[6/10]

3.6K 700 22
                                    

Sanzu mencengkeram erat pergelangan tangan [Name]—terus menariknya hingga berada tepat di depan mobil. Padahal sudah di bilang untuk tidak dekat-dekat dengan ketiga eksekutif Bonten, tetapi wanita itu tidak menurut.

"Kunci mobil."

Sebenarnya [Name] tidak pernah mengizinkan siapapun masuk ke dalam mobilnya. Tetapi berhubung saat ini Sanzu sudah menjadi suaminya, mau tidak mau ia tetap harus memberikan kunci mobil miliknya.

Menghembuskan nafas secara kasar, [Name] duduk di kursi depan—sebelah Sanzu. Ketika mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang, [Name] memejamkan kedua matanya. Entah karena apa—atau hanya karena ditarik paksa, tetapi saat ini mood nya sedang buruk. Sekedar membuka suara saja, ia enggan.

"Gila juga kau, [Name]." Sanzu tertegun dengan isi mobil wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu. Seumur hidup, ini adalah kali pertama Sanzu masuk ke dalam mobil [Name]. Tidak hanya bir, minuman keras dengan harga selangit pun berada di dalam mobil itu—bahkan beberapa obat terlarang juga tak luput dari pandangan. "Padahal kau sering memperingati ku untuk tidak banyak mengkonsumsi narkoba."

[Name] masih terus bersikap acuh. Tangannya meraih botol bir pagi tadi—yang hanya menyisakan isi setengahnya, kemudian meneguknya hingga habis.

Daripada bir, tangan Sanzu lebih memilih sabu yang tergeletak di atas dashboard. Bagaimana bisa [Name] meletakkan barang seperti itu di sembarang tempat. Tidakkah wanita itu takut jika suatu saat mobilnya ditilang?

"Sanzu jangan gila," [Name] berucap lirih sembari menggerakkan tangannya untuk menahan tangan Sanzu yang bersiap memasukkan pil itu kedalam mulut. "Kau sedang menyetir."

Sanzu menaikkan salah satu alisnya. Mengabaikan ucapan sang istri, ia tetap menelan pil itu. "Kau juga sering melakukan hal seperti ini 'kan?"

[Name] kembali bersikap acuh. Tidak peduli jika saat ini nyawanya sedang berada di ujung tanduk. Sanzu yang sudah berada dalam pengaruh narkoba dan juga alkohol justru semakin menambah kecepatan laju mobilnya.

Malam yang gelap, jalanan remang-remang—juga sepi, membuat kegilaan Sanzu semakin menjadi-jadi.

Melihat Sanzu dalam keadaan seperti itu membuat [Name] tergiur. Sepertinya menyenangkan jika ia ikut-ikutan mabuk kemudian kebut-kebutan di jalan. Tetapi buru-buru, ia menepis pikiran gila tersebut.

[Name] menelan ludah saat melihat Sanzu yang terus-terusan meneguk minuman kesayangannya itu. Tangannya bergerak, merebut paksa botol minum itu dari tangan Sanzu. "Ini mahal, jangan dihabiskan."

Sanzu hanya terkekeh pelan saat mendengar penuturan sang istri. "Aku bisa membelikan banyak untukmu." ucapnya kemudian kembali merebut botol tersebut dan meneguknya hingga habis. Detik berikutnya, Sanzu semakin menambah kecepatan laju mobil berwarna putih itu.

"V.I.P ticket to hell, huh?"

𝐖𝐈𝐅𝐄 » sanzuWhere stories live. Discover now