° Two °

1.2K 210 9
                                    

"Hei, Ei-neesama cepat keluarlah dari sana!"

Ketika menjejakkan kakinya ke Tenshukaku, Raiden (Name) mendecakkan lidahnya dengan kesal seraya melipat kedua tangannya di depan dada. Ia tengah berada di dalam Tenshukaku-tepatnya di kediaman Raiden Shogun.

Tenshukaku begitu 'megah', dan (Name) yang selama ini sudah terbiasa hidup di tempat sederhana merasa aneh ketika berada di tempat itu.

Sepasang netra milik (Name) memandang lurus sosok wanita yang ada di depannya, dan wanita itu hanya membalasnya dengan tatapan tajam.

"Apa maumu?" tanya wanita itu dengan nada ketus.

(Name) menghela napas singkat, sesungguhnya ia malas berhadapan dengan wanita di hadapannya itu-tetapi, untuk bertemu dengan sosok yang sesungguhnya ia cari, wanita itu adalah perantaranya, oleh sebab Raiden Shogun adalah 'persona' Ei yang mengambil peran sebagai archon.

"Aku tak punya urusan denganmu, Shogun. Aku mau bertemu dengan kakakku," jawab (Name) dengan nada dingin.

"Kalau ada perlu, cukup bicara saja padaku." Shogun mendelik tajam ketika sepasang netra mereka saling bertatapan, keduanya memang tidak akrab-sebab, mereka sama-sama keras kepala.

"Aku mau bertemu dengan neesama, bukan kau, Shogun!"

"Aku adalah klon dari Raiden Ei. Secara tidak langsung, aku juga kakakmu, tahu? Sopanlah sedikit padaku!"

"Hah? Bagaimana aku mau bersikap sopan padamu-kalau sikapmu juga kurang ajar, Shogun?!"

"Kalau kau sopan, aku tentunya akan sopan. Namun, karena kau bersikap lancang dan tak tahu malu, aku juga berperilaku seperti itu padamu." Shogun mengdengkus kesal, melipat kedua tangannya dan memandangi (Name) tajam. "Ini adalah kali pertama kau bertemu denganku lagi-dan kau berperilaku lancang padaku. Dasar bocah tidak sopan."

Perempatan siku imajiner muncul di kepala (Name). Jikalau Shogun bukanlah 'klon' dari kakaknya-dengan senang hati (Name) akan menikamnya sebanyak dua belas kali dan melemparnya ke laut sampai hanyut ke pelabuhan Liyue. Gadis itu membuka mulutnya, hendak mengeluarkan argumen-tetapi, tiba-tiba terdengar suara di kepalanya.

"Aku pikir ada siapa yang mengusik Shogun, ternyata adikku. Jika kau ingin bertemu denganku, masuk saja ke sini, (Name)."

Kalimat-kalimat itu terlintas di kepala (Name), dan dalam hitungan detik-pandangannya menggelap.

***

"Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu. Bagaimana kabarmu, (Name)?"

Kini, (Name) berada di dalam Plane of Euthymia-alam bawah sadar dari Raiden Ei, tempat ia bermeditasi selama ratusan tahun lamanya. Ei dengan sengaja mengurung dirinya di sini, dan membiarkan Shogun sebagai bonekanya memerintah Inazuma.

(Name) melirik kakak perempuannya itu dengan tatapan malas-ia juga bingung apa yang harus dilakukannya di sini, dan (Name) berpikiran kalau Ei akan menganggapnya 'aneh'. Namun, terima kasih kepada Yae Miko-yang memaksanya untuk mengajak Ei untuk tsukimi.

"Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan neesama?" tanya (Name), sekadar membalas basa-basi Ei.

Ei tersenyum manis seraya menghampiri adik bungsunya itu dengan langkah cepat. Jemari Ei mengusap-usap pucuk kepala (Name) lembut. "Basa-basi tidak cocok untukmu. Tidak perlu memaksakan diri."

"Yah-tapi seperti yang kau lihat. Aku baik-baik saja di sini."

"Neesama! Jangan perlakukan aku seperti anak kecil ...!" (Name) menepis tangan Ei yang mengusapnya, kemudian memalingkan wajahnya yang memerah ke arah lain. Ia merasa canggung oleh sebab kakaknya memperlakukannya seperti itu.

Ei hanya tertawa melihat tingkah (Name), sesaat sebelum kembali membuka suara, "Saa, ada gerangan apa yang membawa adikku ke mari?"

"Yah-dengan sikapmu yang seperti itu, aku sangat yakin kau ke mari bukan hanya untuk basa-basi dan beramah-tamah, 'kan?"

(Name) mengangguk cepat, ia bersyukur dalam hati karena kakaknya itu cepat tanggap. Wajar saja-keduanya telah saling mengenal selama ribuan tahun.

"Baiklah, langsung ke intinya saja, neesama. Aku ingin mengajak neesama untuk tsukimi bersamaku," kata (Name).

"Eh?"

Ei membulatkan netranya dengan tak percaya. Ia kembali mendekatkan dirinya pada (Name), kedua telapak tangannya ia arahkan untuk menyentuh pipi (Name). Kemudian tangannya kembali bergerak dan menyentuh kening dan kepala (Name). "Adikku ... kau baik-baik saja? Sehat? Apa sempat terbentur saat masuk ke Plane of Euthymia ini ...?"

"Neesama! Aku baik-baik saja, kok!" (Name) menepis tangan Ei yang memeriksa kepalanya, kemudian memandang kakak perempuannya itu lekat-lekat. "Jadi neesama mau tsukimi bersamaku atau tidak?"

"Hm ...." Ei tampak menimbang-nimbang ajakan dari (Name), ia memangku dagunya dengan jari.

Sejujurnya, jika Ei menolak, tidak masalah bagi (Name). Ia bisa berkata pada Miko bahwa Ei tidak mau pergi-dan dia tidak perlu repot-repot untuk tsukimi bersama dengan kakaknya itu. Cukup bilang Ei menolak, dan Miko seharusnya bisa paham bahwa kakaknya memang keras kepala.

"Kalau tidak mau tidak apa-apa-"

"Baiklah. Aku mau." Perkataan (Name) dipotong oleh Ei, kemudian ia tersenyum manis sambil menggenggam tangan adiknya itu. "Aku tidak sabar untuk pergi dengan adikku! Apalagi ... ini kali pertama kita bertemu lagi, 'kan?"

Detik itu juga, (Name) hanya bisa menghela napas berat dan memaksakan diri untuk tersenyum di hadapan sang kakak. "Iya, neesama."

***

Tsukimi « Raiden Shogun (Ei) x Reader » (Genshin Impact)Where stories live. Discover now