17•

6.4K 974 77
                                    

22 Februari 2006

Sebelum pergi, Y/n memastikan kembali pintu rumahnya sudah terkunci rapat. Pagi ini ia memutuskan untuk berbelanja lagi, sebab insiden penyerbuan Tenjiku kepadanya dan Mitsuya tempo hari lalu, membuatnya terpaksa pergi tanpa membawa apapun.

Langit pada pagi itu tampak muram. Tak secerah pagi yang sudah-sudah.

Ia menatap langit di atasnya, "Sepertinya aku harus membawa payung untuk berjaga-jaga." Ujarnya sendiri. Setelah membekali dirinya dengan sebuah payung, Y/n berjalan melewati halaman rumahnya.

Kemudian secara kebetulan, ia berpapasan dengan Mikey dan Emma yang sedang menuju ke suatu tempat.

Y/n merekahkan senyuman, melirik kakak-beradik di depannya, "Pagi.. kalian berdua mau kemana?"

"Pagi!" sapa Emma ceria, "kita mau berkunjung ke makamnya Shinichiro-kun, kau mau kemana?"

"Aku mau ke supermarket sebentar."

Mikey menyeletuk, "Aku masih mengantuk, belikan aku Taiyaki ya, Y/n." Matanya sayup-sayup menutup, setengah sadar.

"Tidak! Beli sendiri!" cibir gadis itu, kemudian melempar senyum ke sang sahabat, "sampai nanti ya, Emma."

Emma terkekeh, "Iya, sampai nanti, Y/n.." ia menarik kembali lengan Abangnya, "ayo, Mikey!"

"Dadah, sayang." Ucap Mikey ketika Y/n berjalan melewati mereka, membuat gadis itu tersenyum kecil.

Perjalanan Y/n menuju supermarket dari rumahnya hanya menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Sesampainya disana, ia mengambil troli dan mulai mengelilingi toko itu. Barang-barang yang gadis itu beli masih sama seperti tempo hari, namun hari ini ia akan menuruti si pemuda pirang manja itu. Y/n akan membelikannya Taiyaki.

"Dimana.. Taiyaki?" gumam Y/n seraya menerawang plang-plang penanda lorong pada toko itu.

Matanya terus bergerak mencari, namun tanpa sengaja saat kedua maniknya mendarat pada sebuah cermin pengintai di sudut langit-langit, Y/n menangkap bayangan hitam.

Seorang pria berpakaian serba hitam dengan wajah di balutkan sehelai masker berdiri tak jauh dari posisinya, mencuri pandang ke arahnya beberapa kali. Tudung yang menutupi kepalanya membuat Y/n kesulitan untuk meneliti pria misterius itu.

Untuk memastikan dirinya sedang diuntit atau tidak, Y/n kembali mendorong trolinya mengarungi lorong-lorong supermarket itu.

Semua inderanya menajam.

Ternyata benar, pria itu bergerak sesuai dengan pergerakannya.

Aku harus pergi dari sini secepatnya, pikir Y/n.

Gadis itu menepikan troli yang penuh dengan belanjaannya ke dinding, juga meninggalkan payungnya. Lalu, kaki jenjangnya berjalan menuju exit, sebelum keluar ia sempat menyambar topi dari salah satu rak di supermarket.

"Ada-ada saja.. setiap kali aku ingin berbelanja." Desisnya kesal.

Topi curian itu sudah tersemat rapi menutupi surau hitamnya. Y/n melangkah keluar dari supermarket, kakinya bergerak membawanya ke gang kecil yang berada tak jauh dari situ.

Si penguntit masih setia mengikutinya, namun ia menjaga jarak.

Y/n berbelok tajam menuju gang kecil itu, karena jarak yang cukup lebar antar dirinya dan si penguntit, gadis itu masih sempat bersembunyi di balik semak-semak yang menjalar di sepanjang gang.

Manik emeraldnya menyipit tajam menunggu sang mangsa.

Lantas saat pria penguntit itu berbelok, kepalanya bergerak kesana-kemari karena tidak menemukan siapapun di gang itu.

Boy In Love | Mikey X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang