1

1K 138 19
                                    

"Lihat!"

Sakura memamerkan cincin di jari manisnya dengan bangga. Cincin perak dengan mata putih itu terlihat cantik. Secantik pemakainya.

Sasuke mendengus samar saat senyuman lebar milik wanita itu kembali tertangkap di maniknya dan ia lagi-lagi terpesona dengan keteduhan serta kelembutan yang dialirkan oleh manik sehijau hutan itu.

"Aku sedih karena kau tidak datang, Sasuke."

Wanita itu memandangi cincinnya intens. Diputarnya benda bulat itu berkali-kali hingga membuat relung hatinya tertusuk sakit saat melihat senyum lebar sahabatnya bukan untuknya. Melainkan untuk pria lain.

"Pokoknya nanti di acara pernikahan, kau tidak boleh absen! Awas saja."

Emerald hijau itu menusuk onyx miliknya. Mengancamnya yang tentu saja hal itu tak akan mempan karena kini ia tertawa getir yang ditangkap Sakura sebagai senyum mengejek atau mungkin pengabaian hingga dirasakannya perutnya dicubit pelan olehnya.

Berakhir dengan senyum simpul yang ia keluarkan karena sungguh berat mengeluarkan aura bahagia yang memang saat ini tidak ia rasakan sama sekali.

"Hn. Aku tak janji."

Menyecap kopi hitam yang entah kenapa sepahit perjalanan cintanya, bibirnya tertarik getir. Onyxnya beralih--- menatap penyanyi akustik yang pas sekali tengah menyanyikan lagu melow yang sesuai dengan kondisinya sekarang. Menyedihkan.

Manik hijau yang awalnya menyipit kini menatapnya datar saat telapak tangannya tanpa ijin menangkup rahang kokohnya yang mulai ditumbuhi cambang tipis.

Ia mengelusnya lembut yang mana malah membuat sang empu meremang seketika. Ada sedikit harapan yang kembali membuncah akan tetapi perkataan Sakura selanjutnya lagi-lagi menamparnya telak.

"Sasuke."

Bibir peach milik Sakura terbuka pelan--- menyadarkannya akan status yang dimilikinya.

"Kapan kau akan menembak Saara? Kurasa, dia juga menyukaimu tahu. Kau tak ingin menyusulku, hm?"

Sakura bertanya disela-sela elusan yang dilakukannya pada pipi Sasuke. Mendapat pertanyaan seperti itu, sontak telapak tangannya yang bebas terkulai lemah. Bukan pertanyaan itu yang ia inginkan keluar dari bibir Sakura. Bukan.

"Kau tak ingin kita double date di pelaminan? Ugh, membayangkannya saja membuat aku merinding."

Sakura kembali menatap lekat cincinnya tanpa menghiraukan tatapan kosong Sasuke disampingnya.

ººº

Langkah kaki berbalut high heels hitam itu mengayun lambat--- tak mengusik seorang pemuda yang tengah menatap pemandangan taman melalui tempat yang dipijakinya. Rambutnya yang tertata gel telah awut-awutan dan mencuat di beberapa bagian. Pun beberapa tampak tergerak karena dipermainkan angin.

"Ehm."

Deheman kecil berhasil mengusik atensi Sasuke. Wanita yang baru saja datang itu tersenyum kecut lantas bergabung dengan Sasuke yang lagi-lagi patah hati yang entah sudah berapa sekian kalinya.

"Kamu menyerah?"

Ia ikut memandang hamparan taman luas yang tersaji di belakang mansion Haruno. Asap rokok mulai membubung yang sontak saja membuat kernyitan tak suka timbul di dahi Ino karena ia mau tak mau menghirup asapnya.

BatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang