Part 3 - Janji di Tengah Hujan

37.6K 2.2K 109
                                    

Entah sejak kapan tawa Lily yang disertai senyum simpul pada kedua pipinya menjadi hal yang cukup menggangguku. 

Setelah pindah ke meja untuk empat orang yang cukup jauh dari jendela, kini aku harus memasrahkan diri untuk melihat semua canda gurau yang berlangsung di depan mataku tanpa henti.

Untuk kesekian kalinya, Gerry dengan senyumannya yang menenangkan kembali mengusap lembut kepala Lily.

Sesuatu yang kuartikan sebagai bentuk perhatian kecil yang tidak pernah disyukuri oleh Lily. Bagaimana tidak, setiap kali Gerry melakukannya, Lily akan mulai memberengut kesal dan mengatakan bagaimana ia berusaha keras menjaga agar rambutnya tetap rapi.

Sebagai respon, Gerry hanya akan tertawa seolah tahu kalau Lily tidak pernah sungguh-sungguh dengan kata-katanya.

"Laras?"

Panggilan Lily menyadarkanku.

Seolah mengerti arti tatapan bingungku, ia menatap Gerry sebelum akhirnya kembali memandangku dengan perasaan tidak enak.

"Jangan marah lagi, Ras. Aku tidak tahu kalau kamu sudah janjian sama Gerry tadi malam. Dia sendiri main datang saja ke rumah."

Ada perasaan dikhianati saat mendapati kenyataan bahwa sebenarnya ia begitu setia pada Lily sampai memberitahukan semua hal secara terperinci kepadanya. Tidak tahukah ia bahwa sedikit saja rahasia bersamaku di belakang Lily bisa membuatku bahagia? Menyedihkan. Aku bahkan terdengar cukup murahan sekarang.

"Laras..." Kali ini suaranya yang berat yang selalu terdengar begitu merdu saat menyerukan namaku membuatku mau tidak mau kembali membalas tatapannya.

Di sana hanya ada tatapan penuh kekecewaan seorang teman tidak lebih. Kemana hilangnya tatapan sendu penuh kasih yang pernah kutangkap saat ia memandangku di masa SMA dulu. Sejak kapan semuanya berubah? Aku hanya ingin memperjuangkan hal yang dengan bodohnya telah kulepaskan.

"Bisa tidak kalian berhenti membahas hal yang sudah kulupakan? Jika kalian masih mau membahas masalah ini dibanding makan, lebih baik aku duluan. Masih banyak pekerjaan yang menungguku di kantor."

Cih. Kebohongan apa yang baru saja kukatakan.

Kedua simpul di pipi Lily kembali terlihat. Dengan lembut ia menyikut siku Gerry yang ada di sisinya.

"Sudah kubilang Laras nggak mungkin marah hanya karena itu."

Mendengar apa yang dikatakan Lily, Gerry ikut mengembangkan senyuman masih sambil menatapku mencari kebenaran. Aku benci pada diriku yang tidak bisa menghentikan diriku ikut bahagia melihat senyuman di wajahnya.

Lily sudah sibuk membolak balik halaman menu sementara diriku sibuk mengalihkan pandangan ke arah ponsel dalam genggamanku. Siapa yang bisa kuhubungi dalam keadaan seperti ini. Duduk bersama mereka dan melihat interaksi di antara mereka merupakan penyiksaan tanpa henti yang harus kujalani. Rasanya, aku tidak ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu di sini.

"Laras... kamu sibuk menghubungi siapa sih?"

Suara Lily terdengar lagi. Saat aku mengangkat pandanganku, ia terlihat sedang berusaha menengok ke layar ponsel yang berada dalam genggamanku. Dengan gerakan cepat aku segera menarik ponsel kemudian memasukkan ke dalam tas jinjing yang berada di sampingku.

Lily masih menatapku tidak puas sementara Gerry terlihat tidak acuh dengan pandangan yang terarah ke jalanan dari jendela yang jauh dari tempat kami berada. Lily beranjak berdiri kemudian mengatakan sesuatu tentang membenahi rambutnya di kamar mandi. Ajakannya yang kujawab dengan gelengan singkatku membuatnya kini berlalu menghilang di salah satu sisi restoran.

Look At Me Please [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now