s i x

3 0 0
                                    

Author's pov

Setelah sekian lama belajar dan belajar, tak terasa waktu habis dicacah hingga Hera lupa ini sudah waktunya untuk pulang.

Dirinya masih sempat mengerjakan soal terakhir yang diberi Pak Hilmy tentang statistika yang dirasa, dikit lagi selesai.

Tangannya pengar, keram menahan tekanan setiap tulisan yang dia buat, bahkan Sunwoo masih terheran kenapa si perempuan tak kunjung beranjak dari tempat duduknya.

Dan finally! Soal statistika terakhir selesai dan tubuhnya kini terbuka; menghirup segala udara yang ada.

"Yes! Dah ah mau pulang" bisiknya sendiri, terdengar cukup jelas di telinganya Sunwoo—seakan-akan kelas masih ramai, padahal mereka tinggal berdua.

'Bisa-bisanya baru sadar' batin Sunwoo menggelengkan kepala karena ulah Hera.

Sudah sekitar 5 menit setelah bel pulang sekolah dan Hera lupa ternyata Hyunjin sudah terlebih dahulu say bye bye ketika dirinya masih mengerjakan soal tadi;

ia menghela nafas dan melihat keatas langit; tetap tak sadar dirinya berdua sendiri bersama Sunwoo.

"Liatin apaan lu diatas sana" saut Sunwoo yang akhirnya disadari keberadaannya oleh Hera. Ia terlonjak dari bangkunya dan menatap Sunwoo bingung;

'Dari tadi gue disini sama dia dong?' Batinnya

"Kenapa? Kaget?" Tanggap Sunwoo membuat Hera berdehem dan berdiri; mengambil tas dan bergegas memasukkan buku Math nya kedalam loker.

"Lo si pake ga sadar udah bel pulang, statistika begitu di ladenin giliran gue disini nungguin, ga diliat daritadi" jelas Sunwoo berjalan mendekati si perempuan yang masih rusuh di lokernya.

"Nanggung dikit lagi-" tanggap Hera yang berbalik badan dan terdiam—ketika lelaki pecinta sepak bola itu sudah berada di depannya.

'Lucu juga muka kagetnya' batin Sunwoo;

Perlahan kedua tangannya naik dan terdiam disamping kepala si perempuan, matanya melihat ke dalam pupil berwarna coklat milik Hera. Membaca setiap ekspresi yang keluar ketika dirinya didapati tersenyum meledek perempuan di depannya.

"Gimana? sekarang udah sadar ada gue kan?" Smirknya tak henti datang ketika ia berbicara;

wajah mereka tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat, secara dirinya dan Hera juga memiliki tinggi yang berbeda.

Tapi nafas mereka berdua seakan-akan menutupi seluruh oksigen disekitar mereka; hingga terlihat jelas ada tension diantara mereka berdua.

Mata Sunwoo tak bisa jelas terbaca oleh Hera, tapi dirinya tau mata itu melihat kearah lain selain bibirnya, membuat Hera kembali salting dan tak bisa berbuat apa.

Jantungnya berdegup kencang tak main, membuat dirinya yakin Sunwoo juga bisa mendengarnya.

'Jangan copot dulu jantung tahan—otak gue kemana si? Tangan gue ga mau gerak juga!' Batinnya, sembari telinganya masih tertutup dentuman keras dari jantungnya; Hera jadi tak bisa berpikir apa-apa untuk menolak.

Hera hanya termenung menatap Sunwoo yang masih melihat bibirnya; heran, bagaimana lelaki itu bisa berubah drastis?

Pagi tadi Sunwoo masih sempat say sorry dan tak main-main terlalu jauh, tidak seperti sekarang. Bisa-bisanya mereka berdua seperti berada di anime yang romantis dengan tokoh pria yang meng-kabedon si wanita.

Lust -  Sunwoo KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang