Jadi Percobaan?

528 66 160
                                    

"Aaaa!!!" Pekik nya kesakitan, setelah di uji coba oleh makhluk tak berperasaan di depan nya.

"Aaaaaaa!!! Huhuhu sakit tahu!!" Pekik nya lagi.

Salah satu pria disana khusus nya yang berkacamata menghela napas lelah "Padahal Tama hanya mencabut bulu kaki mu tapi kau berteriak seakan di mutilasi anak ini."

Ya, pria berambut jingga yang bulu kaki nya di cabut-cabut itu pun geram "Hey! Sakit tahu! Rasa nya seperti di cubit pakai kuku!"

"Kau ini ya, mentang-mentang kita sudah lama tak konser malah engga waxing."

"Uyey! Tama berhacil ambil 5! Iorin, Iorin bica cabut?" tanya si kepala biru pada adik sang 'korban' nya.

"Umm... Atu gak mau cabut..." Jawab yang di tanya.

"Oh."

Yamato menatap pintu dorm mereka, ia khawatir kenapa Riku tak kunjung pulang dari rumah sakit setelah 3 hari. Menurut informasi yang ia dapat dari Gaku, katanya si kembar harus di rawat di rumah sakit pusat.

Apakah demam nya separah itu?

"Yamato-san, aku akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk si kembar." Sougo, ia sudah siap dengan pakaian rapi dan tas di lengan nya. Bahkan ia juga sudah lengkap dengan perlengkapan perampok-- maksudnya perlengkapan penyamaran agar identitas nya sebagai Idol tak ketahuan.

"Hm, pergilah. Serahkan anak-anak padaku untuk hari ini."

"Baiklah. Sampai jumpa."

Sougo pergi.

Pria berkacamata itu mengusap dagu tak berjanggut nya pelan kemudian berpikir, "Hmm, jangan-jangan si kembar sudah meninggal?"

Sebuah panci berpantat gosong entah dari mana asalnya pun melayang dan mendarat mulus di jidat mengkilap pria berkacamata tadi.

"Apa sekarang perlu ku lempar ulekan juga ke kepala mu itu Yamato-san?" Mitsuki melotot, hingga bola mata nya hampir copot.

"Slow slow slow... Aku hanya bercanda, tak mungkin aku serius.." si bapack ini mengangkat tangan nya menyerah, dengan keringat dingin di pelipis nya.

"Bercanda mu tak lucu pak tua. Garing, kriuk kres-kres, dan itu mengerikan."

"Iya iya iya, aku gak bakal bicara yang aneh-aneh lagi."

Ternyata 3 balita disini mendengar ocehan tak jelas pria dewasa ini.

"Ja-jadi... Rikkun.. Rikkun cudah meninggoy..?" Tamaki mendatangi Yamato tertatih-tatih, kemudian memegang jeans pria itu dan menatap nya dengan mata berlinang air mata. "Rikkun pelgi..?"

"E-eh, bu-bukan begitu Tama--"

"Jaa... Nanace-can... Udah pelgi..? Pelgi untuk celama nya..? Ninggalin Ioyi, Yotcuba-can, dan Yokuya-can..?" Bahkan dedek Iori pun ikut berbicara panjang, dia mendatangi Yamato pelan-pelan dan memandang nya dengan mata yang berkaca-kaca, serta kedua pipi yang menggembung karena menahan tangis.

"Enggak nak! Enggak, enggak kok! Bukan begitu maksud ku hey.. Tadi aku salah ngomong, kalian seharusnya tahu kalau mulut papa kalian ini suka kelewat jalur." Ujar Yamato cepat, ia sudah panik melihat 3 balita disana hampir menangis meratapi center balita mereka yang di sangka telah di panggil pemilik nya -padahal enggak.

Dek Tama pun menatap Yamato datar, "Oh enggak ya? Tama kila benelan.. padahal Tama mau nangish biar keliatan kayak teman yang baik. Tama senang-senang aja sih sebenalnya kalau Rikkun meninggoy."

"....." - Yamato.

"Heh ajaran siapa itu hah?!!" Mitsuki mengeluarkan jurus jewer nya.

"Aaaaaaatu tu tu tuh!! Cakit!!! Aaaaaa!! Sou-chaaaaan!!! Aaaaaaa!! Telinga Tama cakit aaaaaa!!!"

IDOL BABYSITTER - [IDOLiSH7 FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang