Chapter 8

46 5 0
                                    

Langit yang sebelumnya cerah dengan warna birunya yang beradu dengan awan yang putih, seketika berubah menjadi kelabu di barengi dengan rintikan air yang semula kecil menjadi besar. Hujan turun dengan sangat lebatnya, tak ada waktu jika nekad untuk menerobos hujan yang sudah deras seperti ini. Gadis itu hanya mampu mendengus kesal saat melihat hujan yang tidak mau berhenti sedari tadi, tubuhnya sudah hampir setengahnya basah kuyup karena dengan nekad menerobos hujan untuk sampai ke halte, supir yang biasa menjemputnya tiba-tiba saja bilang jika ban mobilnya bocor, pesan ojol juga tidak mungkin ada yang mau menjemputnya di saat hujan deras seperti ini

“Huh sial banget hidup gua” keluhan itu hanya ia saja yang mendengarnya, karena memang ia hanya sendiri di halte kali ini, yang lain lebih memilih menunggu di depan sekolah yang ramai di bandingkan halte yang sendirian

Penghuni Neraka

Haikal
Guys hujan

Aletta
Gua juga tau nggak perlu lo infoin juga kali

Keana
Woy jemput gua ke, gua masih di sekolahan ke jebak hujan

Aruna
Kasian amat lo

Keana
Gua nggak perlu di kasihani, cukup jemput gua aja

Narest
Hujan Key, boro-boro jemput lo

Jevano
Mobil gua lagi di bengkel Key, tadi aja gua nebeng Narest

Keana
Kal, jemput gua sat

Haikal
Gua lagi ngapel, jangan ganggu lo

Nara
Sorry Key, gua nggak bisa jemput, gua aja kalau ke sekolah nebeng Keenan

Keana
Vel, cuman lo satu-satunya yang bisa gua andelin

Marvel
Sorry Key, gau sebenarnya mau jemput lo tapi gua lagi nganterin nyokap ke dokter

Aruna
Nyokap lo emang kenapa Vel

Marvel
Kepeleset di dapur, kakinya tadi sedikit ke kilir jadi gua anter cek dulu soalnya bokap belum balik

Keana
Salam buat tante semoga cepet sembuh ya Vel

Marvel
Jadi lo pulang sama siapa Key?

Keana
Gampang tinggal nyari taksi atau pesen ojol

Nara
Hati-hati ya Key

Keana
Ya, have fun kalian semua

Keana kembali menutup ponselnya, seperti nya ia memang harus menunggu sampai hujan reda untuk memesan ojol, tapi sepertinya hujan enggan untuk reda sama sekali. Matanya kembali langit di depannya yang masih setia menurunkan airnya, Keana hanya bisa menghela nafas lelah sepertinya ia memang akan pulang larut malem banget

“Hujan kapan sih redanya, gua itu penakut mana mungkin berani kalau harus berdiri sendirian di sini sampai langit nambah gelap” Keana mendengus melihat hujan yang sepertinya senang sekali membuatnya berdiri sendirian di tempat sepi seperti ini

“AHHHH SIAL BANGET SIH HIDUP GUA” Keana berjongkok sambil menundukkan kepalanya ke dalam lipatan tangan, ia mulai menangis sendiri di tempat sepi seperti ini benar-benar berhasil membuatnya takut bukan main, di tambah hujan yang tak kunjung reda. Dua hal yang paling Keana benci tapi sekarang malah menjadi satu, dan nangis adalah jalan terbaik

AurigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang