★ lima.

3.4K 508 45
                                    


Bruk!

"Akhirnya!"

Sunghoon mendudukkan bokongnya pada sofa rumahnya, rasanya badannya lumayan pegal dan sakit. Bukan berarti dikarnakan Jake berat, tapi ini karna Jake yang sedari tadi tidak bisa diam saat berada digendongannya.

Omong-omong soal Jake, kini tubuh mungilnya tengah terhimpit diantara tubuh Sunghoon dan juga sofa. Dia mendorong-dorong pundak Sunghoon agar pemuda itu beranjak, namun usahanya sia-sia. Sunghoon tetap bersender padanya.

"Hoon, berat ih! Nyendernya sama sofa aja, jangan sama gue!"

"Gak mau, enakan sama lo. Empuk," Balasnya.

"Lebih empuk sama sofa!"

"Tapi sofa gak bikin nyaman, beda sama lo. Udah diem aja, anggep ini upah karna gue udah gendong lo barusan."

Jake ngebug, "Maksudnya gimana?" Tanyanya kebingungan.

Sunghoon mengendikkan bahunya, matanya sudah mulai memejam. Jake yang melihat itu sontak panik.

"Jangan senderan gini kalo mau tidur! Engap tau! Mengurangi asupan oksigen, dapat mempercepat resiko mati muda."

Jake mencubit pinggang Sunghoon, yang sukses membuang sang empu terbangun dari duduknya sambil meringis kesakitan.

"Mau tidur doang daritadi susah banget, ya Tuhan." Gumamnya pasrah, kantuknya sudah mulai hilang secara perlahan.

Perkataannya barusan terdengar oleh Jake, membuat dia merasa sedikit tidak enak. Hanya sedikit. Selebihnya, ya enak-enak aja. Malah keenakan.

Beberapa detik kemudian dia menarik tangan Sunghoon sampai pemuda itu terduduk disebelahnya, lalu mengintrupsinya supaya menaruh kepalanya diatas paha milik Jake.

"Kalo mau tidur disini aja, siapa tau lebih empuk dan bikin nyaman." Celetuknya.

Sunghoon tentu tidak menyiakan hal ini, dia mulai menyamankan posisinya diatas paha Jake. Wajahnya dia hadapakan pada perut pemuda manis itu, menenggelamkannya disana.

"Kalo gak bisa tidur bilang, nanti gue setelin lagu Nina Bobo." Ucapnya.

"Yang ada makin gak bisa tidur," Balas Sunghoon. Dan Jake terkekeh.

"Tutup matanya, terus hitung domba didalam imajinasi. Biasanya gue disuruh gitu sama Nenek atau bang Heeseung,"

"Terus? Lo bisa tidur habis itu?" Tanya Sunghoon.

"Ya bisa, dong! Walaupun gue insomnia, tapi gue masih tipikal orang yang nemplok dimanapun bakal gampang tidur." Jawab Jake dengan bangga.

Sunghoon mendecih pelan, "Jadi lo tidurnya dimana, waktu lo gak bisa tidur?" Tanyanya lagi.

"Mmm, dimana ya.. Kalo gak salah dikamarnya Bang Hee, hehe." Jake cengengesan saat menjawab pertanyaan Sunghoon.

Dia memang tipikal orang yang mudah untuk tertidur dimanapun. Namun, jika dia kesulitan untuk tidur, dia harus berpindah tempat untuk bisa tertidur. Contohnya seperti yang dibilang tadi, dia baru bisa tertidur saat pindah kekamar Heeseung.

Atau ada satu cara lagi, yaitu dipeluk atau pat-pat. Persis seperti anak kecil yang belum tumbuh, Jake sebenarnya banyak memiliki pribadi seperti itu. Layaknya anak kecil saja.

"By the way, jangan ngomong terus dong. Perut gue geli tau, geter gitu tiap lo ngomong. Hihi," Jake cekikikan, satu tangannya memainkan rambut Sunghoon sambil sesekali ia elus. Memberi usapan lembut disana, siapa tau bisa membuat sang empu tertidur.

Sunghoon mulai terhanyut, rasa kantuk mulai menyerangnya lagi. Memaksa untuk ia memejamkan matanya dan mengistirahatkan tubuhnya.

"Ayo bobo, nanti kalo gak bobo digigit Rusa busung lapar kekurangan gizi. Eh, berarti bang Heeseung dong?" Monolognya.

Merasa bahwa lontaran kalimatnya tidak dibalas, dia menundukkan kepalanya untuk mengecek pemuda yang ada ditumpuannya.

"Oh, udah tidur. Sleep well deh,"

Tangannya masih setia memainkan dan mengusap rambut Sunghoon, namun lama-kelamaan matanya mulai ikut memberat. "Hoaam.." Dia menguap kecil.

Ia menyenderkan tubuh dan kepalanya pada sofa, kemudian matanya mulai memejam dengan perlahan. Tangannya masih tetap berada pada rambut Sunghoon. Setelahnya Jake menyusul Sunghoon kealam mimpi.






























































*******

"Ugh,"

Sunghoon melenguh pelan. Dia berniat meregangkan otot-otot tubuhnya dan segera beranjak dari acara tidur-nya.

Namun niatnya urung saat dia merasakan sesuatu yang bertengger dikepalanya, yang tak lain adalah tangan milik Jake. Pemuda itu masih tertidur lelap, Sunghoon bisa mendengar dengkuran halus miliknya.

Sunghoon melihat wajah Jake dari bawah, menatap pahatan sempurna itu sampai terlepas beberapa menit.

Bulu mata yang lentik, mata bulat yang mirip dengan bola mata seekor puppy, hidung mancung, dan jangan lupakan bibir ranum sekaligus tebalnya yang lumayan menggoda─ eh, apasih?

Sunghoon menggelengkan kepalanya, menepis pikiran aneh nan mustahilnya itu. Kemudian mengangkat tangan Jake secara perlahan, setelahnya dia mengubah posisi menjadi duduk disebelah Jake.

Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku, lumayan pegal jika tertidur disofa. Matanya menatap jam dinding, ternyata waktu sudah menunjukkan tepat pukul delapan malam.

Seketika ia teringat akan janjinya kepada Jake, yang katanya akan mengajak pemuda itu untuk pergi ke timezone.

"Bangunin atau jangan, ya?" Monolognya.

Sebab tak tega untuk membangunkannya, Sunghoon dilanda kebingungan.

"Bangunin aja deh,"

Sunghoon menepuk-nepuk pipi Jake perlahan, berusaha untuk membuat pemuda manis itu terbangun. Perutnya kosong, pasti dia lapar.

"Jake, bangun. Ayo makan," Ucapnya dengan lembut.

Jake nampak sedikit terusik. Namun, bukannya terbangun, pemuda itu malah menjatuhkan dirinya pada tubuh Sunghoon. Posisinya sekarang adalah kepala Jake yang bersender pada leher Sunghoon, dan tangannya yang menempel pada celah antara pinggang dan kedua tangan Sunghoon.

Tubuhnya hampir saja oleng kebelakang jika refleknya tidak bagus, untung saja masih bisa tertahan. Kan kalo tidak tertahan.. Posisinya bisa membuat canggung.

"Yaampun, hey! Jake! Ayo bangun!"

Sunghoon menepuk pundak Jake, kali ini sedikit lebih kencang. Supaya pemuda itu bisa cepat terbangun dan beranjak dari posisinya.

Namun Jake masih tetap pada posisinya, matanya masih tertutup rapat. Enggan untuk menunjukkan pupil matanya yang berkilau.

"Hadeh,"

Sunghoon menyerah, dia mengangkat tubuh Jake pada bagian ketiak. Sedikit memperjauh jarak antara tubuhnya dan tubuh Jake, kemudian mendekatkan mulutnya pada telinga pemuda itu.

Dia meniup telinganya dengan sedikit seduktif, membuat Jake sedikit bergidik dalam tidurnya.

"Wake up, Jaeyun. Or you can get slap from me?"


































































ahaha, ambigu banget :(
btw maaf banget aku up lama, habis ini aku usahain up cepet deh. thankies buat yang udah nunggu dan comment/vote disetiap chapter! stay healthy kaliann! <33

ꗃ. nuteezla,
October, 2021.

(✓) destiny, sungjake. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang