Alvaro duduk di lantai beralaskan karpet tebal bewarna coklat tua. Tubuh dan kepalanya di sandarkan pada tempat tidur sedangkan jari-jarinya sibuk megotak atik benda pipih yang beberapa kali membuatnya tersenyum.
Trio Cogan
Lucas
Al...
Alib...ba...ta...Fais
Berisik
Apa, njir?
Lucas
Kerumah lo boleh?
Martabak manis deh.Tambah Latte panas
Lucas
Setuju.
Fais
Otw
Lucas
Ngikut baek lo.
Fais
Di mana ada makanan enak, di situ gue pasti nunul
😂😂😂🌻🌻
Lucas datang dengan membawa kantong kresek yang sudah pasti isinya martabak manis. Sedangkan Fais di belakangnya membawa Latte panas kesukaan Alvaro.
"Nih," Fais memberikan segelas latte panas pada Alvaro.
"Thanks."
"Gimana suasana sekolah tanpa adanya cowok ganteng kek kita?" Tanya Lucas sambil mengeluarkan martabak dari kresek.
"B aja, tuh."
Lucas nyengir mendengar jawaban Alvaro yang tanpa ekapresi.
"Lo tuh salah, tanya gituan sama dia, diakan lebih populer dari kita." kali ini Fais menyahut sambil menyalakan tv yang ada di kamar Alvaro.
"Lah, emang nyatanya gitu. Lagian besok kan udah balik sekolah kalian."
Lucas mengangguk beberapa kali sambil menggigit martabak manis. Lucas dan Fais memang sudah dua hari tidak masuk sekolah. Mereka mewakili sekolah untuk cerdas cermat.
"Ada kejadian apa hari ini?" Tanya Fais yang sudah asik main PS.
"Nggak ada."
Fais meletakkan stik ps, kemudian beralih mengambil satu potong martabak dan langsung memasukkan dalam mulut.
"Btw, kalian ada yang kenal Albi?" Tanya Alvaro pada dua sahabatnya.
"Albi?" Ulang Fais yang langsung dapat anggukan dari Alvaro.
"Albi anak XI Ipa 5 maksud lo?" Kali ini Lucas menyahuti.
"Nggak tau. Tapi yang pasti namanya Albi."
"Ada urusan apa lo nanyain dia?" Tanya Lucas lagi.
"Nggak ada. Cuma nanya." Alvaro diam setelahnya. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya sekarang.
"Nih," Lucas menunjukkan sebuah foto laki-laki dari hapenya yang membuat Alvaro mengerutkan kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny || Haechan
Teen Fiction"Pertama bertemu, gue pikir itu hanya kebetulan." "Kedua kali ketemu, gue masih nggak percaya kalau itu takdir." "Sampai saat kita bertemu untuk yang ke tiga kalinya. Gue baru percaya bahwa Tuhan telah menakdirkan kita untuk bersama."