Prolog

64 17 0
                                    

Thank you for coming 💛
Happy reading !!

***

18 tahun yang lalu, di Masjid Istiqlal.

Dua orang anak belia tengah berdiri di depan mimbar masjid seusai melaksanakan salat ashar bersama.

Mereka adalah Yesya dan Ahn Leo.

Ahn Leo, si anak laki-laki berdarah Korea-Indonesia. Leo sengaja memilih tinggal di Indonesia lantaran ia ingin menemani kakeknya yang hidup seorang diri, setelah meninggalnya sang nenek.

Karena jarak antara rumah Yesya dan rumah kakek Leo yang cukup dekat. Akhirnya, membuat keduanya menjadi teman baik.

Namun, karena kematian sang kakek. Membuat orang tua Leo berencana membawa anak semata wayang mereka kembali ke Korea Selatan.

"Yesya, Mama dan Papaku akan mengajakku kembali ke Korea sore ini." kata Leo. "Karena kakek meninggal, Mama dan Papa ingin mengajakku kembali tinggal di sana." sambungnya dengan nada sedikit sendu.

Yesya tersenyum sendu mendengar ucapan kawan kecilnya itu.

"Kenapa kamu harus ke Korea? Kamu 'kan juga bisa tinggal di sini bersamaku."

"Kata kakek, jika laki-laki dan perempuan tanpa hubungan saudara tidak bisa tinggal bersama sebelum menikah."

"Kalau begitu, ayo kita menikah agar kita tidak harus berpisah seperti ini."

"Kata kakekku, menikah tidak semudah kamu memainkan sebuah permainan. Di mana saat kamu bosan, kamu bisa mengakhirinya begitu saja."

Leo mencoba menjelaskan kepada Yesya tentang makna dari kata menikah dengan bahasa yang sama persis seperti yang dikatakan kakeknya dulu. Saat ia merengek ingin menikah dengan Yesya hanya karena ingin mendapat banyak hadiah dan makanan yang enak seperti di acara pernikahan yang ia hadiri bersama sang kakek.

Sedangkan Yesya? Gadis kecil itu hanya menyimak setiap kalimat yang terucap dari bibir mungil Leo.

"Dan perlu kamu tahu, menikah harus dilakukan oleh orang dewasa yang benar-benar saling mencintai agar tercipta kebahagiaan dari kata menikah itu."

Sambung Leo dengan polosnya tanpa mengetahui arti dari kata mencintai dan menikah yang sebenarnya. Yang Leo tahu pasti, menikah dan mencintai hanya dilakukan oleh orang yang sudah dewasa. Bukan anak kecil seperti mereka.

"Kalau begitu, cintailah aku dan menikahlah denganku ketika kamu sudah tumbuh dewasa nanti."

"Baiklah, ayo kita lakukan itu saat kita sudah tumbuh dewasa."

"Janji ya?" Yesya, gadis kecil itu mengarahkan jari kelingkingnya yang lantas disambut antusias oleh Leo.

"Aku janji akan menemuimu lagi ketika aku dewasa nanti." ucapnya seraya menyatukan jari kelingking mereka.

Tanda sebuah perjanjian yang harus mereka tepati di masa depan, tepat di depan mimbar Masjid Istiqlal.

"Aku akan menunggu kamu."

Sebuah janji sederhana yang diucapkan dua anak kecil berusia 7 tahun dan 9 tahun untuk menikah di depan mimbar Masjid Istiqlal.

Siapa yang akan mengira jika janji yang mereka buat hari ini, diaminkan oleh para malaikat yang ada di masjid itu untuk menjadi kenyataan ketika keduanya tumbuh dewasa?

"Yesya, aku ingin memberi kamu ini." ujar Leo seraya memasangkan sebuah gelang berliontin bunga dandelion di pergelangan Yesya.

"Aku juga pakai kok." sambungnya seraya menunjukkan sebuah kalung dengan liontin yang sama seperti pada gelang yang ia berikan untuk Yesya.

"Sudah selesai mengucap salam perpisahan?" Suara lembut seorang wanita mengalihkan atensi mereka.

"Mama!" seru Leo.

"Ayo sayang, pesawat kita akan lepas landas sebentar lagi." ajak Mama Leo.

"Bibi?"

"Iya, Yesya sayang?"

"Kami akan bertemu lagi 'kan?"

"Jika Allah berkehendak, kalian akan bertemu lagi nanti." ucap Mama Leo untuk menghibur gadis kecil di hadapannya itu.

"Baiklah, sampai jumpa di saat kita dewasa nanti."

Leo mengulum senyum sembari mengangguk pasti, seolah memberi sebuah kepastian pada Yesya jika mereka pasti bertemu lagi suatu saat nanti.

"Cepat dewasa, lalu temui aku dan tepati janji kita." ucap Yesya seraya melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan antara dirinya dan Leo. Kawan kecilnya itu.

"Aku janji."

***

Entah bagaimana jadinya kisah kedua anak kecil yang berani berikrar di depan mimbar masjid ini, hanya Tuhan dan pengarang yang tahu.

Mau tahu juga? Silahkan baca hingga akhir, tapi nggak maksa juga sih. Karena aku tahu guys, sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir bahagia. Mwehehe:)

***

Terimakasih sudah membaca cerita saya ini ♡

[5/4/2023]

LIKE We Just MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang