10

7.4K 442 21
                                    

Hari minggu tidak jauh berbeda dengan kemarin. Membosankan, menjengkelkan. Syera habiskan waktunya dengan tidur dan tidur. Resiko pengangguran. Untung ... tajir.

Sejak meninggalkan kediaman Naomi, belum satu kali pun Shaka menghubunginya, hingga detik ini. Kekasihnya itu sedang sibuk dengan istri tercinta. Lenyap sudah amukan dan sorot intimidasi Shaka malam itu usai memborbardirnya dengan tanya. Bertanya, menuntut penjelasan, ke mana dirinya tiga hari ini, seolah Syera adalah makhluk maha penting yang ketidakhadirannya bisa meruntuhkan dunia seorang Shaka. Tidak lagi berarti sorot obsesif, juga sikap posesif lelaki itu. Hanya sekejap saja terjadi. Hanya ketika Shaka tidak memiliki fokus lain selain dirinya. Jika sang istri ada, jelas istrinya itulah yang menjadi prioritas.

Namun yeah, Syera sudah tidak lagi heran ataupun ambil pusing. Tabiat laki-laki kan memang seperti itu? Syera paham. Saaangat paham. Pertahanan dirinya telah disugesti untuk siap atas segala resiko - dalam hal ini, terluka - jika kondisi macam itu terjadi. Tamengnya kuat. Tidak akan, dan tidak boleh ada istilah membatin maupun merana dalam kamus hidup Syera.

Menggulir asal feed instagram, tidak Syera dapati hal menarik. Membaca DM atau tagar membludak yang menandainya bahkan lebih tidak menarik. Inginnya bikin reels, tapi malas. Dan Syera jelas lebih mendewakan kemalasan daripada filter-filter cantik terbaru yang tersedia.

Dilemparnya asal ponsel itu di tempat tidur bersamaan dengan tubuhnya yang tengkurap. Penthouse ini maha luas. Petugas bersih-bersih sudah datang sejak jam tujuh pagi untuk melaksanakan tugas, lalu berakhir dan pulang saat hari beranjak siang.

Ngapain ya?

Syera memikirkan opsi yang tersedia ; Shopping, Nongkrong, atau ... ganggu mereka lagi?

Senyum liciknya terbit. Pake dipikir. Ya jelas ganggu merekalah!

Syera gesit beranjak. Semangatnya kembali membara. Diamatinya satu persatu gaun yang menggantung di lemari. Berhubung sudah mandi, Syera memutuskan hanya ganti baju. Dipilihnya blus hitam off shoulder berpotongan crop top dan jins highwaist.

Setengah jam berikutnya, Syera telah siap dengan surai tergerai indah dan keluar menuju mobilnya berada.

**

Rumah itu dibuka oleh Bik Asih. "Eh, Non Syera. Masuk, Non."

Syera tersenyum, melenggang masuk usai dilebarkan pintu. "Naomi ke mana, Bik?"

"Lagi di taman belakang sama Tuan kayaknya sih, tadi Bibik liat."

"Yaudah aku langsung ke sana aja. Gak usah dibikinin minum segala, Bik," Syera mencegah saat mendapati Bik Asih mengambil gelas di pantry. "Nanti saya ambil sendiri."

"Oalaah, bener ini gak usah?"

"Iya. Gak usah." Syera tersenyum, lantas melangkah riang menuju taman. Ini sore hari, menjelang petang. Jangan bilang Naomi masih sibuk mengurusi bunga-bunganya? Saudarinya itu memang menggilai bunga, dan untuk beberapa alasan, kegemaran itu nampak cocok dengan karakter Naomi - yang kalem, anggun, indah, dan seterusnya, dan sebagainya. Lalu Shaka, apa yang sedang lelaki itu lakukan? Apa ngopi sambil duduk dan memandangi sang istri seperti kemarin? Syera terkekeh. Tidak sabar ingin segera menunaikan niat 'suci'nya.

Namun niat hanya tinggal niat. Mungkin karena kadar kesuciannya sangat amat dipertanyakan, sehingga yang tertangkap netra Syera meruntuhkan sekaligus niatan tersebut. Seringai di wajahnya luntur, langkahnya melambat, detak jantungnya bergemuruh seolah baru saja ditabuh. Sepasang netranya mendapati sepasang sejoli sedang duduk bersama di sebuah bangku taman. Bersama bukan dalam arti bersisian, tetapi-

[✓] JeratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang