10. Patah Hati Terdalam setelah Kematian.

1 0 0
                                    

Kalian tahu 'kan bagaimana cara mengapresiasi sebuah tulisan?

Tinggalkan jejak, entah vote atau komen. Kalo mau dua2nya itu lebih bagus, sih. Haha

Dahlah.

Happy Reading💕💕💕


🌹🌹🌹

Hari terus berlalu. Dan cuaca di sepanjang bulan Juni terus berganti. Sekarang panas, besoknya adalah hujan. Terkadang pagi hari hujan, sorenya kembali panas. Tak menentu.

Begitupula dengan Rania dan Raka. Meski Raka masih menungguinya untuk pulang bersama, meski Raka masih sering mengirimi Rania pesan setiap harinya, tetapi tetap saja pertengkaran-pertengkaran kecil itu masih tetap ada.

Setelah hari dimana Raka bersikap cuek padanya, tak ada lagi hari-hari damai bagi Rania. Apapun permasalahannya, pasti selalu berakhir dengan pertengkaran.

Jika begini adanya, Rania selalu menyesali setiap ucapannya dahulu. Bagaimana dulu ia selalu ingin bertengkar dengan pasangan. Bagaimana dulu ia mengeluh karena hari-harinya yang damai namun membosankan.

Untuk kali ini, Rania sadar bahwa ucapan adalah benar-benar sebuah doa. Dan jika Rania boleh mengoreksi setiap ucapannya, ia lebih ingin kembali pada hari-harinya yang damai. Tanpa perselisihan, tanpa pertengkaran dengan Raka.

Jujur, ini lebih dari sekadar menyebalkan.

Hari ini hari Rabu. Jadwal Rania sebagai POLSIS untuk piket jaga gerbang.

Di hari yang teduh ini, Rania berharap hatinya pun seteduh cuacanya. Tak ada lagi hal-hal yang dapat mengusik hatinya.

Setidaknya untuk hari ini saja.

Namun bukankah setiap manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di depan sana? Beberapa jam bahkan menit yang akan terjadi dihadapannya?

"Guys, gue duluan ke kelas, ya? Udah beres, kan?" kata Rania.

"Iya, Ran.. duluan aja. Ini tinggal mindahin ponsel ke loker doang, kok!" kata Astri mewakili semuanya.

"Oke.."

Dengan seorang diri, Rania menyusuri koridor sekolahan dengan hati yang terbilang tenang.

Di sela-sela perjalanannya, Rania melihat segerombol teman-temannya sedang duduk lesehan di tangga depan kelasnya.

Lalu ia tersenyum dari kejauhan, dan dibalas dengan senyum yang tak dapat Rania artikan.

Tanpa berpikir panjang, Rania segera melangkahkan kaki menuju kelasnya. Sebelum kemudian ia menyapa mereka.

"Haii!!" Rania melambaikan tangannya, "belum pada masuk kelas?"

"Belum nih.. masih pengen disini." Rhea menjawab dan tersenyum sumir.

"Ohh, oke. Gue masuk kelas ya?" Rania berujar. Lalu salah satu dari mereka ikut berdiri dan menyusulnya.

"Ran?" panggilnya, tepat di ambang pintu kelas mereka.

Kemudian Rania menoleh hanya untuk menatap Winda, "ya?"

"G-gue.. i-itu-"

"Apa?" Rania mengerinyit, merasa aneh dari cara Winda menatap dirinya.

"Itu, Raka pacaran sama Juwita?" katanya dengan sekali tarikan napas.

Rania membeku. Rasanya seluruh elemen yang ada pada tubuh Rania, berhenti bekerja. Kecuali, hatinya yang berdegup kencang dan serasa diremas dengan kuat.

The Taste of LoveWhere stories live. Discover now