End Game 2/2

70 14 1
                                    

Beberapa hari sudah berlalu sejak pertama kali diriku sadar dari kondisi koma yang aku alami akibat kecelakaan sebelumnya, saat ini aku sudah kembali ke apartement milikuyang ditinggali bersama dengan Krist begitu pula dengan korban lainnya.

New sudah dimakamkan sehari setelah aku sadar, karena kondisi yang tidak memungkinkan akupun tidak dapat menghadiri upacara pemakamannya maka dari itu hari ini kami bersama dengan Tay sepakat untuk mengunjungi tempat peristirahatan terakhir New.

Aku bersiap dengan setelan kemeja dan jas hitam milikku, menghadap kearah cermin.

"Phi, sudah siap?" Krist berjalan masuk ke dalam ruang ganti, ia berdiri disamping ku lalu menatap tidak puas kearah cermin. "Phi, bagaimana mungkin kau terlihat seperti ini? Sudah ku katakan jangan memikirkan hal yang tidak perlu. Lihat dirimu, berantakan sekali."

Krist tidak salah karena penampilanku benar-benar tidak terlihat seperti manusia, pakaian ini baik-baik saja namun wajah ku tampak kelelahan luar biasa dengan kantung mata tebal kehitaman serta bibir pucat dan pecah-pecah.

Benar-benar buruk.

"Akhir-akhir ini kepalaku penuh dengan informasi yang tidak ku ketahui. Krist katakan apa benar aku mengalami amnesia?"

"Huh? Entahlah, mungkin hanya efek dari kecelakaan. Lagi pula informasi yang tidak kau ketahui hanya seputar kejadian sebelum dan saat kecelakaan terjadi, kerusakan memori yang kau alami tidak mengganggu ingatan mu yang lain jadi semuanya akan baik-baik saja." Kata Krist sambil merapihkan dasi yang sebelumnya ku ikat seadanya.

"Benarkah?"

"Tentu."

Aku berpikir sejenak lalu memutuskan untuk mengatakannya, "Krist sebenarnya aku mempunyai ingatan tentang... uhh, bagaimana aku mengatakan nya. Mungkin ingatan tentang mimpi ku selama tidak sadarkan diri."

"Ingatan seperti apa?" Krist sudah selesai dengan kegiatannya merapihkan dasi, ia menyandarkan punggungnya pada dinding dan menghadap kearahku. Tangannya terlipat di dada dan matanya menatapku.

Aku berdehem sebelum melanjutkan, "Tentang kita bermain sebuah permainan, di ingatanku kita semua sudah sampai di villa lalu Off menyarankan untuk bermain sebuah permainan memanggil hantu yang berakhir dengan pambantaian massal. Hampir semua orang tewas termasuk aku dan kau, hanya menyisakan New sebagai satu-satunya orang yang selamat sekaligus pemenang dari permainan itu."

Krist mendengarkan perkataan ku dengan seksama, dahinya berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah diam sejenak ia berkata, "Mimpi itu sangat mengerikan."

Mendengar responnya aku merasa sangat terkejut, jadi Krist tidak mengingat apapun? Apa benar itu semua hanyalah mimpi alam bawah sadarku selama tidak sadarkan diri?

"Apa mimpi itu yang menganggumu selama ini?"

"Ya."

Krist menghela napas lalu berjalan menghampiri ku, meraihku ke dalam pelukannya. Ia berkata, "Tidak apa, itu semua hanya mimpi. Jika kau takut maka ingatlah bahwa aku disini bersama mu."

"Hn, baiklah."

Kami mempersiapkan diri secepat mungkin lalu pergi ke gedung apartement dimana Tay tinggal untuk menjemputnya, kami menunggunya di lobby seperti perjanjian awal namun setelah menunggu selama kurang lebih 30 menit Tay belum juga menunjukan batang hidungnya.

"Krist, kau bisa menghubunginya?" aku melirik Krist yang juga sedang berusaha menghubungi telepon unit apartement Tay.

"Tidak, bagaimana dengan mu?"

"Panggilan terhubung namun dia tidak menjawabnya."

Krist terlihat berpikir sejenak lalu berjalan ke meja resepsionis, aku mengikutinya.

KILLING HUNTER [PERAYA]Where stories live. Discover now