8🖤

579 39 0
                                    

Hari semakin gelap. Sesuai dengan perkataan ziy tadi sore. Kalo dia gak akan pulang ke rumahnya. Dan bener aja. Selesai jalan jalan jauh dan beli pakaian buat ganti nanti, dia pun milih salah satu penginapan yang lumayan jauh dari rumahnya. Sengaja. Biar gak ada yang bisa tau kalo dia ada disini.

"Hufth. Akhirnyaaaa" -ziy

Sesampainya dikamarnya. Dia jatuhin badannya diatas kasur king size nan empuk itu. Matanya natap lurus langit langit kamarnya.

"Kok sakit sih" -ziy

Tangannya megangin dadanya. Matanya mulai berkaca kaca.

"Kayak...gue gak butuh siapa siapa lagi mulai sekarang. Gak ada lagi yang bisa gue percaya" -ziy





Tes...





Airmatanya mulai muncul. Dalam mata sayu nya ziy masih natap kosong langit langit atasnya.

"Sakit" -ziy





Tes...




Dalam kesunyian inilah ziy baru merasakan arti kesepiannya selama ini. Dia baru menyadari betapa tak berartinya hidup dia selama ini. Banyak pengorbanan yang udah dia lakuin buat orang orang di sekitarnya. Dia selalu peduli dengan semua orang. Kenapa gak ada yang peduli sama dia?

"Gue peduli sama orang. Tapi siapa yang mau peduli sama gue? Cih" -ziy

Senyum getir yang terpancar menggambarkan betapa hancurnya dia saat ini.

Tangannya mulai meraih ponsel yang dari tadi sore dia matiin. Begitu banyak notifikasi yang masuk begitu ponselnya hidup.

"Ck. Percuma" -ziy

Dia cuma ngelempar asal ponselnya pas liat banyak chat bertebaran nanyain keberadaannya.

"Kalian semua sama ajakan? Semua palsu" -ziy

Ziy bener bener udah capek sama dirinya sendiri. Dia benci dirinya sendiri. Yang terlalu naif.

"Boleh gak sih gue ngerasa capek kayak gini? Hiks. Gue capek. Banget..." -ziy

Airmatanya semakin deras membasahi pipinya.

"Hyunjin. Andai lo tau. Gue udah terlanjur naruh harapan ke lo belakangan ini. Gue berharap lo mau berubah. Seiring berjalannya waktu. Tapi... Hiks. Gue rasa semua sia sia. Gue tau lo udah bosen dengan keadaan kayak gini terus. Sama kok gue juga. Dan... Gue baru sadar. Ternyata berjuang sendirian itu menyakitkan"

Tangannya mengusap lembut bulir airmatanya. Perlahan...rasa sedihnya beranjak menjadi rasa benci kepada dirinya sendiri.

"Gue juga...benci sama diri gue sendiri. Kenapa gue harus terlahir kayak gini? Andai gue gak terlahir. Pasti lo gak akan serepot ini ngadepin gue yang egois minta lo berubah dan nerima gue hiks"

Tangisnya semakin menjadi. Dadanya terasa begitu sesak.

"Sabar sebentar lagi ya jin. Gue bakalan nyerah. Buat lo. Demi kebahagiaan lo. Sebentar lagi lo bakalan bebas dari sosok gue. Yang selalu ada di sekitar lo setiap hari. Dan...ganggu hari hari lo. Maaf. Hiks... Gue...minta maaf"

Tangannya mukul dadanya berkali kali. Ngerasain betapa sakitnya hati dia saat ini.

Gak ada yang tau tangis dari ziy malam ini. Cuma ada langit malam, bulan dan kebetulan bintang yang terkena pantulan jendela kamarnya malam itu.

"Tolong gue... Gue gak tau lagi harus kemana dan ke siapa. Hiks"

Dalam tangis dan rasa lelahnya. Akhirnya ziy ketiduran. Bahkan dia belum sempet ganti bajunya dan hapus make up nya.

The Life of HWANG HYUNJINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang