Chapter 2: Angel

2.4K 182 20
                                    

Young Adult Story!!!

Warning 19+ akan ada hal tabu buat anak kecil, jadi menjauh.

✫✫✫

"Huek! Huek!" Setengah kesadaran Rhean sepertinya kembali, hanya saja belum mampu untuk berpikir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Huek! Huek!" Setengah kesadaran Rhean sepertinya kembali, hanya saja belum mampu untuk berpikir.

"Sialan, kau muntah di ranjangku?"

Samar-samar Rhean melihat seseorang berada di atasnya. Kalau tidak salah, sedang melucuti gaunnya. "Dingin," gumam Rhean, kemudian memeluk leher pria itu. Tanpa sadar, Rhean terisak karena pusing yang melandanya tidak dapat diatasi.

✫✫✫

Boston yang sangat cerah, tidak dengan kepala Rhean Spencer yang terasa ingin pecah. Bahkan, ia tidak sadar muntah lagi, Rhean hanya tahu mulutnya sangat pahit dan perutnya melilit.

Tidak heran, ia minum hampir lima botol vodka semalam. Masih hidup saja sudah beruntung.

Rhean Spencer masih di ambang kesadaran saat seseorang menarik selimut darinya jauh-jauh. Pandangannya kabur, Rhean masih bingung dengan segalanya, pikirannya kosong.

"Kau siapa?" Gadis cantik itu menatap lawan bicaranya dengan mata penuh bayang-bayang.

"Bangun, Spencer. Kau memuntahi ranjangku, dua kali." Suara berat itu, kenapa membuat Rhean merinding? Ada ingatan buruk dan baik tergali bersamaan saat mendengarnya.

Kalau bisa bangun, Rhean sangat ingin berlari ke kamar mandi dan berendam air hangat secepatnya. Namun, untuk berpikir saja sulit, apa lagi bertindak.

Apa ia masih mabuk? Kenapa seperti melayang? Oh, tentu saja karena seseorang sedang menggendongnya dan Rhean belum tahu harus berbuat apa.

"Minum, kau akan merasa lebih baik."

Rhean menggeleng, menunduk dan terpejam erat-erat saat pening menghantam kuat-kuat.

"Ini aspirin." Namun, si Spencer masih menggeleng. "Minum, Spencer!"

Sang pemilik lengan kokoh, kuat, dan terpercaya itu memasukkan paksa obat ke mulutnya, begitu pula dengan seteguk air. Maka, Rhean terpaksa menelan.

Setelahnya, gadis itu menangis. Rhean Spencer bukan tidak tahu itu obat apa, hanya saja obat itu terlalu manjur untuk keadaannya yang tidak ingin segera sadar dari mabuk.

Rhean belum siap menerima kenyataan, bahwa: "Aku lelah." Tiba-tiba saja dia menangis hebat, hingga sesenggukan nyaris tak dapat bernapas.

Leo Kristopher bingung, ia harus bagaimana saat ada gadis menangis di kamar mandinya? Memeluk? Mereka tidak begitu dekat, ayolah. Mengusap pundaknya ... terdengar lebih baik.

Namun, bagaimana kalau nalurinya mempengaruhi lebih banyak? Karena itu yang dirasakan Kristopher satu ini. Ketimbang pilihan kedua yang lebih baik, ia malah memeluk gadis yang ia dudukkan di kloset dan mengusap surai panjangnya agar segera tenang.

Babblegum Barbell Bar (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang