10 / Trouble

3.9K 533 21
                                    

~JENTAKA~

Hari ini, adalah hari yang paling dihindari oleh seluruh siswa selain hari pembagian rapot. Hari ulangan yang diselenggarakan selama satu minggu. Apalagi saat mengetahui kalau pengawas yang bertugas di kelas mreka adalah guru killer yang terkenal seantero sekolah.

Itulah yang dialami Jungwon pagi ini, dia hampir saja terlambat ke sekolah karena mengantuk. Saat masuk sudah disuguhi berita kalau pengawas ulangan mereka hari ini adalah guru killer. Itu berita yang sangat buruk untuk murid yang sudah mengatur siasat percontekan selama ulangan berlangsung.

Jungwon menaruh tasnya di depan kelas, mengikuti anak lain yang sudah lebih dulu menaruh tas mereka. Jungwon mengambil alat tulis dan botol minumnya untuk dia simpan di atas meja.

Meja mereka sudah datar, jadi tidak perlu lagi menggunakan papan jalan.

Jungwon membuka tutup botolnya dan meminum susu yang ada di dalamnya. Tadi dia tidak sempat meminum susu hamilnya karena terburu-buru berangkat ke sekolah, tidak mungkin dia minum saat masih panas 'kan? Karena itu Jungwon membawa saja susunya ke sekolah, karena kalau tidak ... Mama mertuanya pasti marah besar.

Walaupun terkenal dengan mulutnya yang tajam dan sering menyindir, tapi sebenarnya Jungwon tahu kalau Mama mertuanya itu sayang dan peduli padanya. Apalagi pada calon anaknya, mereka benar-benar menjaga Jungwon agar tidak melupakan susu dan vitaminnya setiap hari. Terkadang Jungwon merasa seperti mempunyai keluarga yang utuh lagi, dia senang karena setidaknya ada beberapa orang yang menginginkan anaknya lahir ke dunia.

Bel berbunyi, pertanda ulangan pelajaran pertama hari ini akan segera dilangsungkan. Seorang pengawas killer terlihat masuk dengan dua map coklat tebal di tangannya, dia mulai membagikan lembar essay, pilihan ganda, dan soal ke meja mereka.

Sebelumnya tubuh mereka diperiksa dengan suatu alat untuk memastikan tidak ada yang membawa benda tajam atau ponsel selama ulangan berlangsung.

Ulangan tengah semester mereka memang selalu menggunakan kertas seperti sekolah lainnya, alasannya karena guru juga ingin melihat perjuangan mereka dalam menulis dan menggambar sketsa. Katanya sih, untuk penilaian ekstra. Walaupun jawaban mereka salah, tapi jika mereka menulis langkah-langkahnya dengan benar maka itu tetap mendapat nilai setengah point.

Jungwon langsung menjawab tiap soal yang ada, setelah sebelumnya menuliskan nama serta nomor absen.

Pilihan ganda dilewatinya dengan mudah, hanya butuh empat puluh menit untuk menyelesaikan 50 soal pilihan ganda. Sekarang dia beralih pada soal essay yang terlihat mudah karena soalnya hanya terdiri dari beberapa kata.

Soal boleh pendek, tapi jawabannya beranak sampai ke belakang.

Dia menoleh ke arah Jay yang duduknya agak jauh darinya, sebenarnya hanya satu meja yang memisahkan mereka. Jungwon melihat Jay, lelaki itu terlihat sangat pucat. Tadi pagi Jay mengalami morning sickness lagi, itu membuat Jungwon khawatir.

Jay menoleh dan balas menatap Jungwon.

"Are you ok?" Jungwon bertanya tanpa suara. Jay membalasnya dengan gelengan kepala, itu artinya tidak apa-apa, atau tidak baik-baik saja?

"Bu, saya izin ke toilet sebentar." Jay mengangkat tangannya, dia meminta izin pada pengawas.

"Lima menit." kata pengawas itu menunjukkan kelima jarinya.

Jungwon menatap punggung Jay yang menghilang dibalik pintu, dia berdiri dan mengumpulkan lembar jawabannya ke meja pengawas. Padahal baru satu jam kurang sejak kertas itu dibagikan, tapi Jungwon sudah menyelesaikannya.

"Kamu boleh keluar, ke kantin atau kemanapun asal tidak menganggu kelas lain." Pengawas itu mengambil lembar jawaban Jungwon dan mengizinkan Jungwon keluar kelas.

Jungwon mengangguk. Dia berjalan ke arah kamar mandi laki-laki yang ada di lantai kelasnya. Sebelumnya dia sempatkan untuk mengambil ponselnya di tas. Begitu masuk, Jungwon melihat Jay yang sedang memuntahkan sarapannya tadi pagi ke wastafel. Dia mendekat, lalu memijat tengkuk Jay pelan.

"Masih mual?"

Jay mendadak menarik tangan Jungwon dan menyudutkan pemuda itu ke dinding. Matanya lamat-lamat menatap Jungwon yang bergerak gelisah di depannya.

"Bilangin ke anak lo, jangan bikin gue makin susah hari ini. Kepala gue rasanya mau pecah mikirin ulangan ditambah bulak-balik kamar mandi buat muntah."

Jungwon menahan tubuh Jay yang semakin menempel pada tubuhnya, apa yang ada dipikiran Jay sebenarnya? Kalau ada anak lain yang masuk ke kamar mandi, mereka bisa dalam bahaya.

"Kenapa nggak kamu aja yang bilang sendiri?" Jungwon sedikit mendorong Jay agar menjauh.

Jay menumpukan kedua lututnya pada lantai yang kering. "Ini gue buka aja?"

Setelah mendapat anggukan dari Jungwon, Jay membuka dua kancing terbawah seragam Jungwon. Perut itu sudah tidak sedatar dulu lagi, perut Jungwon sudah mulai terlihat walau samar.

"Nanti kita beli dimsumnya, sayang. Sekarang biarin Papa ngerjain ulangan, ya?" Jay mengecup perut Jungwon sebentar dan kembali berdiri saat mendengar tapak kaki mendekat.

Jay langsung berpura-pura mencuci muka di wastafel, sedangkan Jungwon pergi keluar lebih dulu. Jay mengaca di depan cermin sambil membetulkan rambutnya yang berantakan.

Pintu toilet terbuka sedikit, itu membuat Jay bisa melihat keluar lewat pantulan yang ada.

"Loh, Jungwon? Lo abis dari toilet?" Jay memperhatikan interaksi kedua orang yang ada di depan pintu.

"Iya, aku kebelet tadi." Jungwon tersenyum kikuk, dia ingin berjalan mendahului Heeseung, tapi lelaki itu justru menarik tubuhnya ke belakang.

"Seragam lo kebuka." Heeseung berjongkok untuk mengkancingkan seragam Jungwon dengan jarak yang bahkan hanya terpaut beberapa sentimeter dari perut Jungwon.

Jungwon membeku, dia menggigit bibir dalamnya gugup. "Hesa bangun, jangan begini."

Dalam hati dia juga takut kalau hubungannya dengan Jay kembali memburuk, padahal mereka saja belum berbaikan. Bisa-bisa Jay mogok bicara lagi seperti waktu itu.

Brak!

Jay keluar dari toilet dengan wajah memerah, tangannya mengepal, tapi ekpresinya sedatar es. Sialan, padahal dia sedang kesusahan mengalami morning sickness, Jungwon justru berduaan dengan Heeseung.

Dia melewati kedua orang itu tanpa mengucapkan permisi, dia justru sengaja menabrak bahu Heeseung di tengah jalan. Sebelum masuk ke kelas lagi, Jay sempatkan untuk mengirim pesan ke nomor ponsel Jungwon.

Dia sempat bertukar nomor, tapi mereka tidak pernah memulai obrolan.

You

beli sendiri, ajak aja pacar lo itu buat disusahin|

Jay langsung menyembunyikan ponselnya dibalik pinggang. Dia masuk ke kelas dengan tampang masabodoh akan tatapan pengawas yang ingin menelannya hidup-hidup karena di toilet lebih dari sepuluh menit.

Sementara itu, Jungwon sedang menuruni tangga menuju kantin bersama Heeseung. Jungwon berjalan perlahan karena takut kejadian yang kemarin terulang lagi, apalagi dia harus benar-benar overprotective dengan janinnya

Tingg...

Jungwon melihat pop-up notifikasi pesan dari Jay. Dia berhenti melangkah saking terkejutnya, setega itu Jay dengannya? Semudah itu Jay mengingkari janjinya semalam?

Jungwon menarik tangan Heeseung, dia sebenarnya tidak ingin melakukan ini, tapi semua ini demi anaknya. Intinya salahkan Jay karena membuat janji palsu padanya!

"Heeseung. Aku pengen banget makan dimsum, kamu mau 'kan beliin buat aku?"

~JENTAKA~

Tidak semudah itu aku buat Jay jadi bucin yorobunn, kita kasih drama dulu biar chapternya makin banyak 🏃🏃

Jentaka ; Jaywon (DIBUKUKAN) Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ