9. Change.

5 0 2
                                    

Kalian tahu 'kan bagaimana cara mengapresiasi sebuah tulisan?

Tinggalkan jejak, entah vote atau komen. Kalo mau dua2nya itu lebih bagus, sih. Haha

Dahlah.

Happy Reading💕💕💕

🌹🌹🌹

"Rania?!" teriak Raka sembari menahan pergelangan tangannya pada saat akan keluar ruangan.

"Ya?" Rania menoleh hanya untuk menatap sepasang mata tajam Raka.

"Kita bicara sebentar, boleh?" katanya.

"Tentu." Rania tersenyum setelahnya.

Lalu mereka kembali duduk, di salah satu kursi yang paling dekat dengan posisinya saat itu.

"Kenapa?" ujar Rania memulai pembicaraan. Namun Raka tak menjawab. Ia hanya bergeming sembari menatap kedua pasang kaos kakinya.

Lalu beberapa detik selanjutnya, laki-laki pemilik alis tajam itu menghembuskan napas berat.

"Rania.. kamu tahu 'kan kalo aku gak pernah sekalipun melarang kamu untuk dekat sama cowok lain? Aku juga gak pernah cemburu saat kamu chatting sama cowok lain. Tapi Raniaa.. aku gak suka kalo kamu bohongin aku," ujarnya setelah lima menit berlalu.

Kini giliran Rania yang bergeming. Rania membiarkan saja Raka menyuarakan seluruh uneg-uneg yang ada pada hatinya.

"Kamu juga tahu 'kan kalo pondasi dari setiap hubungan adalah kepercayaan?" Raka menatap Rania tepat pada matanya. "Kalo kamu gak ngomong dan malah diem-diem ketemu cowok lain, mana bisa aku percaya?"

"--Apalagi Dewa itu mantan kamu. Aku gak suka! Gak ada pertemanan setelah kalian menjadi mantan! Itu mustahil, Rania.."

"--Aku gak pernah posesif seperti kamu ke aku. Aku gak pernah nuntut kamu untuk selalu ada buat aku. Tapi plissss jangan salah gunakan kepercayaanku!"

"Aku gak punya kata lain untuk dijadikan alasan." jawab Rania lirih.

"It's okey. Itu lebih baik daripada kamu menyangkal dan gak mau akuin kesalahan kamu."

"--Lagipula aku ngajak kesini bukan karena mau memperpanjang masalah dan kamu minta maaf. Aku hanya ingin mengakhiri perdebatan kita kali ini. Maaf karena aku marah terlalu lama."

"Kamu tau, kamu gak perlu minta maaf, Raka."

"Tapi aku ingin. Maaf bukan berarti untuk mereka yang selalu salah, bukan?"

Rania tersenyum tipis, "ya udah. Jadi kita baikan nih?"

"Iya. Aku gak kuat lama-lama marah sama kamu."

"Kamu emang gak bisa marah, Raka."

Dia terkekeh, "jadi udah ya? Jangan diulangi lagi. Kalo mau kemana-mana dan sama siapa kamu kasih tau aku. Aku gini bukan mau posesifin kamu, tapi biar aku menilai sebagai cowok apakah sama orang itu baik atau enggak."

"Iya. Maafin aku, ya?"

"Dimaafin asal nanti pulang sekolah kita makan mie ayam."

The Taste of LoveWhere stories live. Discover now