tanya Oji.

"Lo udah sadar dari kapan?" Tanya Wawan.

"Eh lu gak amnesia kan?" Kali ini Anji yang berkata dengan wajah paniknya. Aneh panik kok baru sekarang kemana aja pas Clara-nya koma?

"Lu ingat gue kan? Gue orang yang paling ganteng ini?" Ucap Gilang sekaligus narsis.

Clara melongo dan menghembuskan nafasnya dengan keras, "NANYA-NANYA LU SEMUA KEK BUSER!" Pekik Clara tiba-tiba yang membuat semua orang disana terjengkak kaget terutama Aira.

_________________

Day one setelah pulang dari rumah sakit. Ya Clara sudah pulang dan masih beristirahat dirumah besok baru dirinya berangkat kesekolah, itu pun harus berdebat dulu dengan Aira dan Darma.

Clara bosan, Clara kesal, Clara merasa sedikit aneh pada siapa lagi jika bukan pada Saka. Satu nama yang bisa membuat Clara kesal dan jantungan.

Saka.

Saka.

Saka.

Saka Albara.

"ANJING! SIALAN! SADAR RA!!! LO SADAR DONG ANJING! OTAK LO DIMANA!!!" Clara berteriak menjerit sambil memukul kepalanya yang masih berbalut perban itu.

Clara frustasi.

Frustasi akan perubahan drastis yang dilakukan Saka pada dirinya, Saka dingin. Ya memang Saka itu seperti batu tidak bisa dicairkan namun jika dengan Clara tidak pernah seperti itu, tapi kali ini berbanding balik 180° dengan dulu. Saka mendiamkannya, Saka menjaga jarak dengannya.

Bukannya Clara harus senang ya? Karena Saka pasti nantinya tidak akan mengekangnya lagi, pasti Saka tidak akan terlalu agresif dengan dirinya, tidak Posesive, dan mengaturnya sana sini. Pasti itu sudah pasti.

"Tapi kenapa disini nyeri banget sih?! Kenapa disini kaya gak rela?! Harusnya gue bersyukur!" Ucap Clara mencoba menyakinkan dirinya sendiri. Perasaan aneh itu tidak boleh tumbuh dihatinya.

My Possesive Brother [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora