32 - Together [END]

174 21 0
                                    

Baji melewati koridor rumah sakit dengan tergesa. Meski ayahnya adalah ayah yang buruk namun sebagai seorang anak ia tidak boleh mengabaikannya terutama ketika sedang dikondisi seperti ini.

Baji sudah berdiri didepan pintu, sejujurnya ia belum sanggup menemui ayahnya. Dengan berat hati tangannya menggeser pintu. Di dalam sana ia melihat ibunya yang duduk di sofa menemani ayahnya.

"Terimakasih telah datang anakku." Ibunya tersenyum lembut padanya. Hal itu membuat dadanya semakin sakit.

"Aku hanya kemari sebentar untuk memberikan ini pada ayah." Ia kemudian meletakkan buah-buahan segar di atas meja. "Baiklah aku pergi dulu."

Ketika ia hendak beranjak pergi, lengannya ditahan oleh ayahnya. "Tunggu nak, sepertinya ayah harus menjelaskan ini padamu."

Baji memutar mata bosan, ia malas jika membicarakan masalah ayahnya. "Ck, baiklah aku akan mendengarnya sendiri dari mulut ayah."

Sementara itu ibu Baji cukup khawatir ketika suaminya yang sedang dalam kondisi tidak sehat hendak menjelaskan permasalahan yang ada.

"Maaf jika selama ini kami merahasiakan kenyataan bahwa ayah mempunyai anak selain kau. Ayah terpaksa melakukan ini agar kau tidak membenci kami. Kau pasti kecewa dengan kami, terutama pada ayahmu yang bodoh ini." Tanpa beliau sadari, air mata merembes di pipinya.

Bukannya simpati terhadap ayahnya, ia malah menatap dengan jengah. "Setelah kupikirkan disini yang menjadi korban adalah mantan kekasih ayah dan Rindou. Apa ayah tidak punya hati menelantarkan mereka seperti sampah? Kenapa ayah? Kenapa kau melakukan hal sejahat itu? Aku lebih baik tidak dilahirkan ke dunia daripada bahagia di atas penderitaan orang lain."

Ibu Baji yang sudah berdiri di samping menamparnya keras. Bukannya marah, gelak tawa keluar dari mulut Baji, hal itu membuat kedua orang tuanya terheran.

"Mulai detik ini aku akan mundur dari calon pewaris perusahaan. Akan ku pastikan jika Rindou yang menjadi penggantiku."

Kedua orangtuanya membelalakkan mata tak percaya dengan apa yang dikatakan anak mereka. "Apa maksudmu Baji? Kau mengecewakan ibu!"

"Maaf, tapi tolong hargai keputusanku. Mulai sekarang aku tak akan kembali ke rumah, aku juga akan mengundurkan diri dari perusahaan. Permisi dan selamat malam."

Baji pergi meninggalkan orang tuanya. Sebenarnya ada sedikit rasa getir pada dirinya, namun ia harus tabah menghadapi kenyataan dan juga jalan pikiran yang sudah ia sampaikan pada ayah dan ibunya.

Keputusan untuk menanggalkan sendok emas sepertinya keputusan yang bijak. Setidaknya hal ini bisa membuatnya membayar rasa bersalah pada Rindou dan ibunya.

~

"Apa?! Kau serius?" Chifuyu masih terkejut dengan pernyataan kekasihnya yang ingin mereka tinggal bersama.

"Bukankah hal seperti ini wajar bagi sepasang kekasih? Apakah kau keberatan? Kalau kau keberatan aku akan menyewa apartemen lain."

"Tidak, bukan itu maksudku. Apa kau sedang diusir dari rumah atau bagaimana?"

Baji memutar matanya bosan. "Aku sudah meninggalkan segalanya."

Chifuyu semakin tak mengerti dengan maksud Baji. Ia merasa kesal kenapa kekasihnya ini tidak to the point saja.

"Aku sudah tidak menjadi calon penerus perusahaan. Aku juga sudah tidak tinggal di sana."

Chifuyu terkejut bukan main. "Kenapa Baji-san? Kenapa kau membuang semua yang sudah kau bangun sejak dulu?"

Baji tersenyum lembut padanya. "Asal aku bersamamu, aku tidak masalah."

Jantung Chifuyu seketika berdegup kencang, ia tidak menyangka Baji akan mengatakan hal yang sederhana namun sangat bermakna baginya.

Mata Chifuyu berbinar. Tanpa aba-aba ia langsung memeluk tubuh kekar Baji.

"Baji-san, aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu Chifuyu."

Kecupan singkat mendarat di kening Chifuyu. Hal itu membuat jantung pria bermanik emerald semakin berdegup kencang, bahkan pelukannya semakin erat.

"Di dalam ingatanku aku mengingat rambutmu berwarna blonde, tapi kau sangat cocok dengan rambut hitam mu yang sekarang." Baji berucap sembari mengecup pucuk kepala Chifuyu berkali-kali.

"Sejujurnya aku tidak mewarnainya lagi karena dengan memiliki rambut hitam dapat mengingatkanku padamu."

Baji mengulas senyum tipis. "Aku tidak akan pergi meninggalkanmu, jadi jangan khawatir."

"Janji?"

"Janji."

Bibir Baji mengecup lembut bibir ranum Chifuyu, necupan lembut itu berubah menjadi cumbuan yang liar.

"Nghh... stopphh Baji-san." Tangan Chifuyu memukul dada Baji, ia meminta berhenti karena kehabisan nafas.

"Hehe, i love you."

END.

Terimakasih untuk supportnya selama ini. Author juga minta maaf sebesar-besarnya atas keterlambatan up. Maaf kalau endingnya terkesan terburu-buru, sebenarnya author udah ada plan mau buat ini itu, tapi karena author udah kehilangan minat nulis book ini alhasil malah jadi gini endingnya (⁠。⁠ŏ⁠﹏⁠ŏ⁠)

(15/02/2023)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Please Remember Me || BajiFuyu ✓Where stories live. Discover now