8. I Am Still Here-VII

51 24 0
                                    

Selagi Diana asyik menikmati camilan dan susu, Oliver malah hanya termenung, menatap kosong ke dalam cangkir berisi teh yang sedang dipegangnya.

Dia masih kepikiran dengan kejadian barusan. Tadi saat merasakan tubuhnya berat dan susah digerakkan, iseng-iseng Oliver menghardik, 'lepaskan atau aku adukan pada ibu'. Setelah itu, tiba-tiba dia merasa beban yang semula membelitnya terlepas.

Karena hal itu, tidak salah Oliver jadi berpikir kalau di rumah mertuanya ini sungguhan ada hantu. Dan konyolnya, karena sepertinya hantu itu takut diadukan, dia juga jadi berpikir kalau hantu itu kemungkinan adalah teman sang ibu mertua.

Konyol dan tidak masuk akal, tetapi bukan berarti tidak mungkin.

Bagi Oliver, hal itu sangat mungkin terjadi. Lihat saja rumah ini beserta isinya. Lebih cocok dibilang museum tua daripada rumah tinggal.

Semua interior dan perabot hampir seluruhnya terbuat dari kayu dan tembikar, antik, berukiran klasik, tidak ada warna lain selain cokelat kusam. Ditambah lagi dengan pepohonan besar dan tumbuhan perdu nan rimbun yang tumbuh di sekeliling rumah, semakin suram saja auranya. Tidak heran kalau berhantu.

Dan mengenai keanehan yang terjadi tadi pagi, tidak hanya dia saja yang menyaksikan air kolam itu meluap tinggi lalu mengguyur Nyonya Parker, tetapi Diana juga melihatnya.

Oke, katakanlah tidak mungkin air kolam bisa meluap seperti itu tanpa sebab, tetapi kesaksian dua pasang mata yang melihat kejadian itu secara langsung juga sulit untuk diragukan.

Rasanya memang sulit dinalar. Namun bila dikatakan saat itu dia dan Diana hanya sedang berhalusinasi, apakah itu lebih mudah diterima akal sehat? Rasanya tidak juga.

Oliver mulai merasa tidak nyaman. Kini dia pun mulai memikirkan sosok perempuan berwajah pucat itu lagi. Dia yakin, beberapa kejadian aneh ini pasti ada hubungannya dengan sosok yang diyakininya sebagai hantu.

Kolam. Dia bertemu dengan perempuan itu di kolam. Jangan-jangan kolam itu adalah tempat tinggalnya.

Brak

Oliver terlonjak sampai cangkir tehnya terguling, tetapi tidak ada waktu untuk mengeluhkannya karena suara tadi adalah suara Nyonya Parker terjatuh dan menabrak almari.

Diana bergerak lebih cepat dari Oliver. Selagi sang suami masih sedikit linglung, Dia sudah bergegas menghampiri ibunya.

"Ibu, bagaimana bisa terjatuh?" Diana berlutut di samping Nyonya Parker yang tergeletak di lantai, hendak membantunya bangun, tetapi dicegah Oliver.

"Biar aku saja."

"Aku tidak apa-apa. Tidak perlu digendong cukup bantu berdiri saja."

Nyonya Parker merambat pada lengan Oliver. Sang menantu pun tidak membantah, tidak jadi membopong, mendukungnya untuk berdiri sudah cukup. Oliver tahu kalau ibu mertuanya paling tidak suka dianggap sudah tua dan lemah.

"Hati-hati, Bu." Oliver segera menangkap lengan Nyonya Parker saat tubuh perempuan itu sempoyongan.

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Ibu baik-baik saja, bisa jalan sendiri."

Perempuan paruh baya itu menepis tangan Oliver yang memegang lengannya, sedikit tertatih berjalan ke kursi. Setelah duduk dia mengelus paha yang terasa ngilu.

Diana duduk di sebelah sang ibu dan mengelus lembut lengannya.

"Apa ibu sering seperti ini?"

Sorot mata sendu, raut wajahnya melukiskan kekhawatiran. Bibir Diana yang tadi pagi merona, kini kembali pucat.

"Maksudmu jatuh? Tidak, tidak. Ini pertama kalinya." Nyonya Parker menepuk-nepuk lembut kedua pipi putrinya. "Tidak perlu khawatir, hum."

"Bagaimana kami tidak khawatir, Bu. Lebih baik Ibu---"

I'm Still Here [TAMAT]Where stories live. Discover now