BREATH (19)

1.1K 196 12
                                    

Ruangan bernuansa putih dengan bau khas obat-obatan, Lisa menatap lirih tubuh sang kakak yang terbaring tak berdaya di atas bangsal. Berbagai macam alat medis tampak menempel di tubuh kakaknya. Sebuah pemandangan yang tentu menyakitkan, dimana Lisa bisa melihat sang kakak yang berjuang antara hidup dan mati.

Terhitung sudah hari ke tujuh Jennie tak kunjung membuka mata. Meski Dokter menyatakan jika Jennie sudah melewati masa kritisnya, namun tampaknya gadis mandu itu masih betah memejamkan mata. Selama itu pula Lisa maupun Chaeyoung selalu berada di sisi sang kakak.

Lisa meraih satu tangan Jennie untuk ia genggam. Bisa ia rasakan tangan halus sang kakak yang biasanya hangat, namun kini terasa begitu dingin. Selama tujuh hari gadis berponi itu di landa rasa takut. Melihat Jennie yang tak kunjung sadar membuatnya takut akan hal buruk yang bisa saja terjadi. Terlebih kakaknya itu sempat kehilangan detak jantungnya.

Tak ada yang bisa Lisa lakukan selain berharap, memohon kepada Tuhan agar tak memanggil kakaknya lebih cepat. Sungguh Lisa tak ingin kehilangan kakaknya.

"Apa mimpimu terlalu indah Unnie?" Lisa mencoba kembali berbicara dengan kakaknya.

Dokter bilang meski Jennie belum sadarkan diri, kemungkinan gadis mandu itu bisa mendengar suara orang-orang yang berbicara dengannya.

Tatapan Lisa beralih pada mulut yang sang kakak yang terlihat dijejali selang. Membayangkannya saja Lisa tak sanggup, pasti kakaknya itu sangat kesakitan. Perlahan tangan Lisa terulur, ia mengusap lembut bibir kakaknya yang sedikit terbuka.

"Apa ini sangat sakit?" tanya Lisa kembali. Meski ia tau tak akan ada jawaban, hanya bunyi alat pendeteksi jantung yang terdengar di penjuru kamar rawat mewah itu.

"Aku tak pernah melihatmu seperti ini Unnie. Ini terlalu menyakitkan untukku."

Selama mereka hidup bersama, ini adalah pertama kalinya Lisa melihat keadaan sang kakak yang begitu mengkhawatirkan. Jennie adalah kakaknya yang kuat, dia bahkan sangat jarang jatuh sakit. Namun kenyataan yang ia lihat sekarang benar-benar mengguncang perasaannya.

"Unnie, ku mohon jangan menyerah. Hidupku tak ada artinya jika kau meninggalkanku." ucap Lisa lirih. Sudah cukup luka kehilangan saat kepergian kedua orang tuanya. Ia tak ingin Jennie melakukan hal yang sama padanya.

Di luar ruangan, seorang gadis terlihat berdiri di depan pintu. Ia mengurungkan niatnya untuk masuk saat mengetahui jika di dalam sana seseorang sedang menemani kakaknya. Memilih berjalan ke arah kursi tunggu lalu duduk di sana.

Ini adalah hari ke tujuh ia datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Jennie. Tapi niatnya itu tak pernah terealisasikan saat kedua saudarinya berada di sana. Yewon hanya ingin bertemu Jennie, tapi ia tak memiliki keberanian karna Lisa dan Chaeyoung pasti akan mengusirnya.

Duduk di kursi tunggu dengan penampilan yang cukup memprihatinkan. Selama satu minggu Yewon tak pernah pulang ke mansion Choi. Ucapan saudarinya beberapa hari lalu terus terngiang ditelinganya. Saat dengan jelas kata-kata menyakitkan itu terlontar dari bibir saudarinya.

Yewon cukup tau diri untuk kembali menginjakkan kakinya di mansion Choi. Ia hanya menjadi sumber kekacauan keluarga Choi. Lisa benar, seharusnya ia tak pernah datang di tengah-tengah keluarga itu.

Yewon terlihat beranjak, menatap sejenak pintu kamar rawat Jennie. Perlahan ia melangkahkan kakinya untuk pergi dari sana. Menggumamkan kata maaf yang ia tujukan pada Jennie karna lagi-lagi ia tak bisa bertemu.

Baru beberapa langkah, Yewon berhenti saat atensinya menangkap gadis berambut blonde yang berdiri tak jauh darinya.

Tatapan keduanya bertemu. Gadis yang sudah satu minggu ini tak pernah Chaeyoung lihat. Bahkan saat ia kembali ke mansion, Chaeyoung tak pernah melihat keberadaan Yewon.

BREATHWhere stories live. Discover now