Chapter 01: Say Goodbye

460 83 79
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
Happy reading.

"Eomma! Kenapa kau bersikap seperti ini?" Gadis itu meraung-raung sambil memohon pada sang ibu yang masih menyeretnya dengan kasar.

"Berhenti membantah. Kau terlahir memang untuk menjadi jaminan kehidupan ku." Tanpa merasa kasihan, wanita itu masih menarik anaknya dengan paksa. Hingga akhirnya perempuan muda itu menghempaskan tangannya dengan kasar, membuat sang ibu berbalik dengan wajah merah menahan amarahnya.

Air mata yang tak berhenti turun semakin menggambarkan kesedihan dan kekecewaan sang anak. "Lalu buat apa kau melahirkan ku, jika akhirnya seperti ini?" Tanyanya dengan sendu. "Selama ini aku merawat diri ku sendiri, mengurus segalanya tanpa bantuan mu."

"Mencari pekerjaan dengan susah payah karena kau tidak ingin membiayai kuliah ku. Pulang larut malam hanya ingin mencari uang untuk menyicil utang-utang mu." Dia mengeluarkan keluhan yang selama ini ia pendam. Biarkan saja ia terlihat seperti anak durhaka. Karena mungkin dengan melakukan itu, ibunya urung menjualnya ke klub langganannya karena terlilit utang judi.

Dengan napas terendat-endat, gadis itu melanjutkan keluhannya dengan masih menangis. "Kau pulang setiap hari dengan bau-bau alkohol sambil mengoceh tentang utang mu. Aku tak meminta apapun padamu eomma. Hanya saja, berhenti berjudi, berhenti merokok, berhentilah minum-minum setiap harinya. Jaga kesehatan mu, dan biarkan aku yang berusaha melunasi utang-utangnya."

Seperti hati yang telah mati, seperti perasaan yang telah lenyap di telan sengsara. Sang ibu berdecih lalu menatap anaknya dengan sinis. "Kau mau melunasi utang ku yang beratus-ratus juta dengan bekerja di sebuah kafe dan menjadi orang yang menyebarkan brosur di swalayan?"

"Tapi setidaknya aku berusaha, Eomma! Pahami aku sedikit saja!"

"Kau terlalu naïf dan bodoh, sama seperti ayah mu! Kau bocah sialan yang benar-benar menyusahkan aku sejak dalam kandungan!"

"Eomma!" Baru kali ini ia benar-benar membentak ibunya.

Selama ini ia diam karena merasa ibunya menyiksa batinnya karena sedang dalam masalah. Ia tak pernah bertutur kata yang akan menyakitinya bahkan ketika ibunya selalu membentaknya dan menjelek-jelekkannya, menyalahkan dirinya yang terlahir.

"Kau menyakitiku untuk kesekian kalinya," lirihnya sambil terduduk dengan lesu. Badannya terasa begitu lelah namun hatinya lebih dari itu. "Aku mohon, beri aku kesempatan untuk melunasinya. Jangan menjual ku pada pemilik klub. Apa kau tega melihat anak semata wayang mu di sentuh laki-laki hidung belang didalam sana?"

Gadis itu kembali menangis. Namun, kini terdengar begitu lirih dan penuh harapan. Dia bersujud di kaki sang ibu, mengabaikan tatapan orang-orang yang hendak memasuki klub.

"Eomma..."

"Ku mohon..."

Walau tak boleh berkata seperti ini, tapi gadis itu yakin. Ibunya adalah seorang iblis yang berkedok menjadi seorang ibu. Karena kini, wanita itu menarik paksa lengannya untuk berdiri dan menyeretnya masuk ke dalam klub dengan pintu pribadi yang langsung menuju manager klub.

Love NwantitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang