____33____

9.9K 290 0
                                    

Typo Bertebaran
.
.
.
Happy Reading 💙

Sudah dua Minggu Rania tinggal di rumah Ibunya dan hari ini pula ia akan memeriksakan kandunga bersama ibunya.

Rima sudah tidak curiga dengan hubungan Rania dan Gevan karena beberapa hari yang lalu ia menyaksikan sendiri Gevan yang sedang mengobati lutut Rania dengan sangat hati-hati.

"Ran Ayo" Ucap Rima didepan pintu kamar Rania.

"Iya" Rania mengambil tas selempang nya dan pergi keluar rumah. Rania memasuki mobil abu-abu yang biasa ibunya gunakan untuk berbelanja kebutuhan toko.

"Bu, Rania gugup" Jujur Rania karena ini merupakan bulan pertama ia memeriksakan kandungan.

"Tarik nafas" Rima mengintruksikan agar Rania tenang dan rileks.

"Buang"

"Huuh" Rania membuang nafasnya pelan.

"Bismillah dulu" Ucap Rima sebelum mereka turun dari mobil.

"Bismillahirrahmanirrahim"

"Alhamdulillah janin Ibu Rania sehat" Ucapan dokter perempuan itu membuat hati Rania dan Rima menjadi lega.

"Disarankan untuk tidak stress karena itu akan mempengaruhi janin Ibu"

"Karena kandungan Ibu Rania masih sangat muda jadi disarankan untuk berjalan-jalan pagi untuk kesehatan janin"

"Dan jangan terlalu banyak aktivitas berlebihan"

"Iya dok" Jawab Rania.

"Makasih" Dokter itu hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kalau begitu saya dan Rania pamit undur diri."

"Silahkan" Ucap dokter itu ramah dengan jari-jari tangannya menunjuk pintu.

"Permisi, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

"Nanti Ibu jadi belanja?" Tanya Rania saat mereka masih berjalan di koridor rumah sakit.

"Jadi"

"Nanti Rania nggak jadi ikut ya"

Rima melirik Rania sebentar "Kenapa?"

"Rania pengen ke cafe yang baru beberapa hari buka" Rania menghela nafas saat melihat sepertinya Ibu nya tidak mengizinkan.

"Cafenya deket kok dari sini"

"Yaudah nanti Ibu anterin sebentar"

"Makasih ibu" Rania tersenyum ternyata ibunya mengizinkan.

"Bener ini cafe nya?" Tanya Rima memastikan setelah sampai di cafe yang didepannya masih ada karangan bunga dengan berbagai tulisan intinya tulisan tersebut berisi ucapan selamat atas diresmikannya cafe yang dilihat dari luar banyak sekali tanaman hijau.

"Iya" Jawab Rania yakin karena cafe tersebut terlihat ramai pengunjung.

"Yaudah Ibu tinggal ya"

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Rania melangkahkan kakinya untuk memasuki cafe yang bangku diluarnya sudah ramai oleh pengunjung karena diluar cafe sangat cocok untuk dijadikan spot foto.

Rania menghela nafas untung saja di dalam cafe tersebut masih tersisa satu meja untuk ia duduki.

Di lain sisi laki-laki tinggi yang baru memasuki cafe sedang mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat duduk kosong mata laki-laki itu tak sengaja melihat ke arah wanita berjilbab yang memungunginya, laki-laki itu melangkah ke arah wanita berjilbab tersebut karena melihat bangku kosong di meja wanita itu.

"Permisi" Rania melihat orang yang mengucapkan kata itu.

"Kak Ardi?" Rania memastikan. Ya, laki-laki itu adalah Ardi.

"Rania"

"Boleh duduk?" Izin Ardi.

Rania berpikir sebentar "Boleh."

"Nggak sama suami?" Tanya Ardi dengan senyumnya yang malah membuat Rania sakit karena senyuman itu menandakan kekecewaan yang mendalam.

"Nggak" Jawab Rania membalas senyuman Ardi.

"Maaf ya, kak"

"Untuk?" Tanya Ardi yang belum paham apa yang dimaksud Rania.

"Maaf Rania tidak memberitahu kakak kalau Rania sudah menikah" Jelas Rania yang merasa tidak enak, Ardi dulu sangat baik padannya sampai kata terimakasih tidak cukup untuk membalas kebaikan Ardi padanya atau orang-orang disekitar nya.

"Kenapa harus minta maaf?" Tanya Ardi dengan alis yang di naikan satu karena melihat Rania menunduk.

"Nggak papa sih" Rania bingung mau menjawab apa jadi hanya kata itu yang terlintas dikepalannya.

Mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing, beberapa menit tidak ada yang memulai percakapan hanya terdengar suara pengunjung lain yang sedang berbicara atau bergurau.

Mereka berdua meminum minuman yang dipesan masing-masing.

"Ran/Kak" Mereka berdua tidak sengaja berbicara barengan saat mau memulai percakapan.

"Kamu duluan" Lagi-lagi mereka tidak sengaja berbicara kata-kata  dan tempo waktu yang sama.

"Hahahahhhaha" Mereka berdua tertawa bersama karena merasa lucu.

Tiba-tiba ada tangan kekar yang memegang pergelangan tangan Rania, Rania langsung berdiri dan melihat laki-laki yang masih ber status sebagai suaminya.

Gevan menarik pergelangan tangan Rania untuk keluar dari cafe dan banyak mata yang menatap ke arah mereka berdua. Ardi hanya diam ditempat karena Ardi sadar ia bukan siapa-siapa Rania.

"Lepas" Rania mulai meneteskan air mata nya karena merasa sakit di pergelangan tangannya yang dicengkeram.

Rania mencoba melepaskan tangan Gevan yang mencengkram lengannya sangat kuat dan sangat sakit bagi Rania. Wanita itu sekarang malu karena ditatap oleh banyak pasang mata ditambah lagi Cengkareng Gevan sangat kuat.

Setelah cengkraman itu lepas karena sudah sampai di samping mobil Gevan, Rania berlari tak tentu arah karena ingin menghindari laki-laki itu.

Gevan mengeraskan rahangnya tangannya terkepal dikedua sisi tubuhnya karena melihat Rania berlari menjauh darinya.

Rania terus berlari dengan sekuat tenaga walaupun Gevan terus mengejarnya hingga saat Rania akan menyebrang tiba-tiba ada mobil yang tadinya berhenti di tepi jalan langsung menancapkan gas mobilnya, Rania tidak menyadari ini hingga saat ada tangan yang mendorongnya ke tepi jalan.

"Rania" Teriak Gevan.

Bruk

Rania terjatuh di tepi jalan karena dorongan seseorang.

"Kak Ardi" Teriak Rania histeris yang melihat Ardi yang bersimpah darah segar. Ya, Orang yang menolongnya dari kecelakaan maut adalah Ardi.

Gevan berjongkok disamping Rania karena merasa khawatir dengan kondisi istrinya.

Gevan melihat ke arah Ardi yang sudah dikerumuni oleh orang-orang sekitar.

"Kak Ardi" Histeris Rania yang tidak kuat melihat Ardi yang sudah lemah dan dikerumuni banyak orang hingga saat ambulans datang.

Rania pingsan sebelum kepalannya jatuh ketanah untung saja Gevan dengan sigap menangkap kepala Rania agar tidak jatuh ke tanah.







TBC....

D.E.N.D.A.M.NYA [End]Where stories live. Discover now