22. Baby?

92.5K 6.4K 268
                                    

Selepas kepulangan Arka dan Aluna dari rumah Geo. Mereka mampir ke sebuah restoran terlebih dahulu. Itu permintaan Aluna tiba-tiba ingin makan makanan Korea. Soalnya, ia Exo-L garis keras, diam-diam Aluna masih menjadi Fangirl.

"Kamu kalo punya anak mau di panggil apa?" tanya Aluna tiba-tiba membuat Arka tersedak minumannya.

Arka menatap horor Aluna. Ia menyetuh kening gadis itu menggunakan punggung tangannya. Beberapa hari ini, Aluna tidak seperti Aluna biasanya.

"Aku gak sakit," tepis Aluna.

"Kenapa?" tanya Arka tidak mengerti.

Aluna memutar bola matanya malas. Arka menjadi bodoh karena teror yang menghantui Galaxy.

"Aku cuma tanya, Sayang," ucap Aluna lembut.

Arka tersenyum, pipinya bersemu merah mendengar Aluna memanggilnya sayang. Aluna sangat jarang memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Wajar saja jika sekarang ia merasa senang bukan main.

"Apapun itu, Papa, Ayah, Abi, Bapa," ujar Arka.

"Oke, Ayah Bunda," putus Aluna. Ia kembali memasukan sepotong tteokbokki ke dalam mulut mungilnya.

"Tiba-tiba nanya gitu. Ada apa?"

"Kamu keluarinnya di dalam, gak nutup kemungkinan aku bakal hamil dalam waktu dekat ini," sahut Aluna dengan wajah tertekuk.

Semua perjanjian yang pernah Arka lontarkan hilang entah kemana. Pernjanjian tidak akan melakukan hubungan 'itu' sebelum Aluna lulus sekolah. Mereka berdua sama-sama tidak bisa menahan hasrat ingin memilik satu sama lain.

"Kan aku udah bilang, aku khilaf." Arka cengengesan.

"Gak usah ngomongin khilaf, bosen."

1 jam berlalu mereka habiskan di restoran tersebut untuk sekedar makan dan mengobrol kecil. Arka dan Aluna memutuskan untuk pulang kerumah.

"Arka?" panggilnya.

30 menit lalu mereka telah sampai rumah. Arka menghampiri Aluna dengan segelas jus apel yang ia buat. Gadis itu meminta jus apel dengan campuran susu.

"Di minum, Tuan Puteri."

Aluna tersenyum lebar menampilkan gigi ratanya. "Terimakasih, Upik abu," jawabnya riang.

"Untung istri."

Aluna meminum sedikit jus tersebut, ia menawari Arka. Namun, cowok itu menolaknya. Menurut Arka, buah apel lebih enak di makan secara langsung. Untuk selera makan, Aluna dan Arka kadang berdebat. Arka yang tidak terlalu menyukai asin dan Aluna menyukai asin.

"Perutku cenat-cenut. Kenapa, ya?" tanya Aluna. Beberapa hari terakhir ini, perutnya seperti berdetak, lalu seperti ada gerakan memutar namun tidak terlalu terasa.

"Itu tandannya jantung kamu turun ke perut," sahut Arka.

"Tapi kayak muter-muter gitu." Aluna menyentuhnya perutnya.

"Mungkin ginjal kamu lagi olahraga." Jawaban aneh Arka membuat Aluna mendengus. Cowok itu tidak pernah serius mengobrol dengannya jika bukan hal-hal yang menurut Arka penting.

"Kamu mah!" Aluna merengek. Tawa renyah keluar dari bibir Arka.

"Bercanda, sayang. Kalo sakit perutnya, kasih tau aku. Kita ke dokter." Cowok itu mengelus surai coklat milik Aluna. Sepertinya itu akan menjadi kebiasaan baru Arka untuk hari ini, esok, bulan depan, 10 tahun kedepan, 20 tahun kedepan, bahkan selamanya.

*****

Daffa sudah kewalahan dengan Jasmine. Beberapakali cowok itu mengusap wajah kasar. Tamu bulanan membuat gadis berambut pendek itu merasa kesal.

"Min, mau aku beliin air hangat?" tanya Daffa pelan.

"Kamu mau bikin aku melepuh?!" sentak Jasmine.

Inti Galaxy, Aluna, dan Haura tertawa melihat Interaksi Jasmine dan Daffa. Gadis itu merebahkan tubuhnya di sofa yang terletak di markas Galaxy. Jasmine memaksa ikut untuk menemani Daffa ke markas.

"Buat kompres perut kamu, Mimin."

"Mimin ow Mimin ow, ay lap yu ..," sahut Farraz. Cowok itu di hadiahi delikkan tajam Daffa.

"Gak mau," jawab Jasmine. Cewek itu memejamkan matanya, berusaha menetralkan rasa sakit yang ia alami saat hari kedua haid

"Terus kamu mau apa?" Daffa mencoba sabar menghadapi gadisnya.

"Peluk." Jasmine merentangkan kedua tangannya, menatap manja Daffa.

"Lebay amat," cibir Kai. Bersama dengan Saka, ia tidak pernah dekat dengan gadis manapun.

"Gue tembak kalo lo bacot!" ancam Jasmine. Kai meringis. Ayah Jasmine adalah seorang Polisi.

"Sekarang tanggal berapa, ya?" tanya Aluna pada Haura di sampingnya. Kedua gadis itu tengah duduk di lantai bersama dengan Arka, Abian, Saka yang sibuk bermain game.

"23, kayaknya," sahut Haura.

Aluna terdiam. "Gue udah telat haid 3 Minggu," bisiknya. Haura membulatkan matanya.

"Hamil lo?"

"Nggak mungkin, gue pernah waktu itu gak haid selama 1 bulan. Gak kenapa-kenapa." Aluna memang sering menstruasi tidak teratur. Jadi, ia tidak terlalu mempermasalahkan hal ini.

"Ini beda lagi, lo udah di pake si Arka."

"Di pake, di pake. Emang gue lonte," dengus Aluna. Mereka saling berbisik satu sama lain.

"Pokoknya check," keukeuh Haura. Aluna mengangguk.

"IH ANJENG, GUE KALAH!" seru Saka mengagetkan mereka semua. Cowok itu membanting stik PS asal ke karpet.

"Kaget, njing." Saling memaki adalah kebiasaan inti Galaxy.

"Ra, tolong dong hape gue," ucap Saka menunjuk sebuah benda pipih yang terletak tidak jauh dari Haura.

Haura mengambilnya. "Nih,"

"Ra, kok pelipis lo memar? Berantem?" tanya Saka. Abian yang di samping Saka sontak menyikut perut cowok itu.

"Eh .." Haura menyentuh pelipisnya, ia meringis. "Gue mana bisa berantem. Tadi ke pentok wastafel di rumah, gue kira gak bakal memar," jelasnya. Gadis itu meraba-raba pelipisnya.

Abian bangkit dari duduknya, ia menarik Haura agar ikut pergi dengannya. "Gue obatin," ujarnya.

"Ketika kutub jadi bucin," cibir Daffa.

"Katanya sih dulu gini "Gue gak akan pernah suka sama lo." Kemakan omongan sendiri," balas Saka.

"Masa lalu biarlah masa lalu," timpal Farraz. Walaupun cowok itu dan Haura telah pergi meninggalkan markas, mereka tetap meledek Abian.

*****

"Gue punya foto yang bisa buat Aluna di bully, Lo harus sebar ke situs sekolah," titahnya.

"Cara main lo kotor." Cowok itu menatap gadis dihadapannya datar.

"Mana lebih kotor sama pengkhianat kayak lo?" Gadis itu menaikkan sebelah alisnya, menatap menang cowok itu.

"Sialan, main tipis-tipis. Gue gak mau Aluna cepat menderita. Lagi pula gue gak berkhianat."

"Jangan terlalu macam-macam sama Aluna. Dia punya Arka." Alis gadis itu menukik tajam.

"Gue gak perduli," ujar cowok itu di selingi tawa remeh.

"Oh iya, satu lagi gue kasih tau. Lo jangan sampai lengah sama Abian dan Saka. Mereka lebih cerdik daripada yang lo kira. Kalau lo mau ngejatuhin Arka, jatuhin mereka bedua dulu," peringat gadis itu.

"Tenang. Kalo batang pohon di tebang, otomatis daun dan buahnya akan ambruk."

*****

Huhuhu

ARKALUNA [REPUBLISH]Where stories live. Discover now