Bab 3.b

921 145 8
                                    

Setelah kejadian pagi itu, Nana mulai merubah sikapnya sedikit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah kejadian pagi itu, Nana mulai merubah sikapnya sedikit. Yang tadinya ia selalu berkata kasar pada Jeno, kini bahasanya sedikit dipersopan pada sang suami, yah walaupun dia belum bisa menerima sepenuhnya kalau Jeno lah yang harus ia cintai.

Dan hari ini kebetulan Jeno memiliki waktu senggang untuk mengantar Nana check up ke dokter kandungan. Pria itu memapah Nana dan ikut masuk ke ruangan dokter Gie.

Assalamualaikum warohmatullah...

Jeno menyapa Gie sambil menakupkan kedua tangannya di dada.

"Waalaikum salam, mas, mbak, silahkan masuk," kata Gie yang menatap Nana agak heran, karena tak biasanya Nana memakai jilbab.

"Gimana kabarnya, mbak? Mas?" Gie bertanya selagi mempersiapkan beberapa peralatan periksa pasien.

"Gue kurang baik," celetuk Nana.

Gie yang sudah kenal Nana sejak kecil tersenyum kecil.

"Masih mual? Parah nggak mualnya?"

"Masih parah, bahkan parah banget. Kemarin gue sampai nggak bisa bangun dari tempat tidur, tolong resepin obat yang jitu dong buat gue."

Gie kali ini terkekeh sambil sesekali melirik ke arah Jeno yang hanya diam.
"Yah namanya juga hamil mbak, sabar aja. Nanti juga nggak akan mual lagi setelah lepas trisemester. Tinggal dua minggu lagi kok usia kandungan mbak Nana masuk 3 bulan."

Nana hanya mendecak, karena 2 minggu lagi itu waktu yang lama kalau harus menahan rasa mual tiap pagi, siang dan malam.

"Tapi makannya gimana? Masih mau kan?" Tanya Gie.

"Yah dikit-dikit sih, walaupun banyak yang dimuntahin."

"Hmm...gitu." Gie mengangguk dan kemudian menulis sesuatu pada kertas resep.

"Kalau gitu aku nggak usah kasih obat penafsu makan lagi ya kak. Aku kasih pereda mual aja. Dan ini ada masalah di soal tekanan darah. Mbak Nana tensi darahnya tinggi, apa akhir-akhir ini stres?"

Mendengar itu Nana terkekeh.

"Gimana nggak stress, gue hamil tapi nggak tau bapak anak gue dimana. Ditambah gue harus nikah sama..." kata-kata Nana terhenti saat ia bersitatap dengan Jeno.

"Sama mas Jeno? Emang kenapa mas Jeno? Karena dia bisu ya? Iya sih emang gaul sama orang bisu itu ribet, karena percuma, nggak bisa komunikasi dengan baik. Semuanya pasti serba pake bahasa isyarat."

Perkataan Gie itu langsung menusuk dada Jeno. Jadi selama ini ia pikir Gie yang bisa berteman dengan siapa saja tanpa pandang fisik, ternyata malah mengatakan hal menyakitkan itu, pikir Jeno.

Sedangkan Nana di tempatnya juga ternganga, ia pikir bagaimana mungkin Gie yang selama ini ia kenal sebagai orang yang baik malah bisa berkata demikian.

BE HERE FOR YOU (GS/LOKAL)✔Where stories live. Discover now