29

1K 189 40
                                    


“AKU tidak bisa melarangnya jika dia menyukaiku, tapi aku menyukaimu. Fakta itu tidak bisa dihilangkan, Suzy. Aku tidak peduli dengan perasaan wanita lain, aku hanya peduli pada perasaanmu, apakah kau memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak. Itu adalah satu-satunya hal yang aku pedulikan saat ini.”

Jantung Suzy sama sekali tidak bisa berkooporatif sekarang. Detaknya mungkin bisa terdengar sampai ke telinga Myungsoo saking kerasnya. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Myungsoo akan mengatakan hal seperti ini kepadanya. Padahal, niat awa Suzy adalah ingin mengakhiri hubungan palsu mereka berdua. Tentu saja dalam arti harfiah.

“Suzy, aku mulai berpikiran macam-macam kalau kau tidak mengatakan apa-apa sekarang...” suara Myungsoo kembali terdengar, mengalun ke telinga bersamaan dengan embusan angin malam.

Coba katakan, bagaimana Suzy bisa merespons dengan benar sekarang?

Jantungnya berdebar keras dan pikirannya mendadak beku.

Kepala Suzy menunduk kala merasakan sebuah kehangatan dari genggaman tangan Myungsoo kepadanya. Dia menatap tangan besar itu lama, lalu mendongak dan menemukan kedua mata Myungsoo yang menguncinya.

Aroma parfum dari tubuh Myungsoo sama sekali tidak membantu kewarasan jiwa Suzy sekarang, namun, agar dirinya tidak terlihat bodoh sekarang, dia harus segera mengatakan sesuatu. Karena itu dengan sekuat tenaga menggunakan sisa kewarasannya Suzy mencoba bangkit dari keterpanaan yang menguncinya.

Suzy menarik napas sekali sebelum bicara. “Menurutmu kenapa cuaca malam begitu dingin?”

Oh tuhan, kenapa aku malah memberikan pertanyaan konyol? Suzy memejamkan mata seraya menggurutu pelan. Pertanyaan tadi jelas diluar kesadarannya. Keren, Myungsoo mungkin akan mengira dia sudah tidak waras.

“Uh?”

Suzy tertawa dengan dipaksakan.

“Kau ingin jawaban berbasis buku atau jawaban dari pemikiranku?”

“Jawabanmu.”

“Menurutku...,” Myungsoo menggantung kalimatnya, dan tiba-tiba saja dia menarik Suzy ke dalam pelukannya. “Agar kita bisa melakukan hal ini.”

Kedua mata Suzy membeliak, dia hendak melepaskan pelukan itu—refleks—namun, Myungsoo menahannya. “Kim Myungsoo, lepas. Bagaimana kalau ada yang melihat?”

“Siapa yang peduli?”

Suzy mendesah. Kali ini dia mulai menikmati kehangatan dari pelukan itu. Memandangi kota Seoul dari atas balkon apartemennya di malam hari ternyata lebih membahagiakan jika dalam pelukan laki-laki ini. Entah sejak kapan, dan Suzy juga tidak ingin menyangkal perasaannya lebih lama lagi, tapi, rasanya memang menyenangkan menghabiskan waktu bersama laki-laki ini; seperti sekarang.

Dia ingin hubungan mereka berlangsung lama...

“Meskipun aku tidak mengerti kenapa kau menanyakan hal tadi, tapi aku senang karena itu aku jadi memiliki alasan untuk memelukmu.”

Suzy tersenyum hangat. “Kau tidak perlu mencari alasan untuk memelukku.”

“Hm?”

Suzy mendongak, menatap wajah Myungsoo dari bawah sebelum akhirnya laki-laki itu menunduk dan balas menatap Suzy. Suzy memberanikan diri untuk menyentuh helaian rambut Myungsoo lalu menyampirkannya, kemudian berkata. “Kau memiliki akses untuk memelukku kapanpun mulai hari ini.”

“K-kau...?”

Ng, I love you too?”

Myungsoo tersenyum. Lalu, menarik kembali Suzy ke dalam pelukannya. Senyumannya lebar dan penuh dengan kebahagiaan sekarang. “I love you. I Love you. a lot.”

Girlfriend RentOnde histórias criam vida. Descubra agora