Chapter 49

32 10 13
                                    


Drrt drrt

Gue merogoh kantong rok, nama Dohwan terpampang jelas di layar hp gue.

Karena gue lagi cuci muka bentaran di kamar mandi, gue bisa dengan santai main hp.

Dohwan

| kak
| cowok lo tubir
| sama salah satu anak kelasan yg tadi bercanda mau ngerebut lo
| haha, tolol bgt ya cowok lo?

Alis gue bertaut. Ini kenapa jadi gini njer?

trus sekarang gimana? |

| msk bk lah
| santai kak, lo obatin aja pulsek

Gue mijit pelipis pelan. Sebenernya ada banyak yang mau gue tanyain sama Dohwan ini. Tapi waktunya sangat terbatas, gue harus balik ke kelas sebelum kena semprot bu Kahi karena hari ini lagi ulangan harian.









Gue natap Doyoung sebel.

Sekarang kita lagi ada di swalayan samping sekolah, sebelumnya gue jegat dulu supaya gak kabur.

"Sakit ga?" Tanya gue dan di gelengin.

Buset? Segitu memarnya dia bilang gak sakit?

Gue gigit bungkusan cooling patch dan di totol pelan ke luka yang ada di sekitar bibirnya. Bikin Doyoung meringis dan nahan lengan gue, nyuruh berhenti.

"Katanya gak sakit?" Tanya gue dengan wajah ngeledek.

Doyoung meringsut, megangin ujung almet gue dan di remas kenceng saat gue balik ngebersihin lukanya.

"Berantemin apa sih?" Tanya gue, pura-pura gatau aja.

"Ada yang mau rebut kamu," katanya sambil manyun. "Tadinya gak mau ribut, cuma kelepasan nonjok pas Taesung bilang mau jemput kamu hari ini."

Gue menye-menye, "Buktinya sekarang apa? Malah gue yang jemput lo, Doy." Kata gue, terlalu kesel dan ngelempar bekasan tissue ke meja.

Doyoung nanggah, air matanya menggenang.


Gue masih sibuk nempelin hansaplas di tulang pipi nya yang sedikit lecet dan memar, katanya si Taesung pake cincin, jadi pas nonjok kena.

"Besok minta maaf sama Taesung, gak ada tapi-tapian."

Doyoung geleng, "Apapun itu, asal jangan minta maaf sama dia."

Gue ngangguk, "Minta maaf sama keluarganya. "

"Ya jangan itu juga kak, lagian dia anaknya emang rese. Sekelas pun pada males sama dia," tuturnya.

"Lagian hal sepel–"

"Sepele apa yang kamu maksud?" Doyoung malah natap gue gak percaya, "Kak, kamu beneran gak peka atau gimana kalo aku udah sayang banget sama kakak?"

"Kakak udah jadi prioritas aku selain Mama," Doyoung ngacak rambutnya frustasi. "Harus sekeras apa lagi aku nunjukkin kalo aku suka sama kakak?"

Gue kicep.

Doyoung langsung mendesah panjang, nyender di bangkunya dan nunduk, mukanya merah. Kayanya dia nahan emosi.

Gue harus gimana?

Tangan gue terulur buat minta maaf, "Maaf." Kata gue sambil nunjukkin muka semelas mungkin.

Doyoung ngelirik gue, natap tangan gue di atas meja. Jabatan gue di bales, tapi gak langsung di lepasin, bahkan sekarang Doyoung malah nelungkuppin wajah di atas meja, dengan tangan kita yang masih bertaut.



𝐎𝐍𝐄 𝐎𝐅 𝐔𝐒 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang