Bab 13.c

529 56 33
                                    

Dua bulan kemudian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua bulan kemudian.

Kepahitan dan penantian adalah hal yang telah Nana jalani selama beberapa tahun ini, kembalinya Jeno ke pelukannya adalah imbalan yang setimpal kala wanita itu mencoba untuk istiqomah di jalan yang sudah ia niatkan.

Tetap menjadi seorang istri dari seorang pria yang sebelumnya difonis koma dan entah kapan akan bangun, lalu menjadi seorang ibu sekaligus ayah bagi puteranya yang ia besarkan tanpa kehadiran sosok Jeno di sisinya. Nana adalah wanita hebat yang pantas mendapatkan kebahagiaannya sekarang.

Kini manik matanya tampak termenung menatap ke arah langit sore berwarna jingga yang begitu tenang. Suara burung-burung yang bergerombol, menghiasi cakrawala yang terlihat begitu luas dan indah.

Sejenak wanita itu berpikir, apakah surga benar-benar seribu kali lipat indahnya daripada langit sore ini? dan apakah di surga nanti kebahagiaannya akan sama dengan apa yang tengah ia rasakan sekarang?

Hingga sepasang tangan kokoh mulai menapaki bahu lembutnya yang berlapis gamis. Nana sontak menoleh, dan melihat suaminya yang berdiri sambil mengenakan satu kruk tersenyum padanya.

Setelah dua bulan berlalu dan Jeno menjalani serangkaian terapi pengobatannya, akhirnya Jeno sudah sedikit demi sedikit pulih dari cidera di kakinya, sehingga ia tak perlu menggunakan kursi roda lagi untuk berjalan. 

"Kamu lagi apa? ini sudah hampir masuk waktu magrib," ucap Jeno mengingatkan. Kemudian ia menaruh kruknya di sandaran balkon, dan setelah itu mereka berdua duduk di sebuah bangku kayu yang pandangannya langsung ke arah hamparan taman rumah yang cukup luas.

Jeno mendekatkan tubuhnya pada Nana dan kemudian dagunya bertengger di ceruk leher istrinya, sementara tangannya merengkuh tubuh sang istri, hingga embusan napas hangat dan harumnya dapat tercium oleh sang istri.

Betapa nyamannya saat suara lembut Jeno dan embusan napas pria itu menggoda telinga Nana. Dengan merdunya pria itu bersenandung sambil merapalkan bacaan sholawat nabi yang selama ini selalu jadi nyanyian favoritnya, dan baru bisa ia lantunkan sekarang lewat suaranya sendiri. Membuat Nana makin terbawa dalam suasana tenang, damai dan bahagia bak di surga firdaus.

Hingga bibirnya tanpa sadar berucap.
"Mas!"

"Iya sayang?"

"Apa di surga nanti, aku bisa ngerasain kebahagiaan seperti sekarang ini? entah kenapa dari tadi aku berpikir tentang seindah dan senikmat apa sih di surga nanti, yah walaupun aku masih ngerasa belum pantas masuk surga."

Pertanyaan panjang itu membuat Jeno tersenyum lembut. Lalu pria itu merangkul Nana lebih erat lagi.
"Pokoknya surga itu tempat paling indah dari sekian banyak tempat yang indah di dunia ini. Kenapa kamu tiba-tiba berpikir tentang hal itu?"

Nana menggelengkan kepala sembari tersenyum lembut.
"Aku cuma membayangkan, kelak kalau aku diizinkan masuk ke surga nanti, apa aku akan ketemu lagi sama mas dan El? kayanya surgaku nggak akan jadi indah tanpa kalian deh."

BE HERE FOR YOU (GS/LOKAL)✔Where stories live. Discover now