26. •Lega•

63.1K 6.8K 126
                                    

Sebelum adzan Subuh berkumandang, Jasmine bangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia menatap Aleo yang terlelap disampingnya dan berniat membangunkannya.

“Aleo, bangun mau subuh!” Teriaknya pelan. Sekali, dua kali, laki-laki itu tak bangun, tapi setelah ketiga kalinya dia mulai beranjak bangun.

“Apa?” Tanyanya dengan suara serak.

“Sana ke masjid.” Suruh Jasmine membuat kening Aleo mengerut.

“Gue sholat di rumah aja, kan sama lo.” Tiba-tiba Jasmine menggeleng.

“Aleo, laki-laki itu baiknya bisa selalu berjamaah di masjid jika tidak ada udzur, berbeda sama perempuan yang alangkah baiknya mengerjakan ibadah di rumah, karena wanita itu adalah sebaik-baiknya perhiasan yang harus dijaga. Lagi pula kamu laki-laki, dan satu langkah kamu ke masjid bakalan dihapuskan dosanya, dan langkah lain bakalan di naikkan derajatnya.” Jelasnya membuat Aleo menghela nafas.

Jasmine paham, Aleo hanya mau mendengarkan ucapannya, mungkin jika tidak ada dirinya, lelaki itu tidak akan mau. Namun Jasmine yakin, pelan-pelan Aleo akan menyadari bahwa yang sesungguhnya laki-laki itu butuhkan bukanlah dirinya melainkan Tuhan semata.

Aleo sholat pasti selalu dirumah, ya walau masih bolong-bolong sih. Ke masjid? Itu hanya saat hari Jumat. Tapi mendengar penjelasan Jasmine membuatnya mau tak mau harus beranjak untuk bangun.

“Iya, iya gue ke masjid.” Ucapnya dengan datar.

Laki-laki itu mengambil wudhu dan mengganti pakaiannya dengan baju Koko putih dan peci di kepalanya. Tak lupa sarung dan sajadah hijau yang ia sampirkan di bahunya.

Jasmine yang melihatnya sehabis wudhu, menjadi tersenyum. “Masyaallah, ganteng banget.” Pujinya dengan suara kecil.

“Gue pergi. Assalamualaikum.”

“Waallaikumussalam.”

Selepas laki-laki itu pergi, Jasmine bergumam singkat. “Semoga kamu bisa gitu terus ya Aleo, setidaknya mendekatkan diri dengan Allah itu jauh lebih baik dari apapun yang kamu lakuin sekarang.” Gumamnya tersenyum lembut.

×××××××

Stelah Aleo menunaikan sholat subuhnya, ia bersila diatas sajadah. Jasmine tak salah, hatinya seakan menemukan tujuan baru untuk hidup.

Laki-laki itu biasanya hanya ke masjid hanya setiap Jumat. Semenjak ibunya meninggal, ada kepercayaannya yang berkurang untuk Tuhan. Sholat pun bukan lagi menjadi kebiasaannya.

Aleo dulu percaya, kalau Tuhan selalu menjaga orang-orang yang ia sayang. Namun ibunya? Dia tidak rela, hingga ia marah.

“Assalamualaikum. Masnya belum balik?” Tanya seorang pria paruh baya disana membuat Aleo mendongak.

“Wa-Waallaikumussalam. Belum pak.” Jawab Aleo.

Bapak berpakaian Koko berwarna putih itu pun duduk dihadapan Aleo. Melihat laki-laki itu duduk sendirian, apalagi semua orang sudah kembali pulang, ia pun berinisiatif mengajak Aleo mengobrol.

“Jarang-jarang loh, anak muda seperti kamu ini ke masjid. Apalagi subuh-subuh kayak gini. Biasanya yang dateng kesini, palingan bapak-bapak seumuran saya, kalau nggak gitu palingan kakek-kakek atau nenek-nenek yang udah bau tanah.” Celetuk bapak itu dengan tertawa kecil, Aldo hanya menunduk dan tersenyum singkat.

“Biasa, insting, kalau kematian sudah enggak lama lagi. Oh iya, Kamu masih sekolah?” Aleo mengangguk sebagai jawaban.

“Saya, sudah hampir tiga tahun ngurus masjid ini. Lihat deh, bangunannya juga udah mulai rusak, dan warga sekitar juga nggak bisa bantu. Memang, jarang sekali anak-anak sekolah seperti kalian ke sini, paling masjid ini bakalan ramai kalau hari Jumat aja.”

Jasmine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang