Perburuan Sang Penyihir

424 93 57
                                    

Dirga membantu Tama bangkit. "Apa udah waktunya, kita bergerak--ketua?"

Tama memicingkan matanya. Ketua?

Pria pendiam itu mengikuti arah mata Dirga menyorot. Dilihatnya seorang pria berambut ikal yang duduk tertidur terbalut selimut biru muda. Tepat ketika matahari tenggelam, pria itu membuka matanya seraya dengan datangnya gelap.

"Kei ...."

Kei Yudistira, pimpinan tertinggi Mantra dan juga Dharma sudah tiba di Yogyakarta. "Mana mungkin kita biarkan si bar-bar itu bergerak sendirian," ucapnya dengan mata sayu. Kei beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu, ia melewati Tama dan Dirga.

"Hanya ada dua perintah. Pertama selamatkan semua orang, kedua—jangan mati," titahnya dengan mata biru menyala pada Dirga dan Tama.

***

Di daerah Jalan Kabupaten yang tergolong sepi, Uchul berdiri menatap sebuah rumah besar. Rumah itu tampak seperti rumah biasa. Satu ruangan di dalam rumah itu terang, karena hanya di ruangan itu lampu menyala, seolah memberikan tanda bahwa 'aku ada di sini'.

Siriz, wanita itu sedang duduk di depan meja rias. Ada sebuah ranjang besar dan hiasan patung di dalam ruangan itu. Begitu Uchul masuk ke sana, pintu tiba-tiba tertutup dengan sendirinya. Siriz menatap Uchul dari pantulan cermin. "Sudah datang, ya?"

"Seharusnya lu kabur kayak yang biasa lu lakuin. Sekarang udah enggak ada jalan keluar lagi." Uchul--Tomo menatap Siriz penuh dengan amarah.

"Ini kasus pertama di mana, ada orang yang mampu balikin santet aku. Sejujurnya ini bukan kali pertama kita bertemu, aku pikir kita bisa jadi pasangan yang serasi." Siriz beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Uchul. "Mampu keluar dari ledakan, enggak takut datang ke kasino, meskipun udah tau identitasku dan malah nantang. Ternyata, aku yang terpancing. Kamu nunggu aku ngirim santet biar kamu tau lokasi aku. Cerdas."

Sebuah sabit muncul di depan lehernya. Tarsah berdiri di belakang Uchul sambil menatap Siriz. "Tahan, aku ingin dia menjadi suamiku." Siriz yang sudah berada di depan Uchul langsung melingkarkan tangannya pada bahu Uchul. "Bagaimana? Mau bermain-main malam ini?" Siriz melirik ke arah ranjang.

Uchul menyeringai, ia berganti kepribadian. "Kekeke kau menarik juga, cantik." Uchul mendekatkan wajahnya pada Siriz hingga membuat Siriz memejamkan matanya. Alih-alih mencium, Uchul membuka penutup matanya. "Suratma total."

Suratma total adalah mode di mana Uchul bisa membawa orang lain ke Alam Suratma sekaligus bersama tubuh fisiknya. Ia berusaha meraih Siriz, tetapi Tarsah hendak mencabut nyawanya.

Cih! Sialan ....

Uchul mengurungkan niatnya untuk membawa Siriz dan ia menarik Tarsah pergi bersamanya.

"Apa gunanya membawaku ke sini?" tanya Tarsah, malaikat maut berpakaian perak dengan topi fedora berwarna perak. "Aku bisa kebali lagi semauku."

Uchul mengelurakan lagi seringainya. "Aku sudah memprediksikan hal ini. Membawa nenek sihir itu tak semudah teorinya. Alih-alih membawanya, aku lebih memilih membawamu. Ada yang ingin bermain denganmu, Tarsah."

Kidy muncul dari kabut yang menyelimuti Alam Suratma. Ia menyeringai menatap Tarsah. "Terimakasih banyak, Iblis mata satu," ucap Kidy.

Tarsah memicingkan matanya. "Antek Yama?"

Sisanya aku serahkan pada kalian, prajurit. Aku akan menahan monster ini di sini. Untuk yang pertama kalinya aku akan berdoa pada Tuhan. Semoga kalian selamat dan berhasil menghajar Siriz.

***

Tama mendapatkan pesan dari Uchul beberapa menit lalu. Pria merah itu mengirimkan lokasi. Dirga yang diberitahu oleh Tama perihal lokasi tersebut, langsung membawa mobilnya dengan kecepatan penuh.

Mantra : Hasrat Sang PenyihirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang