30

318 47 5
                                    

Semua orang kecuali Somin belum tahu kalau Joshua dan Nari balikan. Kejadian di pantai hanya dianggap sebagai salah satu cara Joshua untuk mengetuk pintu Nari. Cara yang cukup ampuh meredam pergerakan teman-teman pria Nari, membatasi hubungan mereka. Termasuk Jihoon yang mulai menjaga jarak walau pria itu masih merasa kagum dengan Nari. Sayangnya hubungan Joshua dan Nari memburuk. Keduanya belum berbicara lagi setelah ke Hyeopjae.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Joshua yang merasa dirinya bertindak di luar nalar--memarahi Nari yang bahkan tidak pernah ingin merasakan keram di kakinya, mencium gadis itu di depan umum, merasa cemburu buta pada Jihoon yang hanya ingin menolong... Joshua benar-benar merasa bodoh. Sedangkan Nari masih takut dengan Joshua. Ia tidak suka dengan kecerumbuan Joshua tapi juga merasa bersalah, seharusnya ia memang tidak boleh dekat dengan Jihoon.

"Yaa! Kau sudah hubungi Mr. Park untuk tandatangannya?" Somin memekik. Kedua matanya fokus pada layar laptop dan tangannya mengetik cepat di atas keyboard.

"Sudah." Jawab Nari singkat. Ia menghela napas panjang, melebarkan pandangan, memperhatikan Soonyoung dan Jihoon yang juga fokus menatap layar laptop masing-masing.

Akhir bulan tiba. Ia dan ketiga temannya sepakat ingin menyelesaikan laporan segera agar bisa menikmati liburan di beach house milik keluarga Seungkwan sebelum mereka kembali ke Seoul. Waktu sebulan memang terlalu singat, Nari merasa belum melakukan apa-apa di Bongseong meski hampir setiap hari ia mengajar di Sekolah Dasar dekat asrama.

"Yaa! Kenapa di jurnalmu tanggal 13 kau pergi ke Pusat Desa!?" Soonyoung berseru pada Jihoon, menunjuk file jurnal personal yang tertera pada layar laptopnya.

"Aku memang ke sana dengan Mr. Park dan Kak Jeonghan malam-malam."

"Kenapa aku tidak ingat?" Tanya Soonyoung retoris.

"Kau tidur." Jawab Jihoon sambil mengedikkan bahu. Soonyoung pun menggeram. "Aaah!! Kenapa aku kelihatannya tidak melakukan banyak hal!?"

"Sama." Somin menyahut. "Tapi masa bodoh... ini kan bukan tugas wajib."

Nari mendengus mendengar pernyataan itu, menahan tawa karena Somin memang benar. Soonyoung menepuk jidat, ia juga baru menyadarinya hingga sikapnya jadi lebih tenang--tidak seperti harimau yang baru dikeluarkan dari kandang.

"Tidak terasa, ya... aku bahkan masih ingat dengan jelas misuh-misuh Somin soal sunscreen di bandara." Kata Soonyoung sambil tersenyum lebar. Kedua tangannya terlipat di belakang kepala, tidak berniat melanjutkan jurnal yang daritadi dikerjakannya.

"Satu bulan memang cepat." Ucap Jihoon. "Seharusnya kita ikut program 3 sampai 5 bulan."

"Keburu masuk kampus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Keburu masuk kampus." Timpal Nari membuat pria yang duduk di seberangnya itu menjentikkan jari. "Betul."

"Tapi, untung, sih... aku tidak membeli sunscreen. Setidaknya tasku masih muat untuk ditaruh oleh-oleh." Kata Nari lagi, menggoda Somin yang sudah mendesis kesal. Beberapa hari ini Somin memang mengeluh soal kapasitas kopernya yang membawa barang-barang tidak penting ke Jeju--yang harus dibawanya kembali ke Seoul.

Start Again [Complete]Where stories live. Discover now