DUA PULUH

1.2K 208 25
                                    

Follow : sugartea__

🔸

"Kak Jean, kok bawa om-om ke rumah Erik?" Keenan langsung membulatkan mata ketika seorang bocah laki-laki memanggilnya om.

"Saya bukan om mu," jawab Keenan sedikit ketus.

"Yaudah, kalau gitu ngapain di rumah Erik? Om pulang aja, di rumah ini gak menerima laki-laki selain kak El," kata Erik yang menantang.

Keenan terkekeh geli, dia melipat tangannya di atas dada lalu menatap Erik lekat.

"Mau Jean ke Arab, mau Jean ke danau Toba, mau Jean bepergian kemanapun itu harus di bawah pengawasan saya." Erik mengerutkan dahi. Emang kak Jean ini masih kecil seperti dirinya? Kalau Erik sih wajar saja setiap pergi selalu di awasi kak Elvano, tapi kan kalau kak Jean sudah besar.

"Tapi kan kak Jean udah besar, badannya juga lebih tinggi dari Erik. Ngapain di awasin? Kan kak Jean udah bukan bocah lagi," gerutu Erik yang membuat Keenan gemas. Baru pertama kali ia bertemu dengan anak bocah yang banyak bicara dan sedikit menyebalkan. Biasanya, Keenan ini ramah loh dengan anak kecil. Tapi gak tau kenapa, ini auranya Erik kayaknya negatif aja gitu. Jaadinya Keenan bawaannya ingin beradu debat.

"Ya suka-suka saya, kenapa? Mau protes?" Keenan langsung mengeluarkan kata-kata andalannya.

Erik mengerucutkan bibirnya. Dia kemudian menghampiri Jean.

"Kak Jean, kak Jean ngapain ngajak om - om ke rumah Erik sih? Usir aja dia kak." Erik mengadu kepada Jean sementara Keenan di sofa hanya bisa berdecih melihatnya. Dasar tukang adu.

"Oi bocah, saya kasih tau kamu ya kalau saya ini su--" Jean langsung melesat untuk membekap mulut Keenan.

"Dia ini sepupu kakak, jadi wajar kayak gitu. Soalnya otaknya emang rada sangklak," sambung Jean.

"Oh ya, di kulkas ada bahan masakan apa?" tanya Jean yang mengalihkan pembicaraan.

"Kosong, kemaren baru abis dan kak El belum isi kulkasnya lagi."

"Kalau gitu, ada bahan makanan lain gak?"

Erik menggeleng. "Kak El gak pernah stok makanan selain beras." Jean tertegun mendengarnya. Gadis itu lalu menatap Keenan lalu menghampiri Erik.

"Nan, lo bawa uang cash gak?"

"Buat apa?"

"Gue pinjem dong, uang di ATM gue udah abis buat bayar rumah sakit. Tapi bakal di ganti kok."

"Kamu ini, ekonomi sulit lagaknya elit, padahal uang masih minta aja udah bergaya nolongin orang sana-sini." Jean berdecih, dia kemudian menggandeng tangan Erik yang sedang duduk.

"Yaudah Nan, kalo gak mau minjemin, gue mau pinjem kek kak Jena aja. Ayo Erik," ajak Jean yang membawa pergi Erik keluar.

Melihat Jean yang melenggang pergi bersama Erik, Keenan langsung beranjak dari bangku dan menyusul mereka.

"Gak usah pinjem, masuk mobil sana. Saya bayarin semua yang mau kamu beli buat bocah ini." Jean tersenyum sumringah, gadis itu langsung memeluk Keenan.

Sweet Revenge✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang