Bagian 15

1.4K 245 5
                                    

Kini Aska sedang berada diruangan untuk mendonorkan darahnya pada Arka. Pikirannya berkelana, ia baru menyadari sesuatu. Kenapa golongan darahnya cocok dengan Arka. Seharusnya golongan darah Arka mirip dengan salah satu kedua orang tuanya. Sedangkan Aska ia hanya orang asing. Apa ini hanya kebetulan. Ia harus menanyakan hal ini pada Aruna.

Setelah Aska selesai mendonorkan darahnya, ia bergegas menghampiri Aruna yang sedang menunggunya di depan ruangan.

" Aska makasih banyak udah donorin darah lo, gue bakalan bayar berapapunㅡ

" Siapa ayah kandung Arka? " Aska memotong ucapan Aruna ia menatap Aruna yang tersentak sedikit terkejut dengan pertanyaan Aska.

Aruna mengalihkan pandangannya ke arah lain. Enggan menjawab pertanyaan Aska, lebih tepatnya Aruna tidak tahu harus menjawab pertanyaan dari lelaki ini. Aruna masih belum siap jika Aska mengetahui fakta bahwa Arka adalah anak kandungnya.

" Aruna jawab aku! "

" Mario. Dia ayah Arka " Ucap Aruna tanpa menatap Aska.

Aska memicingkan matanya menatap Aruna dengan curiga. Ia memegang kedua bahu Aruna memaksa agar wanita itu menatap matanya.

" Mario? Kalau Mario ayah kandung Arka kenapa dia gak donorin darahnya buat Arka? Seharusnya darahnya sama kaya Arka. "

Aruna menghempaskan tangan Aska yang berada di pundaknya.

" Lo bisa gak, cukup donorin darah lo tanpa harus nanya-nanya tentang urusan pribadi gue. "

" Gue cuman nanya siapa ayah kandung Arka! " Tanpa sadar Aska membentak Aruna, membuat wanita itu terkejut. Aruna menatap Aska dengan dingin.

" Pokonya makasih udah donorin darah lo buat anak gue. Gue bakalan transferin uang ke rekening lo. Lo tinggal kirim aja no rekening nya. Sekali lagi makasih Aska. " Aruna beranjak pergi meninggalkan Aska namun tangannya di tahan oleh lelaki itu.

" Izinin gue buat tes dna sama Arka. " Ucapan Aska membuat Aruna benar-benat terkejut. Ia menggigit bibir dalamnya menahan gugup. Aruna beralih menatap Aska.

" Buat apa? Arka bukan anak lo Aska. " Jawab Aruna berusaha tenang.

" Gue cuman mau mastiin Ayah kandung Arka itu siapa. "

" Ngga perlu! Udah jelas ayah dari Arka itu Mario  "

Aska berjalan mendekati Aruna, ia mendekatkan bibirnya pada telinga Aruna, dan membisikan sesuatu.

" Gue ngga pernah lupa sama malam itu Aruna. "

Ucapan Aska benar-benar menohok hati Aruna, entah apa yang harus Aruna lakukan saat ini. Jika Aska bersikeras ingin melakukan tes dna maka dengan cepat Aska akan tau jika Arka adalah anak kandungnya.







" Operasi berjalan dengan lancar, syukurlah kita dapat donor darah tepat waktu. Kalau tidak mungkin anak ibu tidak akan selamat " Ucap dokter.

Semua orang yang berada disana mendesah lega. Mendengar penuturan dari dokter itu. Tak lupa mengucapkan terimakasih pada dokter itu.

" Kalau begitu saya permisi " Dokter itu pun pergi meninggalkan kelima orang disana.

" Ini gimana bisa Arka ketabrak? Pelakunya gimana? " Tanya Aska.

Mario menggeleng " Pelaku nya kabur, ini tabrak lari. Gue panik banget liat Arka ketabrak sampe ngga liat mobil yang nabrak Arka. Pikiran gue cuman 1, Arka . " Jelas Mario, tersirat nada bersalah pada lelaki itu.

" Tapi tenang gue udah urus masalah ini. Orang suruhan gue lagi cari tau siapa pelakunya. Haikal lo temenin gue buat cari bukti ya. " Haikal menganggukan kepalanya tanda setuju. Setelah Mario mengatakan itu, Mario dan Haikal bergegas pergi meninggalkan rumah sakit. Namun sebelum itu Mario menghampiri Aruna dan mengecup kening wanita itu dengan tulus tidak lupa mengusap pipi Aruna dengan lembut. Aruna mendongkakan kepalanya menatap Mario dan tersenyum. Sebenanrnya Mario ingin sekali menanyakan suatu hal yang bersangkutan dengan Aska. Namun lelaki itu lebih memilih mengurungkan niatnya. Karena tidak mungkin ia bertanya disaat keadaan yang seperti ini.

Aska sedari tadi hanya bisa memperhatikan interaksi Aruna dan Mario. Tanpa sadar pria itu mengepalkan tangannya menahan kesal dan sakit di dadanya.






Kini di ruangan Arka hanya tersisa Aruna, Gia dan Aska. Pria itu menatap Aruna yang kini sedang duduk menghadap Arka. Mengelus lembut lengan Arka yang terbalut selang infus.

" Cepet sadar ya jagoan bunda " Gumam Aruna.

Aska mendekat ke arah ranjang Arka, Aruna hendak melarang Aska namun lengannya di hentikan oleh Gia. Sahabat Aruna itu hanya menggeleng pelan, tau maksud dari Gia, Aruna memilih untuk diam dan membiarkan Aska mendekati Arka. Aska menatap Arka dengan sendu. Hatinya terasa sangat sakit melihat Arka yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Aska mengelus lembut rambut milik pria kecil itu.

" Gue mau keluar dulu. Kalian belum makan kan pasti dari tadi? Gue beliin makanan ya " Ucap Aska menatap Aruna dan Gia.

Gia menganggukan kepalanya " Oke, makasih ya Ka "

Aska membalas menganggukan kepalanya lalu bergegas keluar ruangan.

Aska mengeluarkan ponselnya, menghubungi seseorang kenalannya.

" Gue minta tolong buat tes dna gue sama seseorang. Sekarang gue ada di rumah sakit Sentosa. Sempel nya ada di gue dan gue minta hasilnya secepatnya "













Mario dan Haikal sedang berada di kantor polisi, untuk menyelidiki kasus tabrak lari yang menimpa Arka. Mereka mengecek seluruh cctv yang berada di jalan itu. Namun anehnya, semua cctv yang berada di jalan itu menghilang. Membuat keduanya merasa janggal.

" Kok aneh ya, tiba-tiba ilang gini " Ucap Mario, heran mengapa cctv di area jalan itu hilang dengan secepat itu.

" Gue ngerasa ini emang ada yang sengaja mau nyelakain Arka deh bang. "

Mario menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan Haikal. Pasalnya sangat tidak mungkin semua rekaman cctv itu hilang.

" Kita harus dapet pelakunya. "

" Harus! Gue nggak terima keponakan gue sampe harus di operasi kaya gini "




ㅡ To Be Continue ㅡ

The Truth UntoldWhere stories live. Discover now