12. Seorang Ibu

321 44 8
                                    

Di pagi hari yang tenang dan damai ada seorang gadis yang membawa keranjang berisi bunga-bunga cantik dan indah. Ia memetiknya untuk ibunya dan seseorang yang ia anggap sebagai kakaknya. Gadis itu adalah Izumi.

Izumi yang membawa keranjang berisi bunga telah sampai di kediaman klan Uchiha. Ketika ia melewati rumah seseorang ia menghentikan langkahnya. Ia menatap rumah orang itu dengan rasa penasaran dalam hatinya. Ia mendekat ke rumah itu sambil celingukan bahkan tanpa ia sadari kakinya menjinjit. Ia ingin mengetuk, tapi hatinya meragu. Namun hal itu terhenti karena ada seseorang yang berbicara di belakangnya dan tentu saja, orang itu berbicara padanya.

"Kau sedang mencari siapa?" tanya seorang wanita yang lebih tua dari Izumi. Wanita itu mirip dengan seseorang yang Izumi kenal. Ia menatap Izumi dan tersenyum tipis.

Refleks Izumi berbalik dan menengok ke sumber suara. Ia begitu terkejut, bahkan keranjang bunga yang ia pegang terlepas dari tangannya.

"Apakah Itachi ada di rumah?" tanya balik Izumi dengan lembut sambil membalas senyuman wanita di hadapannya. Wanita itu adalah ibu Itachi.

"Iya, Itachi berada di rumah. Kau mau bertemu dengannya? Apa perlu dipanggilkan?"

"Tidak perlu, nyonya. Aku tidak ingin mengganggu waktu istirahat, Itachi"

"Tolong jangan panggil aku nyonya. Panggil bibi saja, ya"

"Baiklah, bibi"

"Siapa namamu?"

"Namaku Uchiha Izumi"

"Kenapa kau kemari? Bukankah kau ingin bertemu dengan Itachi? Tapi kenapa kau bilang tidak perlu?" tanya ibu Itachi karena bingung dengan maksud gadis manis di hadapannya ini.

"Aku dengar, belum lama ini Itachi mengalami hal buruk. Ia pasti terluka karena kejadian itu, tentu ia perlu beristirahat dan waktu untuk menenangkan dirinya. Aku tidak ingin mengganggunya, akan sangat egois jika aku melakukannya" jawab Izumi dengan tatapan yang hangat dan senyum lebar yang terukir di wajahnya.

Untuk sejenak ibu Itachi terdiam, mendengar perkataan gadis di depannya membuat hatinya tersentuh dan perasaan bahagia menyelimuti hatinya. Ia senang bahwa putranya yang dingin memiliki seorang teman yang begitu tulus menyayangi dan berteman dengannya.

"Kau teman putraku, bukan? Bagaimana kau bisa berteman dengannya? Kau tahu bukan putraku itu orangnya dingin dan cuek, melihatmu menjadi temannya rasanya hampir tidak mungkin terjadi"

"Itu karena aku yang menyapanya lebih dulu, walau saat itu ia tidak terlalu memedulikanku. Tapi karena suatu kejadian akhirnya kami menjadi seorang teman"

"Begitukah?" tanya ibu Itachi karena penasaran bagaimana bisa seorang gadis manis sepertinya, bisa menyapa putranya yang terkesan dingin dan cuek itu.

"Iya, bibi. Itachi itu hanya cuek dan dingin, bukan? Tapi Itachi bukan orang jahat dan tentu saja tidak ada alasan bagiku untuk tidak berteman dengannya"

"Bagaimana kau bisa seyakin itu, jika putraku bukan orang jahat?" ibu Itachi bertanya kembali, ia ingin tahu apakah gadis di hadapannya benar-benar tulus terhadap putranya.

"Karena hatiku bilang Itachi tidak jahat, maka aku percaya ia tidak jahat. Aku yakin dengan apa yang hatiku bilang, bibi"

Ibu Itachi menatap mata gadis bermata coklat gelap di hadapannya. Ia mencoba mencari kebohongan di mata gadis itu, tapi hasilnya ia hanya melihat kejujuran dan ketulusan dari mata gadis itu. Bahkan senyuman yang ia berikan padanya sangat tulus dan juga hangat. Tidak sedikit pun kepura-puraan dari senyumnya itu. Ia sadar bahwa gadis di hadapannya ini istimewa, sikap dan perkataannya yang tulus dan juga hangat mampu meluluhkan hati orang lain termasuk dirinya dan juga putranya.

SOULMATEWhere stories live. Discover now