02. Lembar Milik Luka

3.9K 578 63
                                    

Keriuhan di lapangan basket terjadi, disebabkan oleh dua kubu pemuda yang bertarung sengit dalam permainan. Cuaca panas menambah sensasi keseruan di lapangan. Para gadis kompak bersorak menyemangati masing-masing kubu. Selisih skor mereka sangat tipis. Tak ayal mengundang decakan greget dari para penonton.

Di tengah permainan yang makin sengit, seseorang mendadak bermain dengan penuh emosi. Hingga berakhir menyenggol salah satu anggota kubu lawan sampai terjatuh. Yang menjadi korban kontan tersulut emosi. Sejak tadi ia berusaha bermain dengan sportif, tetapi malah mendapat perlakuan yang sebaliknya.

Si pelaku alias Lion, menatap si korban tanpa rasa bersalah. Padahal anggota timnya sudah mendesak pemuda itu untuk meminta maaf. Lantas karena sudah tidak tahan lagi, wajah Erlan memerah dan segera melayangkan sebuah bogeman pada Lion. Perkelahian tak bisa terelakkan.

Suasana hati Lion memang sudah tidak baik sejak tadi pagi. Masalah kemarin terus diungkit oleh Zidan di meja makan. Ia makin muak. Lalu saat bermain basket ia kembali teringat semuanya, memicu dirinya untuk meluapkan emosi yang terus menerus dipendam. Kemudian sekarang berakhir berguling-guling di lapangan sambil adu jotos dengan Erlan sebagai pelampiasan.

"Erlan, udah!" tegur salah satu teman sekelas mereka. Melihat Lion seperti memberi isyarat menyerah. Tenaga pemuda itu habis terlebih dahulu dibanding Erlan.

Beruntung mereka tidak mendapatkan banyak luka. Erlan hanya mendapat sebuah lebam di pipi kanan, sementara Lion mimisan akibat terkena pukulan Erlan. Mereka berdua kemudian dipisah perlahan. Erlan sudah berhenti memelintir lengan Lion dan Lion pun tidak memberi perlawanan lagi.

"Lan, gue sorry," ujar Lion ketika situasi sudah mendingin. Untung saja guru olahraga mereka sedang tidak ada di tempat. "Gue yang salah. Gue mulai duluan tadi, mainnya kasar. Sorry banget." Ia mengulurkan tangan pada Erlan dengan napas yang masih ngos-ngosan.

Pada awalnya Erlan masih emosi dan tidak berniat memaafkan Lion secepat itu, tetapi melihat wajah bersalah pemuda tersebut, Erlan jadi tidak tega. Ia berdehem sejenak. Lalu menyambut uluran tangan Lion.

"Maaf, ya, Lan." Lion menegaskan sekali lagi. Sungguh-sungguh memberi tatapan penuh rasa bersalah pada Erlan.

Erlan mengangguk singkat. "Iya, gak pa-pa."

Seusai mendengar jawaban positif dari Erlan, Lion bisa bernapas sedikit lega. Ia membiarkan pijakannya runtuh. Jatuh bersimpuh di lapangan. Hingga menarik perhatian belasan pasang mata. Bahkan Erlan yang tadinya hendak pergi ke pinggir lapangan, berhenti melangkah dan berbalik.

Meski kadang kelakuan mereka seperti bukan manusia, teman-teman sekelas Lion termasuk teman yang cukup perhatian. Beberapa gadis bahkan menyodorkan botol tupperware mereka secara bergantian. Samudra dan Farrel yang berada paling dekat dengan Lion jadi agak kewalahan.

"Iya-iya, makasih tawarannya. Tapi jangan dikerubungin gini, kasian si Lion." Samudra memukul mundur beberapa gadis yang mengerumuni Lion. Sementara Farrel mengelus-elus punggung sang sahabat sambil memberi intruksi pada Lion untuk tidak panik dan bernapas secara perlahan.

Semua orang tampak khawatir. Terlebih lagi Erlan, takut kalau ia salah memukul bagian tubuh Lion dan menyebabkan hal buruk. Ia mendekat ke Farrel dan berujar, "Lion gak pa-pa, 'kan? Gue mukulnya nggak kenceng-kenceng amat, kok, tadi."

"He'll be okay," balas Farrel singkat. 

Sebenarnya, tadi Lion berhenti melawan karena mendadak dihampiri sesak. Ia memutuskan menyerah karena tidak mau sesaknya makin parah. Beruntung Erlan mau diajak bekerja sama. Meski sekarang masih tetap terasa. Setidaknya lebih baik daripada beberapa saat yang lalu.

Seans ✓Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz