prolog

1.9K 72 1
                                        

Dengarlah wahai semesta, hati ini sudah terkoyak habis tanpa sisa. Hasrat akan kata bahagia tak lagi tercipta. Benak digerogoti oleh sebuah ilusi, menentang dunia yang penuh tirani, hingga menghadapi tragedi yang berakhir sebuah komedi. Jika raga ini tak lagi bergerak dan jantung tak lagi berdetak, ku ingin kau tahu bahwa diri ini berdosa karena terpaksa dan hati yang koyak ini masih bisa merasakan cinta.

-

-

-

-

Kegelapan menyelimuti, hawa dingin mendekap, milyaran partikel hujan bagai tirai turun menggempur bumi dengan berirama, memandikan semua makhluk yang berada di bawahnya dan mungkin juga sepasang kekasih yang sedang asyik bercumbu mesra dengan payung sebagai atap.

Suara kecapan terdengar seiring menjauhnya dua bibir dengan benang saliva yang menjuntai. Kedua pasang kekasih itu saling tersenyum manis, sang pria tampak mengusap sudut bibir kekasihnya dengan lembut, membuat sang gadis tersenyum malu.

"Masuklah, dan terimakasih untuk malam ini" Ucap sang pria sambil masuk kedalam mobilnya.

"Aku senang bisa bersamamu malam ini, dan sampai jumpa besok" Ucap gadis itu senang

Mobil itu melaju meninggalkan gadis dengan dress selutut di pekarangan rumahnya. Gadis itu tersenyum manis kemudian ekspresinya menjadi datar, tangannya dengan kasar mengusap bibirnya dan berjalan masuk kedalam rumah.

Rumah yang dia tempati tak terlalu besar dan jauh dari rumah rumah disekitarnya, membuat suasana mencekam terasa ketika malam tiba. Gadis itu melepaskan sepatunya dan menaruhnya dirak, kakinya dia bawa mendekati sebuah sofa dan duduk diatasnya.

Gadis itu menghela nafas dan melepaskan tas selempangnya, tangannya mulai menghitung beberapa lembar uang yang dia dapatkan dari pria tadi. Ya, dia memang menjual tubuhnya dan membuang jauh harga dirinya.

"Lumayan" Gumam gadis itu sambil tersenyum.

Tapi senyumnya segera luntur ketika rungunya mendengar sesuatu yang berasal dari kamarnya. Dengan cepat gadis itu segera berdiri, kakinya melangkah secara perlahan mendekati pintu kamarnya yang tertutup.

"Eomma!" Panggil gadis itu

Tak ada sahutan sama sekali.

"Eomma, apakah itu kau" Ucapnya lagi semakin keras tapi lagi lagi tak ada sahutan sama sekali.

Dengan tangan yang sedikit gemetar, gadis itu meraih kenop pintu dan menggerakkannya perlahan.

Klek

Pintu segera terbuka, menampilkan ruang kamarnya yang gelap gulita. Gadis itu segera menghidupkan lampu dan menatap sekeliling kamarnya dengan gelisah, mencari sumber bunyi yang dia dengar hingga maniknya menatap pada kotak musik pemberian sang kekasih.

Gadis itu menghela nafas dan mematikan musik dari kotak musik itu, dia melepas pakaiannya dan menggantinya dengan bathrobe. Kakinya yang telanjang segera melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, dia mendekati bathtub dan mendudukkan dirinya didalamnya tak lupa dengan bathrobe yang sudah dia lepas.

Kran dia nyalakan untuk mengisi bathtub hingga sampai sebatas dada, matanya dia pejamkan, menikmati air hangat yang kini merendam tubuhnya hingga matanya tiba tiba terbuka lebar saat dirasa sesuatu tengah mengelus pucuk kepalanya dengan lembut.

"Apakah menjadi jalang sangat menyenangkan?" Bisik seseorang dari arah belakang tubuhnya.

Gadis itu segera tersentak kaget, dia segera berniat membalikkan badannya tapi secara kasar rambutnya ditarik kebawah, membuat kepalanya membentur ujung bathtub dengan keras hingga berdarah sedangkan maniknya menatap ke atas pada seseorang yang tadi berbisik padanya.

"Kau... " Ucap gadis itu tertahan ketika bibirnya dibungkam oleh jari telunjuk dari orang itu.

"Ssstttt..... Kau hanya perlu diam dan membiarkan aku bertindak" Ucap orang itu.

Sang gadis hanya mengernyit bingung hingga matanya menatap terkejut pada sebuah pisau yang kini sudah berada beberapa centi diatas wajahnya.

"Apa yang.... ARRRGGGHHH!!!" Jerit gadis itu ketika matanya ditusuk dengan kasar oleh orang tersebut.

Pisau segera dicabut dari matanya, membuat darah segera mengalir dengan deras hingga membuat air di dalam bathtub sedikit memerah.

"Ampuni aku, kumohon ampuni aku" Mohon gadis itu dengan sebelah mata yang sudah berlubang.

Orang itu tersenyum senang ketika mendengar korbannya memohon seperti itu, tapi dalam sekejap senyumnya menghilang digantikan dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

"Aku sudah memperingatkanmu tapi kau tak mengindahkannya"ucapnya datar

" Aku mohon maafkan aku, aku berjanji akan menuruti semua ucapanmu, tapi kumohon jangan bunuh aku"ucap gadis itu penuh ketakutan.

"Sudah terlambat"

JLEB

"ARRRGGGHHH" Jerit pilu gadis itu terdengar di kesunyian malam.

Air di dalam bathtub segera berubah menjadi merah pekat ketika bercampur dengan darah yang mengucur keluar bak air mancur dari dadanya. Orang itu segera tertawa bahagia,  mata dan mulut gadis itu masih terbuka lebar, menampilkan ketakutan yang mendalam.

"Selamat tinggal jung yerin" Ucap orang itu dan segera menenggelamkan tubuh sang gadis didalam bathtub.

Tweeling (Jinkook) EndWhere stories live. Discover now