• ayah 2

54 12 5
                                    

"Argh! Kacau! Kacau!" Teriak Athy frustasi. Ingatannya tak berhenti mengulang kejadian sore tadi di bangku taman usang tempat Ia dan Lucas biasa bertemu.

Ayahnya, Claude de Alger Obelia, ada disana. Bukan hanya itu, pria paruh baya yang tampak awet muda itu datang menghampirinya. Sesuatu yang langka, mengingat di setiap kali Claude mengetahui putrinya dekat dengan pria, Ia hanya memantau dari kejauhan saja.

"Athanasia." Sapa Claude, dingin, tatapan matanya yang tajam mengarah pada Lucas, seolah netranya adalah sebuah peluru yang siap untuk melubangi kepalanya.

Dan Athanasia terpaku, terkejut bukan main ketika tangan Ayahnya tiba-tiba memegang lengannya.

"Siapa dia?" Claude bertanya pada Athanasia meskipun sorot matanya tiada henti memandangi Lucas.

"A-ah, di-dia.."

"Saya Lucas." Jawab Lucas tenang, memberi seulas senyum kecil.

"Oh," singkat Claude. "Kamu, siapanya Athanasia?"

"Saya hanya teman biasa, Pak." Masih dengan ketenangan luar biasa Lucas menjawabnya, sedangkan Athanasia mulai merasa keringat dingin keluar dari pori-pori dikulitnya.

"Oh, baguslah." Claude menarik tangan Athanasia, membawanya pergi. "Athanasia, ayo." Ajaknya, tetapi Athy kebingungan. Di satu sisi Ia takut dengan sang Ayah, di sisi lain Ia sedih, entahlah apa yang di sedihkannya. Tetapi Athy merasa seolah ini adalah hari terakhir Ia melihat Lucas.

"Athanasia? Ayo! Apa kamu lupa kalau hari ini ada acara penting?" Dengan penuh senyum palsu Claude menatap putri tunggalnya yang sekarang benar-benar

ketakutan.

"A-ah? I-iya, Ayah." Athanasia memandang Lucas ragu, tetapi pemuda itu masih mempertahankan ketenangan yang dimilikinya.

Akhirnya Lucas menarik tangan Athanasia, membawanya menjauh dari kursi taman usang itu. Tetapi di tengah perjalanan menuju mobilnya, Claude berhenti berjalan hanya untuk menyerukan nama Felix yang masih tertinggal disana dengan Lucas.

"FELIX!"

"Ya, Tuan?"

"Kau urus semuanya dan beri paham pemuda itu. Beraninya mendekati putriku yang berharga! Dasar lalat tidak tahu malu!"

Dan disinilah Athanasia berada, duduk bersebelahan dengan Ayahnya didalam mobil, menunggu Felix yang sedang berbicara dengan Lucas.

Athanasia memejamkan matanya. Ia tahu hari ini pasti akan datang. Ia tahu kalau Ayahnya sudah mengetahui semua ini sejak lama, tapi yang tak Ia perkirakan adalah sang Ayah yang akan melabraknya secara tiba-tiba begini!

Kenapa dan mengapa Ayahnya itu terlalu posesif sekali? Apa Ayahnya itu tak pernah merasakan muda dan jatuh cinta? Kenapa begitu keras mengekang seorang remaja untuk mengenal dunia?!

Athy tak mengerti.

Felix yang kembali masuk ke mobil membuat pikiran Athy buyar. Perjalanan menuju rumah yang terasa mencekam karena satu sama lain hanya terdiam, akhirnya pecah saat Athanasia memberanikan bicara.

"Apa yang Ayah akan lakukan sama Lucas?"

Claude yang hendak membuka pintu mobil, mengurungkan niatnya. "Seperti yang sudah-sudah."

Athanasia mendengus. "Kalau gitu jangan salahkan aku kalau aku nggak akan tinggal diam!"

Dan begitulah ingatan itu berakhir dengan tangisan Athy di pelukan sepupunya, Jennette.

"Duh, cup cup, jangan nangis lagi." Hibur Jennette.

"Apa sih maksudnya Om-om itu selalu aja halangin kisah asmaraku yang mau dimulai!"

"Ayahmu kan memang gitu, ketakutan banget kalau anak satu-satunya ini berpaling ke cowok lain."

"Oh? Kalau gitu berarti seumur hidup aku nggak akan pernah merasakan cinta!?"

Jennette mengusap rambut Athanasia yang sekarang berbaring di pahanya.

"Apa kamu ingat apa yang Ayahmu perbuat dulu saat tahu tentang Ijekiel?"

Athy terdiam sebelum mengangguk kecil. "Ayah memisahkan kami dengan cara memindahkan aku ke sekolah khusus perempuan."

Jentikan jari Jennette membuat Athy mengkerutkan kening, "Pasti! Pasti begitu! Om Claude pasti akan memisahkan kamu! Pasti kamu di pindahin sekolah lagi!" Ujar Jennette dengan yakinnya.

"Tapi aku kan udah 3 kali pindah sekolah. Kayanya nggak mungkin deh!?"

"Hei!" Seru Jennette tiba-tiba, "Ayahmu itu kan nekad! Apapun bisa dilakukannya! Kalau kamu nggak bisa pindah sekolah.." Ada jeda sejenak, selagi gadis berambut coklat itu berpikir. "Apa Lucas yang akan di pindah sekolah?"

"Hah?"

"Apa kamu tahu Lucas sekolah dimana?"

"E-emm, en-enggak."

"Hah?" Jennette menepuk jidatnya, gemas. "Terus nomor hapenya?"

Athy menggeleng, membuat Jennette kembali menepuk jidatnya.

"Kalau sosial medianya? Facebook? Twitter atau instagram?"

Tetap, gadis berambut pirang itu menggeleng.

"AWH!" Kali ini Jennette tidak menepuk jidatnya sendiri, melainkan jidat sepupunya. "Kok kamu mukul aku sih? Sakit tahu!" Protes Athy sambil mengusap keningnya.

"Ih! Itu karena aku kesal banget tahu! Dengan PD nya kamu bilang suka! Padahal kamu nggak tahu apa-apa tentang cowok itu! Hiiihhh! Nggak habis pikir aku!"

"I-iya sih, aku terlalu percaya diri." Lirih Athy pelan. "Tapi! Kalau memang Ayah menjauhkan aku dan Lucas, kali ini aku nggak akan tinggal diam!"

Jennette mendengus, masih sebal. "Terus kamu mau apa?"

"Kalau dalam dongeng Tuan Putri hanya diam dan menunggu Pangeran, kali ini aku sendiri yang akan pergi mencari Pangeranku! Sejauh apapun Ayah memisahkan, aku yakin aku bisa menemukan Pangeranku! Karena aku, Tuan Putri Athanasia de Alger Obelia!" Seru Athy dengan percaya diri.

Jennette membuang nafas lega, yah, setidaknya sepupunya yang percaya diri tapi sedikit sembrono ini telah kembali.


***

Masih adakah yang menunggu cerita ini? Hiks hiks 😰

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE LOVE LOVE [Athy × Lucas]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang