Rencana Gila

314 84 23
                                    

"Tam, gua butuh bantuan lu," jawab Uchul menatap Tama. "Ada sebuah kafe di Alam Suratma, di sana ada seorang penjudi ulung. Kita harus bisa ngebungkam dia. Itu satu-satunya cara."

"Karma?" tanya Dirga yang pernah sekali dibawa oleh Uchul ke Karma Cafe, ketika ia ingin menutup mata batinnya dan mengusir Tumenggung dari tubuhnya.

"Ya, tempat itu." Uchul membuka penutup matanya. "Dan tugas buat lu, cari lokasi yang menurut lu potensial sebagai tempat ritual. Inget, kita tinggal bertiga, hati-hati dalam setiap melakukan pergerakan. Lu akan bergantung sama Tumenggung untuk menjaga diri lu biar enggak terdeteksi."

Dirga mencengkeram topeng Tumenggung di tangan kanannya. "Kalo gitu ...." Ia mengenakan topeng itu. "Mulai bergerak." Begitu Dirga memberikan instruksi, Uchul dan Tama menghilang dari pandangannya.

***

Uchul dan Tama berdiri di depan sebuah kafe. "Orang yang akan kita lawan ini berbeda levelnya, bersiaplah." Uchul berjalan masuk diikuti Tama.

Seorang pria berpakaian barista tersenyum menatap Uchul dan Tama. Uchul tak terlalu mempedulikannya, ia terus berjalan menuju sebuah meja. Di sana ada anak kecil yang sedang duduk menatap mereka berdua.

"Aku ingin bertaruh, Kidy" ucap Uchul.

"Apa taruhannya?" balas anak yang dipanggil Kidy.

"Nyawa orang ini kekeke." Uchul menunjuk Tama, sementara Tama meneguk ludahnya.

Si kurang ajar ini bawa gua buat jadi barang taruhan. Tama menatap Uchul dengan wajah datarnya.

Tama mengacungkan dua jarinya. "Kami berdua taruhannya." Kini giliran Uchul yang menatap Tama, ia tak menyangka Tama akan berani menyeretnya.

Kidy tersenyum. "Menarik. Jadi, permainan apa yang akan kita mainkan?"

"Kekeke." Uchul menyeringai. "Lempar dart."

"Oke, setuju

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

"Oke, setuju." Kidy menatap barista yang sedang duduk merokok di belakang bar. "Smooky, ambil anak panah, ada yang mau nyetor nyawa." Kidy beranjak dari duduknya dan berjalan ke depan dart.

"Kenapa dart?" tanya Tama.

"Karena tiap pemain memiliki tiga giliran melempar. Kita punya dua kali kesempatan lebih daripada dia."

"Jadi potensi poin kita bisa lebih besar dari anak itu?"

Uchul menyeringai, tetapi keringatnya bercucuran akibat tekanan dari bocah kecil itu. "Ya, kita harus menang dengan segala cara."

Smooky membagikan tiga anak panah pada masing-masing pemain. Pertandingan dua lawan satu. Kini beberapa arwah yang menjadi pelanggan di kafe itu ikut menonton. Tama mendapatkan giliran awal.

"Inget, ini beda sama dart biasa," ucap Uchul.

"Bedanya?"

"Dilemparan pertama lu akan ngerti." Uchul menepuk pundak Tama. "Kita memikul banyak nyawa manusia, terutama Andis, Tirta, dan Ajay. Pertandingan ini memberikan chance kita setidaknya 1% lebih besar untuk menang melawan Siriz."

Mantra : Hasrat Sang PenyihirHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin