1. Rasendriya Alsaki

12.9K 930 48
                                    

Jangan lupa vote & komen 😘

Info : Cerita ini sudah tersedia di Karya Karsa dan KBM dalam versi lengkapnya.

***

"Hira masih nggak mau diajak nikah?"

Pertanyaan pertama yang menyambut kedatangan Rasen ke ruang makan. Pria 32 tahun itu dengan santainya menarik kursi lalu mendudukinya lebih dulu sebelum menjawab tanya sang ibu.

"Karir modeling Hira lagi bagus-bagusnya, Mah. Mungkin tiga atau empat tahun lagi kita baru akan menikah,"

"Tiga atau empat tahun kamu bilang?!" pekik Prada yang langsung menduduki kursi tepat di sebelah putra sulungnya. "Umur kamu udah nggak muda lagi, Rasen! Seharusnya kamu udah punya anak kalau tiga atau empat tahunan lagi." omelnya pada si sulung yang masih begitu santai dalam hal pernikahan.

Prada mengalihkan pandangan pada kedua putranya yang lain sebelum berbalik lagi menatap Rasen dengan wajah memelas.

"Lihat itu adik-adik kamu! Mereka nggak ada yang mau melangkahi kamu, Rasen!" adunya nelangsa. "Kalau begini kapan Mamah punya cucu? Seandainya Papah kalian masih hidup, Mamah pasti nggak bakalan ngerasa kesepian," curhatnya pilu.

"Setidaknya kalau ada cucu, rumah jadi ramai. Percuma punya anak-anak ganteng, sukses, mapan, tapi nggak ada yang mau nikah."

Rasen memberi kode pada kedua adiknya yang sialnya memilih mengedikan bahu. Seolah berkata bahwa itu bukan urusan mereka dan Rasen harus mengembalikan mood Prada seperti semula. Ibu mereka memang sudah sering kali membuat drama dan selalu saja mengangkat pernikahan sebagai topik utama. Kalau sudah begini, tentu Rasen yang harus merayu Prada.

"Ayolah, Mamah nggak bisa begini terus. Rasen pasti akan menikah,"

"Tapi kapan Rasen?! Kalau harus nunggu tiga atau empat tahun lagi, Mamah nggak mau!"

Prada melipat tangan di depan dada dengan wajah dinginnya.

Rasen menghembuskan napas kasar. Ia bingung harus merayu ibunya dengan cara apalagi. Terakhir dia rayu dengan tas keluaran terbaru dari dior saja, ibunya tolak mentah-mentah.

"Mamah punya uang buat beli sendiri! Lagian lemari tas Mamah juga udah penuh. Mamah maunya kamu nikah, nggak ada yang lain." kata Prada saat itu sebelum akhirnya mendiami Rasen selama tiga hari. Seandainya saja Rasen tidak jatuh sakit saat itu, mungkin dia akan mendapati sikap dingin Prada lebih lama lagi. Dan untuk pertama kalinya, Rasen merasa bersyukur karena jatuh sakit.

"Ya udah kalau gitu Rasen nyicil kasih cucunya dulu mau nggak, Mah?" ucap Rasen ngasal yang langsung mendapatkan delikan mata dari sang ibu.

"Jangan macam-macam kamu, Rasen! Cucu tanpa mantu, mamah nggak mau!"

Rasen mengerang frustasi.

"Terus Rasen harus gimana, Mah? Hira belum mau nikah. Masa iya Rasen harus maksain,"

"Ya udah cari wanita lain. Bukan cuma Hira yang mau sama kamu."

"Tapi yang Rasen mau cuma Hira. Kita udah pacaran 7 tahun, Mah. Mana mungkin melepas Hira gitu aja."

Prada melirik putranya tajam. "Banyak yang udah pacaran bertahun-tahun terus putus tuh," sindirnya. "Lagian kenapa pacaran lama-lama kalau nggak nikah-nikah juga? Sayang umur, Rasen!"

"Rasen nggak masalah kalau Elzhan atau Alvir mau nikah duluan," Rasen melempar pandangan pada kedua adiknya yang dengan santainya melahap sarapan mereka di saat dia sendiri sedang dipojokkan sang ibu.

Forced MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang