dua

2K 415 47
                                    

"Lintang Adelardo Syafi!"

Sang empu pemilik nama menghentikan pergerakan tangannya di udara, kepalanya ia tolehkan ke arah sumber suara. Bak maling tertangkap basah, Lintang yang tadinya memasang wajah garang mengubah raut wajahnya dengan cepat, ia bahkan sempat-sempatnya memamerkan deretan gigi rapihnya pada Zora.

Memanfaatkan musuhnya yang lengah, salah satu anggota Draco –kelompok remaja yang ada di SMA Galaksi- melayangkan tinju balik pada Lintang, ia bahkan dengan sadisnya menendang perut Lintang agar menjauh dari tubuhnya lalu kabur dari hadapan anggota inti Enfant yang hanya berdiri diam menyaksikan perkelahian keduanya.

Adhit, orang asli Jakarta Selatan yang mengaku paling terkenal satu sekolahan padahal masih ada Nanda yang jauh lebih terkenal darinya meringis ngilu. Lintang yang terkena tonjokkan, Adhit yang ngilu. Laki-laki yang kadang berbicara campur aduk tersebut sepersekian detik tertawa puas, menertawakan ketua mereka yang terlihat kesakitan.

"Kan kan, biasanya sih yang begitu azab caper."

Taufan Pratama, salah satu diantara enam orang yang sedikit kalem mendorong tubuh Adhit. "Solat dulu yang bener baru ngomongin azab."

"Sssst, ssst liatin noh ketua lo." Nanda menarik atensi Adhit dan Tama.

"Yah bulol, bulol."

Tama menoleh ke arah Adhit. "Bulol?"

"Bucin Tolol, you know?"

Nanda terkekeh. "Emang mereka saling suk-"

"WADAW," jerit Lintang yang lukanya baru saja ditekan oleh Zora.

Tiga laki-laki yang juga gemar mencari ribut ikut meringis. Pasalnya mereka yang sering mendapat luka seperti Lintang sangat paham rasanya. Nanda yang merasa suasana jauh lebih baik menarik dua temannya untuk kembali ke basecamp terlebih dahulu. Kalau boleh jujur, Lintang menyeramkan saat marah. Bahkan tadi Nanda menjemput Zora karena ketiganya tidak ada yang berani menarik mundur Lintang.

Tidak, Lintang bukan laki-laki emosian yang gemar mencari masalah dimana-mana. Ia tergolong pribadi yang friendly, gentle, soft dan caring untuk orang-orang terdekatnya. Bisa dibilang Lintang memegang prinsip, selama lo baik sama gue, gue juga baik sama lo. Maka dari itu, mereka yang mengenal Lintang dengan baik, tidak akan pernah berani menyentuh orang-orang terdekatnya.

Karena marahnya orang baik, sangat mengerikan.

Hanya dua orang yang mampu menahan Lintang selain sang bunda. Keduanya ialah Zora dan Dave. Dave, teman dekat Lintang sejak taman kanak-kanak, lain dengan Zora yang baru Lintang kenali ketika masa pengenalan lingkungan sekolah SMA. Walaupun Lintang belum begitu lama menjadi teman Zora, tetapi pertemanan keduanya tidak bisa diragukan.

"Caper banget sih?"

"Mereka yang mulai."

"Ya tapi nggak gini, jelek banget marahnya." Zora kembali mengarahkan wajah Lintang agar mau menghadapnya.

"Mereka nyerempet motor gue, sengaja, Ra. Sengaja." Lintang mengeja kata terakhinya.

"Gue tau, tapi jangan maju sendirian Lintang bego." Zora berdecak malas.

Raut wajah Lintang berubah jahil. "Khawatir kan lo?"

"Iyalah," jawab Zora secepat kilat.

Lintang menahan senyumnya, ia seakan lupa dengan luka basah di sudut bibirnya.

"Masalahnya kalau lo di drop out, siapa yang bakal anter jemput gue? Siapa yang bayarin makan gue? Siapa yan-"

"Stop." Lintang membekap mulut Zora, lalu berjalan meninggalkan Zora. "Balik sendiri lo."

LintangWhere stories live. Discover now