Prolog

1.8K 158 6
                                    

Cerita ini dibuat untuk event PhanDaysFicFest di Twitter dalam rangka memperingati hari jadi MewGulf ke-1000, apa ada yg tau eventnya? Atau mungkin kalian juga baca cerita-cerita di event tersebut? Karena eventnya sudah selesai jadi aku mau share cerita yg aku buat di event itu di sini.

Disclaimer: Cerita ini sepenuhnya fiktif dan dibuat hanya untuk hiburan semata. Mohon pembaca dapat membaca dengan bijak dan tidak membawa apa yang ada dalam cerita ini ke kehidupan nyata.

Semoga kalian suka dan jangan lupa vote komentarnya.

Happy reading 😊

~...~

Beratapkan langit serupa arang dengan jutaan rintik air yang jatuh ke tanah menjadi pengantar Gulf di suatu halte usai menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya. Laki-laki dengan mata sebening kristal itu termangu menatap jalanan yang basah. Ditemani temaramnya cahaya lampu jalan yang berpendar.

Kedua ainnya melirik pada seseorang yang berjalan gontai di tengah hujan lalu duduk bersamanya di bangku halte. Seorang pria dengan kemeja hitam yang sudah kuyup. Pun dengan wajahnya yang basah. Sorot matanya yang memandang ke arah lalu lalang kendaraan di jalan nampak hampa dan penuh kesedihan. Entah seberat apa harinya. Sepahit apa hidupnya. Gulf seakan bisa merasakan kesedihan itu melalui udara.

Didorong rasa iba, akhirnya Gulf mendekati pria itu. Ia berdiri tepat di depan laki-laki yang lantas menoleh lelah ke arahnya. Wajahnya sembab. Ada kepedihan yang menyeruak melalui sorot matanya yang redup. Sedalam apa luka yang bersemayam di hatinya?

"Anda baik-baik saja, Tuan? Apa Anda perlu bantuan?" kata Gulf sebagai pembuka percakapan mereka.

Tak ada jawaban. Keheningan dan suara gemuruh hujan menjadi balasan perkataan Gulf. Namun begitu pemuda itu tergugu ketika bulir-bulir bening mengalir begitu saja di wajah pria tersebut. Tanpa aba-aba. Tanpa perintah.

"Oh tidak. Anda pasti sudah mengalami hari yang berat. Tidak apa-apa, menangis saja jika itu membuatmu merasa lega." Lalu dari kejauhan Gulf sudah bisa melihat bus yang akan ia tumpangi sebentar lagi akan tiba.

"Anda mau ke mana? Kebetulan bus yang akan aku naiki adalah bus terakhir." Pria itu masih bergeming, ia masih tenggelam dalam tangisannya, tidak menghiraukan kehadiran Gulf.

"Kalau begitu aku akan memberikan ini. Semoga kesedihanmu cepat berakhir. Aku pamit duluan." Gulf memberikan payung yang semula ia gunakan, sapu tangan, serta satu cup kopi hangat— yang sempat ia beli dan belum diminum—kepada pria itu sebelum berlari menaiki bus yang sudah berhenti di depan halte.

Sewaktu berada di bus, Gulf tidak bisa melepaskan tatapannya pada pria yang masih betah duduk di sana sampai akhirnya bayangannya menghilang.

Pemuda itu mengembuskan napas. Laki-laki itu terlihat mengenaskan dan seakan jemu dengan hidupnya sendiri. Gulf tak mampu menahan diri untuk akhirnya menghampiri pria itu, murni karena ia memang ingin berniat membantu.

Semoga saja, setelah matahari terbit esok hari di ufuk timur, pria itu dapat kembali menemukan cahaya yang akan menyinari sorot matanya yang kelam serta mengusir sedih dan letihnya.

~...~
To be continued

Author's note:
Ceritanya sendiri sudah selesai dan hanya ada 5 bab jadi kuusahakan update cepet asal yg vote dan komen banyak ehehehe 🤭
Terima kasih banyak sudah membaca, see you next chapter

Vote dan komentarnya jangan lupa 😊

Deja VuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang