season 2 part 3

142 15 5
                                    

Blaze mengerjapkan matanya bingung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Blaze mengerjapkan matanya bingung. Sesaat yang lalu ia sedang menangis, namun dalam sekejap, ia ditarik oleh seseorang. Masih dalam keadaan bingung suara jatuh yang keras terdengar dari posisi dia terduduk tadi.

Puing" Bangun berserakan dimana-mana. Beruntung jarak blaze saat ini sudah sangat jauh dari posisi dia sebelumnya, hingga ia tidak terkena sedikitpun puing" Bangunan tersebut.

Masih dalam keadaan linglung, Tiba-tiba ia merasa sesuatu yang berat di pundaknya. "Hei,kamu gapapa?"
Sontak blaze terkejut. Seorang lelaki berambut hitam legam dengan mata ungu pucat memandangnya dengan penuh khwatir.

"Oh.. Um.. " Blaze tergagap. Jantungnya masih berdegup dengan kencang, keringat masih mengalir didahinya. Ia ingin sekali menjawab pertanyaan lelaki itu, tapi pada akhirnya hanya gumanan tidak jelas keluar dari mulutnya.

"Tidak apa. Aku tau kamu masih shock, tenangkan dirimu dulu. Baru bicara" Ujar Lelaki itu sambil mengelus pundak blaze. Blaze berusaha mengatur napasnya dengan baik, lalu secara perlahan ia mulai tenang.

"Terima kasih. Saya baik-baik saja sekarang" Jawab blaze sambil tersenyum. Lelaki itu mengangguk. Ia mengulurkan tangannya, membantu blaze untuk berdiri.

"Kira-kira kenapa bisa jatuh ya?" Tanya blaze sembari melihat lokasi pembangunan yang sudah berantakan tersebut.

"Entah. Mungkin talinya mengendur atau yah segala kesalahan bisa terjadi si lokasi pembangunan. Oh omong omong perkenalkan, namaku ilyas. Seorang mahasiswa yang kebetulan lewat" Jelas lelaki yang bernama ilyas itu sambil nengulurkan tangannya.

"Eh.. Um blaze" Blaze membalas jabat tangan tersebut, dalam hati menuruntuk dirinya karna tidak bertanya terlebih dahulu nama lelaki dihadapannya. Padahal lelaki itu yang menyelamatkan nyawanya.

"Salam kenal blaze. Nah karna sekarang sudah malam dan kamu mungkin masih shock, lebih baik kamu pulang sekarang dan istirahatlah." Usai berjabst tangan ilyas mengatakannya dengan nada yang khawatir. Blaze sedikit bingung. Untuk orang yang baru pertama kali bertemu, ia merasa orang didepannya memiliki perasaan yang familiar. Rasanya seperti orang ini memiliki hubungan dengannya. Dari nada kekhawatirannya, ia merasa itu bukan nada khawatir yang sesungguhnya. Melainkan nada khawatir yang dibuat dengan perasaan familiar itu.

Blaze mengangguk. Ia berpamit pergi dan menolak halus tawaran lelaki asing itu untuk mengantarnya pulang mengingat kondisinya yang masih shock. Ia mengambil barangnya yang terjatuh termasuk ponselnya yang saat ini sudah retak parah. Sejujurnya ia masih merasa frustasi dengan kematian millie. Tapi kondisi hidup dan mati yang barusan dia alami, secara tidak langsung membuat jantung dia tidak berhenti berdetak kencang. Ia takut. Tapi ia memutuskan untuk tetap berjalan pulang. Karna rumah dia tinggal merupakan tempat ternyamannya. Dia yakin dengan dirinya yang pulang, rasa sakit dan kesedihan yang menggerogoti nya saat ini, akan hilang.

Tanpa menoleh kembali, blaze pergi. Meniggalkan lelaki itu ditengah berantakanya tempat itu. Dan dengan hembusan angin yang ringan, lelaki itu seolah menyatu dengan dinginnya angin malam. Dan saat itu, lokasi konstruksi daerah tersebut, terasa sangat kosong.

We're are not  same anymoreWhere stories live. Discover now