Akhir dari segalanya

888 90 2
                                    

Arseno dan pendeta Jeremiah kembali berlari menyusuri hutan untuk menuju puri yang terletak dibalik hutan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arseno dan pendeta Jeremiah kembali berlari menyusuri hutan untuk menuju puri yang terletak dibalik hutan.

"Di sana!" tunjuk pendeta Jeremiah saat melihat sebuah gedung yang tak jauh dari situ.

"Ada cahaya-"

DRAP DRAP

"Arsen! Hati-hati!"

Arseno bersembunyi di balik jendela, mengintip ke dalam untuk melihat situasi. Terlihat sekumpulan orang yang memakai jubah hitam, ada Alaska ditengah-tengah mereka.

"Kesempatan kita kalau mereka lengah saja." Ujar pendeta Jeremiah.

"Waktunya sudah tiba! Bintang sudah ada dipuncak! Pujaan kita yang ada didalam tubuh anak ini!" tiba-tiba terdengar teriakan membahana dari sosok berjubah merah. Arseno reflek melihat kedalam.

"Kemari" sosok berjubah merah itu mengulurkan tangan ke arah Alaska. Alaska menghampirinya, berusaha meraih tangan itu.

Alaska jangan!

PRAAANG

Arseno nekat menendang memecahkan kaca jendela dan masuk kedalam gedung itu.

"KYAAAAA"

Orang-orang didalam gedung berteriak terkejut.

"SIAPA?!"

"Tangkap dia!!"

"Jadikan persembahan!"

Berbagai teriakan terdengar bersahutan. Arseno berlari menuju Alaska.

"Aska! Kesini!" teriak Arseno sembari berusaha menembus kerumunan orang berjubah hitam itu.

BRUUK

Arseno menoleh. Ia melihat pendeta Jeremiah terjatuh karena ditendang salah satu orang berjubah hitam.

"Pendeta Jere!!"

KRASSS

Pundak Arseno mengeluarkan darah segar. Arseno terkejut, ia menoleh kedepan, terlihat Alaska berdiri memegang pedang panjang didepannya.

Alaska...

"Bagus, Nak! Kita jadikan dia persembahan." Sahut sosok berjubah merah.

Tatapan Alaska terlihat sangat kosong. Alaska mengayunkan pedangnya hendak menebas Arseno. Tapi Arseno langsung berlari memeluk Alaska untuk menghentikannya.

DEG

"Arsen..." gumam Alaska.

"Kau kenapa?! Cepat bunuh dia!" teriak sosok berjubah merah.

Alaska melepaskan pelukan Arseno dan mengayunkan pedangnya. Arseno memejamkan mata, bersiap untuk apapun yang terjadi.

SRETSSS

"AKHHHH" teriakan terdengar.

Arseno reflek membuka matanya saat tidak merasakan apapun. Ia dapat melihat sosok berjubah merah tadi sudah terkapar bersimbah darah. Alaska membunuhnya. Semua orang diruangan itu terlihat terkejut.

"Sekarang Arsen! Bakar surat itu!" teriak pendeta Jeremiah tiba-tiba.

Akan kuhancurkan!

Surat yang mengikat Alaska...

Arseno berlari menuju meja, meraih surat perjanjian yang ada di meja tersebut lalu melemparnya ke arah lilin yang menyala. Surat itu hangus terbakar.

DEG

Uh!

"Ah..." Alaska menunduk saat merasa ada yang aneh dengan tubuhnya.

"Aska!" Arseno berlari menghampiri Alaska.

"Jangan lihat! Jangan lihat aku!!" Alaska mengindar saat Arseno berusaha menyentuhnya.

Sebetulnya aku telah meninggal...

Aku hidup lagi dengan kekuatan setan...

Kalau surat perjanjian itu sudah lenyap...

Aku...

Tubuh Alaska perlahan memudar. Arseno terkejut.

"ALASKA!"

Arseno berusaha memeluk Alaska tetapi terlambat, tubuh Alaska sudah menghilang, hanya menyisakan jubah yang dikenakannya.

GLARRR

GRUDUK GRUDUK

Petir tiba-tiba saling menyambar. Gedung itu terlihat akan runtuh. Arseno terdiam kaku.

"Arsen lari! Gedung ini akan runtuh!" teriak pendeta Jeremiah

Tetapi Arseno tidak memerdulikan teriakan pendeta Jeremiah. Ia tetap terdiam kaku menatap jubah Alaska tadi.

"Arseno!"

Pendeta Jeremiah berusaha menarik Arseno keluar gedung itu. Arseno memberontak dan terus berteriak memanggil Alaska.

"ASKA! ALASKA!"

Sudah tak ada lagi yang mengikatku...

Arseno...

Pendeta Jeremiah berhasil menarik Arseno keluar, gedung itu benar-benar runtuh, hancur tak menyisakan apapun. Arseno terpaku menatap ke arah reruntuhan gedung dihadapannya.

"Anda sudah tau... akan jadi begini..." lirih Arseno.

"Kau telah melenyapkan ikatan adikmu"

Pendeta Jeremiah meraih pundak Arseno berusaha menenangkan, tetapi Arseno menepisnya. Arseno menatap nyalang pendeta Jeremiah.

"Aku tak pernah menganggapnya adikku."

Arseno berbalik, berjalan menjauh dari tempat itu, meninggalkan pendeta Jeremiah yang hanya dapat menatap kepergiannya.























































FIN.

ini beneran end ya, thank you buat yang udah baca book ini, jujurly agak ga pede pas nyoba genre ini, tapi karena udah terlanjur ada di draft yowes di publish aja, dah lopyu gais💕

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ini beneran end ya, thank you buat yang udah baca book ini, jujurly agak ga pede pas nyoba genre ini, tapi karena udah terlanjur ada di draft yowes di publish aja, dah lopyu gais💕

EPHEMERAL ; sunki ✔Where stories live. Discover now