3

304 34 4
                                    

Disinilah sekarang Zhou cheng, seperti keingingan a yuan atau sizhui mengajaknya kerumah kediaman orang tuannya tak lupa Jingyi ikut kesana.

Kediaman yang dinamakan jingshi itu nyaman, tenang. Zhou cheng mengedarkan pandangannya, taman indah kediaman orang tua Lan sizhui ini diakui sangat la indah apalagi didapati taman kelinci bertebaran disana.

Wajahnya tenang berjalan anggun mengekori 2 pemuda itu.

Sizhui terlihat berbicara pada sosok lelaki dewasa disana. Pandangan Zhou cheng beralih kelopak bunga mawar merah tak jauh disana, tangannya mengusap kelopak mekar mawar merah, menikmati penciuman wangi bunga mawar itu sambil memejamkan matanya sebentar.

"Jie-jie.. Mari masuk."suara a yuan memerintahkan masuk ke rumahnya. Zhou cheng yang sedari tadi memejamkan mata sejenak membuka matanya. Lalu ikut melangkah kesana.

Tepat mendekati lelaki dewasa bermuka datar tanpa ekspresi, Zhou cheng menundukkan hormat pada pemilik rumah.

Itu Lan wangji hanya memandang jika kakaknya disana hanya tahu arti ekspresi itu. Pikirannya tertuju mendiang istri pertama sang kakak.
'Jiang Wanyin'

Zhou cheng mengentikan langkah lalu menoleh. "Maaf ketidak sopan nya, aku Zhou cheng bukan Jiang Wanyin." ia tahu isi aura milik ayah temannya ini.

Wangji tak bisa menyembunyikan rautnya bahkan alisnya terlihat berkerut.
'Dia tahu isi pikiran seseorang.'

"Ayah. Apa ayah mengatakan sesuatu?"

"....."

"Ayah pasti terkejut. Seperti itulah dirinya."

"Ayo. Jie. Ibuku berada disana. Sepertinya menunggumu"

..

"Ibu.."

Panggilan dari anak satu-satunya membuatnya menoleh. "A yuan. Kau datang nak."

"Ia, seperti yang ibu inginkan."
A yuan tersenyum manis di wajah tampannya.

Zhou cheng hanya memandang keduanya. Kedua temannya memiliki orang tua yang sangat menyayanginya berbeda dengan dirinya bahkan tidak tahu siapa orang tuanya. Dia hanya dibesarkan di panti asuhan. Bahkan namanya tanpa marga.
Untuk kelebihan yang dia miliki itu muncul ketika berumur 10 tahun, jadi Zhou cheng bisa memilih kenyamanan disekitarnya termasuk 2 pemuda Lan ini.

Matanya memandang teduh tanpa ekspresi keluarga bahagia. Dia sadar iri dengan kepemilikan temannya. Zhou cheng terlepas dari panti ketika berusia cukup, bahkan menghidupinya dengan cara mandiri mencari kerja apapun. Beruntung ia dikirim karna beasiswa, ia beruntung memiliki kepintarannya.

"Perkenalkan ibu, ini temanku. Zhou cheng. Dan jie-jie ini ibuku, bernama wei ying, wei wuxian"

Zhou cheng hanya merespon memandang ibu sizhui itu. Entah pandangan itu seperti dirinya ada rasa perdekatan disana.

'A-cheng' wei Ying membatin panggilan itu dalam hati.

"Ya."

Respon itu membuat matanya berkedip bingung.

"Panggil saja aku seperti itu. Wei Wuxian."

Keduanya membuatnya terhentak bahkan Jingyi yang ada disana ikut menoleh. 'Wei Wuxian' bahkan tidak memanggil nya tanpa embel-embel nyonya, bibi, atau lainnya.

"A yuan. Dia..."

"Apa ibu mengatakan sesuatu?"

Wei Ying menoleh pada putranya.

"Dia bisa membaca isi pikiran"

Wei Ying hanya ber'oh' ria saja.

"Aku senang kau berteman dengan anakku dan keponakanku. Nona Zhou."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dia....Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang