JANJI SEPOTONG DONAT

41 5 1
                                    

Part 3

Mereka tiba di rumah Pak Irwan Ngampel, rumah yang cukup besar, dan ada satpam yang menjaga di pagar depan. Setelah memberitahu kalau dia, Rus dari Semarang dan memperlihatkan kertas yang diberi si Bapak, mereka pun disuruh masuk. Irwan orangnya pendek, berkulit putih. Tato naga menghiasi lengan kanannya, dan banyak tato lainnya yang tidak begitu jelas bentuk apa, tapi bagus. Kepala plontos dan kumis tebal seperinya tidak cocok untuknya, tapi wajahnya terlihat garang, dengan tatapan lembut.

"Kamu siapa? Yang nyuruh sini siapa?" tunjuknya pada Bayu.

"Saya Bayu, tahu rumah Bang Irwan, dari Jhon, waktu di lapas dia yang memberi alamat."

Irwan hanya melirik ke arah Rus, tanpa bertanya apa-apa dia langsung menyuruh pria berbadan ceking dengan tinggi 173cm itu istirahat di belakang. Salah satu anak buahnya mengajak Rus masuk. Sementara Bayu masih harus menjawab beberapa pertanyaan.

Masuk di kamar ukuran 4x4 dengan kamar mandi dalam, dan ada dua tempat tidur, Rus pun segera mandi. Selesai mandi sudah ada kue di dalam kotak, di atas tempat tidur, juga satu botol air mineral. Ada catatan, kalau ia disuruh istirahat, dan jam satu siang akan dibangunkan. Tanpa banyak berpikir, ia pun langsung menganjal perutnya dengan beberapa kue dan tidur.

Jam 12.45, Rus terbangun karena ada suara ketukan pintu. Terlihat Bayu pun tengah tidur nyenyak. Sekali lagi ia mandi, dan keluar kamar, untuk bertanya arah barat sebelah mana, ia mau salat.

Begitu keluar, sudah ada dua orang berbadan tegap, sepertinya mereka orang-orang Indonesia Timur. Yang satu namanya Obed, rambutnya gimbal, yang satu lagi Yanus, berkepala plontos, orangnya ramah.

"Sudah bangun? Ayo ikut kami," ajak Yanus.

Rus hanya mengiyakan, rencananya untuk salat ia tunda dulu. Rus langsung diajak ke ruangan Irwan, memiliki meja dan kursi layaknya seorang direktur perusahaan, ia sudah duduk di sana. Dengan singkat dan jelas Rus menceritakan siapa dirinya, dan kejadian apa yang dialaminya. Tanpa banyak tanya, Irwan langsung menelpon beberapa orang yang dia kenal, berbicara dengan bahasi Cina campur Betawi, campur bahasa Jambi. Selesai menelpon ia memanggil Yanus dan Obed dan meminta mereka mengantar Rus.

Keduanya mengajak Rus pergi. Alih-alih mengajak makan dulu saat melewati dapur, karena terlihat banyak makanan, ternyata mereka langsung ke garasi mobil dan keluar rumah.

"Kita mau ke mana? Saya boleh singgah sebentar di masjid?" tanya Rus, memberanikan diri. Awalnya Obed menolak karena mereka takut terlambat, tapi Yanus dengan baik hati menyuruh Obed masuk ke salah satu masjid yang mereka lewati.

"Seperlunya, lakukan kewajibanmu, jangan membuat kami menunggu lama!" kata Yanus dengan tegas. Rus pun mengangguk dan bergegas ke masjid yang tak begitu ramai, karena waktunya berjamaah sudah selesai.

Rus pun mengucapkan terima kasih sekali lagi, saat ia melihat kedua teman barunya itu masih menunggu. Mereka pun langsung ke arah Cijantung, menuju salah satu rumah yang tidak terlalu besar, tapi agak tertutup.

"Nama, tanggal lahir, agama, status, tulis sini. Alamat biar kami yang urus," kata pria pemilik rumah sambil menyodorkan kertas. Dan meminta Rus berdiri di dekat tembok, ia pun bersiap dengan kamera tustel minolta riva keluaran tahun 1991.

"Mau tunggu atau Senin kuantar, soalnya ini hari Sabtu, lumayan ribet ngurusnya" ucapnya lagi pada Yanus. Langsung dijawab mereka mau menunggu. Pria itu pun keluar dengan motor Astrea grand sepertinya masih baru. Yanus dan Obed langsung menyalakan rokok, keduanya pun ngobrol dengan logat yang sedikit-sedikit dipahami Rus.

Hanya jadi pendengar, menunggu hampir satu jam, akhirnya Pak Karim, orang yang membantu membuatkan KTP itu datang. Menyerahkan KTP, juga memberi alamat Polres tempat Rus akan mengambil SIM.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Janji Sepotong DonatWhere stories live. Discover now